Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Dakriostenosis general_alomedika 2022-10-18T09:24:35+07:00 2022-10-18T09:24:35+07:00
Dakriostenosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Dakriostenosis

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Etiologi dakriostenosis dapat dibagi menjadi dua, yaitu kongenital dan didapat (acquired). Sementara itu, penyebab dakriostenosis didapat dibedakan menjadi etiologi primer (idiopatik) dan sekunder.[1]

Etiologi Dakriostenosis Kongenital

Pada anak-anak, mayoritas etiologi dakriostenosis adalah kongenital, di mana bentuk kelainan yang banyak dijumpai adalah obstruksi membran di distal Hasner’s valve yang terdapat di ujung duktus nasolakrimalis.[1]

Etiologi Dakriostenosis Didapat

Etiologi dakriostenosis didapat (acquired) dibedakan menjadi dakriostenosis didapat primer dan sekunder. Dakriostenosis didapat primer disebabkan oleh inflamasi dan fibrosis yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Dakriostenosis didapat primer merupakan dakriostenosis dengan onset pertama kali di usia dewasa, lebih sering ditemukan pada usia >40 tahun.[9]

Berbeda dengan penyebab primer, dakriostenosis didapat sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit mata, antara lain:

  • Infeksi: keratokonjungtivitis viral, herpes simpleks, Actinomyces, Bacteroides, Mycobacterium, Aspergillus, Candida, Ascaris lumbricoides

  • Inflamasi: sarkoidosis, granulomatosis Wegener, penyakit Kawasaki, skleroderma, sinus histiositosis, kemoterapi sistemik, radioterapi, antiglaukoma topikal
  • Neoplasma: papiloma, tumor maksila
  • Trauma: iatrogenik, non-iatrogenik
  • Kelainan mekanik: mukokel, dakriolitiasis[10,11]

Faktor Risiko

Faktor risiko dakriostenosis juga dibagi berdasarkan etiologi, yaitu kongenital dan didapat.

Faktor Risiko Dakriostenosis Kongenital

Neonatus berisiko mengalami dakriostenosis kongenital jika memiliki atresia pungtum atau kanalikuli, malformasi nasal, dan abnormalitas kraniofasial. Selain itu, bayi Down syndrome, kraniosinostosis, sumbing, mikrosomia hemifasial, dan anomali midfasial memiliki risiko lebih tinggi mengalami dakriostenosis kongenital.[4]

Faktor Risiko Dakriostenosis Didapat

Faktor risiko yang dapat menimbulkan inflamasi dan fibrosis pada dakriostenosis didapat primer dibagi menjadi 2, faktor risiko yang berasal dari mata (descending factors) atau berasal dari hidung (ascending factor). Faktor lain yang menyebabkan dakriostenosis didapat primer adalah faktor anatomi, fluktuasi kadar hormon, dan penggunaan rias mata.[4,6]

Perempuan lebih sering mengalami dakriostenosis didapat primer karena ukuran duktus nasolakrimalis bagian tengah, dan fosa nasolakrimalis bawah yang signifikan lebih kecil daripada pria.[4,6]

Riwayat pembedahan mata, hidung, dan sinus dapat mengalami pembentukan jaringan parut yang menimbulkan sumbatan duktus nasolakrimalis. Penggunaan antiglaukoma topikal (timolol) jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping dakriostenosis.[12,13]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Kuhli-Hattenbach C, Luchtenberg M, et al. Increased prevalence of congenital dacryostenosis following cesarean section. Der Ophthalmologe : Zeitschrift der Deutschen Ophthalmologischen Gesellschaft, 2016. 113(8):675-683.
4. Worak SR. Nasolacrimal duct obstruction and epiphora. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview#a5
6. Kashkouli MB, Sadeghipour A, et al. Pathogenesis of primary acquired nasolacrimal duct obstruction. Orbit. 2010;29(1):11-15. doi:10.3109/01676830903207828
9. Kamal S, Ali MJ. Primary acquired nasolacrimal duct obstruction (PANDO) and secondary acquired lacrimal duct obstructions (SALDO). Principles and Practice of Lacrimal Surgery. 2017;163-167. doi:10.1007/978-981-10-5442-6_15
10. Monka A, Zhugli S. Nasolacrimal duct obstruction in adults. International Journal of Science and Research. 2016;5(1):1327-1329. https://pdfs.semanticscholar.org/5125/9ab02e9da1090792fb540a75a6711028d107.pdf
11. Liu CY, Francis JH, et al. Ocular side effects of systemically administered chemotherapy. 2019. https://www.uptodate.com/contents/ocular-side-effects-of-systemically-administered-chemotherapy/print
12. Seider N, Miller B, Beiran I. Topical glaucoma therapy as a risk factor for nasolacrimal duct obstruction. Am J Ophthalmol. 2008 Jan;145(1):120-123. doi: 10.1016/j.ajo.2007.07.033. Epub 2007 Oct 29. PMID: 17915187.
13. Kish T. Old and new drug classes expanding to include glaucoma treatments. P T. 2018;43(8):489-492,502. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6065491/

Patofisiologi Dakriostenosis
Epidemiologi Dakriostenosis
Diskusi Terbaru
dr.Nur Alty Fitrianti
Hari ini, 11:35
Vaksin Booster kedua Covid19
Oleh: dr.Nur Alty Fitrianti
2 Balasan
Alo dokter. Mohon ijin bertanya. Untuk pemberian booster kedua vaksin Covid19 apakah Wajib berjarak 6 bulan dari booster pertama. Atau terdapat aturan...
dr. filologus siwabessy
Hari ini, 07:47
Cara melakukan sirkumsisi
Oleh: dr. filologus siwabessy
1 Balasan
Selamat pagi dok! Saya mau menanyakan tentang cara melakukan sirkumsisi yang baik. Apakah ada yang memiliki materinya? Terima kasih
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Hari ini, 06:15
Final Announcement BEU 2023
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Final Announcement !Taking chance is scary, but there is something that scarier than anything: missing out on something truly wonderfull because you were...
Final Announcement BEU 2023.pdf

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.