Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Etiologi Dakriostenosis general_alomedika 2021-05-10T21:10:05+07:00 2021-05-10T21:10:05+07:00
Dakriostenosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Dakriostenosis

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Berdasarkan etiologi dakriostenosis dapat dibagi menjadi 2, yakni dakriostenosis kongenital dan dakriostenosis didapat (acquired). Pada anak-anak, mayoritas etiologi dakriostenosis adalah kongenital. Pada dakriostenosis kongenital bentuk kelainan yang banyak dijumpai adalah obstruksi membran di distal Hasner’s valve pada yang terdapat di ujung duktus nasolakrimalis. [1]

Dakriostenosis didapat (acquired) dibedakan menjadi dakriostenosis didapat primer dan sekunder. Etiologi dakriostenosis didapat primer adalah inflamasi dan fibrosis yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Dakriostenosis didapat primer merupakan dakriostenosis dengan onset pertama kali di usia dewasa, lebih sering ditemukan pada usia >40 tahun. [9]

Etiologi dakriostenosis didapat sekunder antara lain:

  • Infeksi: keratokonjungtivitis viral, herpes simpleks, Actinomyces, Bacteroides, Mycobacterium, Aspergillus, Candida, Ascaris lumbricoides

  • Inflamasi: sarkoidosis, granulomatosis Wegener, penyakit Kawasaki, skleroderma, sinus histiositosis, kemoterapi sistemik, radioterapi, antiglaukoma topikal
  • Neoplasma: papiloma, tumor maksila
  • Trauma: iatrogenik, non-iatrogenik
  • Kelainan mekanik: mukokel, dakriolitiasis [10,11]

Faktor Risiko

Faktor risiko dakriostenosis kongenital antara lain atresia pungtum atau kanalikuli, malformasi nasal, dan abnormalitas kraniofasial. Selain itu, pasien dengan kelainan seperti Down syndrome, kraniosinostosis, sumbing, mikrosomia hemifasial, dan anomali midfasial memiliki risiko lebih tinggi mengalami dakriostenosis kongenital. [4,12]

Faktor risiko yang dapat menimbulkan inflamasi dan fibrosis pada dakriostenosis didapat primer dibagi menjadi 2 yakni yang berasal dari mata (descending factors) atau berasal dari hidung (ascending factor). Faktor lain yang menyebabkan dakriostenosis didapat primer antara lain faktor anatomi, fluktuasi kadar hormon, dan penggunaan rias mata. Perempuan lebih sering mengalami dakriostenosis didapat primer karena ukuran duktus nasolakrimalis bagian tengah dan fosa nasolakrimalis bawah yang signifikan lebih kecil dibandingkan pria. [4,6]

Pasien dengan riwayat pembedahan mata, hidung, dan sinus dapat mengalami pembentukan jaringan parut yang menimbulkan sumbatan duktus nasolakrimalis. Penggunaan anti glaukoma topikal (timolol) jangka panjang juga dapat menimbulkan efek samping dakriostenosis. [12,13]

Referensi

1. Kuhli-Hattenbach C, Luchtenberg M, Hofmann C, Kohnen T. Increased prevalence of congenital dacryostenosis following cesarean section. Der Ophthalmologe : Zeitschrift der Deutschen Ophthalmologischen Gesellschaft, 2016. 113(8):675-683.
4. Worak SR, Bengzon AU. Nasolacrimal duct obstruction and epiphora. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview#a5
6. Kashkouli MB, Sadeghipour A, Kaghazkanani R, Bayat A, Pakdel F, Aghai GH. Pathogenesis of primary acquired nasoclacrimal duct obstruction. Orbit. 2010;29(1):11-15. doi:10.3109/01676830903207828
9. Kamal S, Ali MJ. Primary acquired nasolacrimal duct obstruction (PANDO) and secondary acquired lacrimal duct obstructions (SALDO). Principles and Practice of Lacrimal Surgery. 2017;163-167. doi:10.1007/978-981-10-5442-6_15
10. Monka A, Zhugli S. Nasolacrimal duct obstruction in adults. International Journal of Science and Research. 2016;5(1):1327-1329. https://pdfs.semanticscholar.org/5125/9ab02e9da1090792fb540a75a6711028d107.pdf
11. Liu CY, Francis JH, Pulido JS, Abramson DH. Ocular side effects of systematically administered chemotherapy. 2019. https://www.uptodate.com/contents/ocular-side-effects-of-systemically-administered-chemotherapy/print
12. Mayoclinic. Blocked tear duct. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/blocked-tear-duct/symptoms-causes/syc-20351369
13. Kish T. Old and new drug classes expanding to include glaucoma treatments. P T. 2018;43(8):489-492,502. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6065491/

Patofisiologi Dakriostenosis
Epidemiologi Dakriostenosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 20:56
Acuan untuk jasa dan tindakan yang dijamin BPJS berbeda2 menurut faskes
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Acuan untuk jasa dan tindakan yang dijamin BPJS berbeda2 menurut faskes, apakah ada sejawat yang memiliki acuan tarif pelayanan dokter?, Baik tindakan maupun...
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Kemarin, 18:46
BLOOD 2022
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Bali Hematology and Oncology Update (BLOOD) 2022
Anonymous
Kemarin, 15:44
Serumen prop pada pasien perforasi membran timpani
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok !Bagaimana tatalaksana serumen prop pada pasien dengan perforasi membran timpani?Apakah irigasi harus dengan cairan h2o2 atau dengan air hangat saja...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.