Etiologi Ruptur Perineum
Etiologi ruptur perineum umumnya terjadi ketika berlangsungnya persalinan, diantaranya adalah persalinan kala 2 yang panjang atau adanya penggunaan alat bantu untuk persalinan yang pada akhirnya juga memerlukan episiotomi untuk memudahkan jalan lahir. Ada pula beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ruptur perineum, yaitu faktor maternal, janin ataupun intrapartum.
Etiologi ruptur perineum secara umum terdiri dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan regangan pada perineum yang pada akhirnya merobek perineum, antara lain adalah:
- persalinan kala 2 yang panjang
- penggunaan instrumen persalinan
- dorongan fundus pada persalinan
- episiotomi [1-5]
Faktor Risiko
Faktor risiko ruptur perineum terdiri dari faktor maternal (paritas, etnis, riwayat persalinan, usia, panjang perineum), janin (berat badan janin, distosia, posisi janin), dan intrapartum (metode persalinan, jangka waktu persalinan, penggunaan obat-obatan intra partum, episiotomi, posisi persalinan). [1,2]
Faktor Maternal
Faktor risiko maternal terdiri dari:
- Nuliparitas : vagina dan perineum belum lentur menahan regangan karena belum pernah mengalami persalinan sebelumnya[1,2]
- Etnis Asia : etnis Asia ditemukan memiliki perineum dengan bentuk, karakteristik jaringan (elastisitas, lengkungan persalinan), serta lama persalinan kala 2 yang cenderung meningkatkan risiko ruptur perineum[1,2,6]
- Persalinan per vaginam dengan riwayat seksio sesarea : berhubungan dengan penggunaan instrumen untuk membantu persalinan normal, sehingga risiko ruptur meningkat[1,2,7]
- Usia ibu < 20 tahun : berhubungan dengan status primi-paritas pada wanita usia muda
- Ukuran perineum yang pendek (< 25 mm) : berhubungan dengan peningkatan regangan akibat toleransi terhadap ukuran janin yang berkurang (jalan lahir sempit)[1,2]
- Persalinan pada usia kehamilan > 40 minggu : berhubungan dengan ukuran janin yang besar[8]
Faktor Janin
Faktor risiko janin terdiri dari :
- Berat badan janin >4000 gram : berhubungan dengan ukuran janin yang lebih besar sehingga tekanan dan regangan pada perineum juga lebih besar
- Distosia bahu : berhubungan dengan persalinan kala 2 yang panjang serta tekanan dan regangan pada perineum yang besar
- Posisi oksipo-posterior : berhubungan dengan ekspulsi bayi yang lebih sulit[1,2,9]
Faktor Intrapartum
Faktor risiko intrapartum terdiri dari:
- Persalinan dengan instrumen : berhubungan dengan peningkatan tekanan dan regangan pada perineum
- Persalinan kala dua >60 menit : menandai persalinan yang sulit dan berhubungan dengan ukuran janin serta kapasitas jalan lahir ibu yang tidak seimbang
- Penggunaan epidural: hanya meningkatkan risiko ruptur perineum apabila terdapat 2 faktor lain, yakni persalinan kala 2 memanjang dan penggunaan instrumen
- Penggunaan oksitosin : peningkatan kontraksi uterus menyebabkan tekanan pada perineum yang lebih tinggi
- Episiotomi midline : 7 kali lipat lebih berisiko ruptur dibandingkan dengan mediolateral
- Persalinan dalam posisi litotomi, duduk, jongkok, dan menggunakan birth stool: berhubungan dengan dorongan ibu yang lebih kuat dibandingkan dengan posisi lainnya[1,2,8,10]