Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Gangguan Refraksi general_alomedika 2023-04-06T14:48:06+07:00 2023-04-06T14:48:06+07:00
Gangguan Refraksi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Gangguan Refraksi

Oleh :
dr. Sherly Kurniawan
Share To Social Media:

Data epidemiologi gangguan refraksi mengindikasikan bahwa prevalensi astigmatisme secara global merupakan yang tertinggi dibandingkan myopia dan hiperopia. Prevalensi global myopia pada dewasa dilaporkan sebesar 26,5%, hiperopia 30,9%, dan astigmatisme 40,4%.[15]

Global

Dalam sebuah meta analisis yang mengevaluasi prevalensi global dari gangguan refraksi, dilaporkan bahwa prevalensi keseluruhan myopia sebesar 11,7%, hiperopia 4,6%, dan astigmatisme 14,9%. Di Asia Tenggara, prevalensi myopia dilaporkan sebesar 4,9%, sedangkan prevalensi hiperopia adalah 2,2% dan astigmatisme 9,8%.

Spesifik untuk populasi dewasa, astigmatisme dilaporkan sebagai gangguan refraksi yang paling banyak terjadi, dengan prevalensi 40,4%. Prevalensi myopia pada dewasa di Asia Tenggara adalah 32,9%, sedangkan untuk astigmatisme adalah 44,8%.[15]

Indonesia

Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2018, tingkat kebutaan di Indonesia pada usia di atas 50 tahun sebesar 3% dengan 0,75 % dari kasus kebutaan disebabkan oleh gangguan refraksi.[16]

Mortalitas

Gangguan refraksi tidak berkaitan secara langsung dengan mortalitas. Meski demikian, gangguan refraksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan fungsional. Gangguan refraksi dapat menurunkan kualitas hidup pasien sebagai efek dari hendaya fungsional, psikosomatik, dan kosmetik, selain juga menyebabkan beban ekonomi. Gangguan refraksi merupakan salah satu gangguan non-fatal yang termasuk dalam daftar penyebab utama disability-adjusted life years (DALYs).

Sebagian besar kasus gangguan refraksi muncul di masa awal kehidupan, sehingga hendaya yang ditimbulkan pun dapat dianggap jauh lebih signifikan dibandingkan penyakit mata lainnya. Dibandingkan dengan penyebab gangguan penglihatan lain, gangguan refraksi dapat mempengaruhi kinerja, mengurangi kemampuan kerja, dan menurunkan kualitas hidup keseluruhan dalam jangka waktu yang panjang dengan risiko progresivitas yang terus menerus.[1,17]

Progresivitas dan Risiko Gangguan Oftalmologi Lainnya

Myopia biasanya muncul antara usia 6 dan 12 tahun. Tingkat perkembangan rata-rata adalah sekitar 0,50 D per tahun. Sebuah penelitian melaporkan bahwa perkembangan myopia bervariasi menurut etnis dan usia. anak. Untuk anak-anak etnis Cina, tingkat perkembangan telah dilaporkan lebih tinggi.

Individu dengan kelainan refraksi tinggi lebih mungkin mengalami perubahan patologis okular. Pasien dengan gangguan refraksi derajat lebih tinggi memiliki peningkatan risiko mengalami penipisan retina dan koroid yang progresif, degenerasi retina perifer, ablatio retina, katarak, glaukoma, dan neovaskularisasi koroid.[2]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha

Referensi

1. Mohammed Dhaiban TS, Ummer FP, Khudadad H, Veettil ST. Types and Presentation of Refractive Error among Individuals Aged 0-30 Years: Hospital-Based Cross-Sectional Study, Yemen. Adv Med. 2021 Jul 5;2021:5557761. doi: 10.1155/2021/5557761. PMID: 34285926; PMCID: PMC8275419.
2. Chuck RS, Jacobs DS, Lee JK, Afshari NA, Vitale S, Shen TT, Keenan JD; American Academy of Ophthalmology Preferred Practice Pattern Refractive Management/Intervention Panel. Refractive Errors & Refractive Surgery Preferred Practice Pattern®. Ophthalmology. 2018 Jan;125(1):P1-P104. doi: 10.1016/j.ophtha.2017.10.003. Epub 2017 Nov 4. PMID: 29108748.
15. Hashemi H, Fotouhi A, Yekta A, Pakzad R, Ostadimoghaddam H, Khabazkhoob M. Global and regional estimates of prevalence of refractive errors: Systematic review and meta-analysis. J Curr Ophthalmol. 2017 Sep 27;30(1):3-22. doi: 10.1016/j.joco.2017.08.009. PMID: 29564404; PMCID: PMC5859285.
16. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia. Situasi Gangguan Penglihatan. Infodatin. 2018.
17. Zhang JH, Ramke J, Lee CN, Gordon I, Safi S, Lingham G, Evans JR, Keel S. A Systematic Review of Clinical Practice Guidelines for Cataract: Evidence to Support the Development of the WHO Package of Eye Care Interventions. Vision (Basel). 2022 Jun 20;6(2):36. doi: 10.3390/vision6020036. PMID: 35737423; PMCID: PMC9227019.

Etiologi Gangguan Refraksi
Diagnosis Gangguan Refraksi

Artikel Terkait

  • Mitos Seputar Mata dan Penglihatan
    Mitos Seputar Mata dan Penglihatan
  • Memilih Lensa Kontak - Hard Lens atau Softlens
    Memilih Lensa Kontak - Hard Lens atau Softlens
  • Atropin Tetes untuk Memperlambat Progresivitas Myopia
    Atropin Tetes untuk Memperlambat Progresivitas Myopia
  • Progresivitas Miopia pada Anak-Anak Usia Sekolah Selama Pandemi COVID-19
    Progresivitas Miopia pada Anak-Anak Usia Sekolah Selama Pandemi COVID-19
  • Myopia Bukan Merupakan Kontraindikasi Persalinan Pervaginam
    Myopia Bukan Merupakan Kontraindikasi Persalinan Pervaginam

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
07 Oktober 2022
Pasien miopia yang tidak menggunakan kacamata pada jarak dekat - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Adisti Lukman, Sp.MIjin bertanya dok, saya pernah membaca bahwa untuk pasien dengan miopia, tidak menggunakan kacamata pada jarak dekat bisa...
Anonymous
07 Oktober 2022
Rabun saat membaca - Mata Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin diskusi dr. Adisti Lukman Sp. M. Untuk kasus pasien rabun saat membaca buku apakah pemeriksaan harus di dahului dengan snellen chart atau langsung...
dr. Gabriela
07 Oktober 2022
Alternatif penanganan pada pasien astigmatism myopia - Mata Ask the Expert
Oleh: dr. Gabriela
3 Balasan
Alo Dok, ijin tanya pada pasien dengan astigmatism myopia astigmatism myopia, apa terapi yang bisa dilakukan ya Dok selain penggunaan kaca mata atau kontak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.