Patofisiologi Ruptur Perineum
Patofisiologi ruptur perineum diawali dengan peregangan pada bagian perineum, terutama pada saat melahirkan yang akhirnya menyebabkan robekan pada dinding vagina yang dapat meluas hingga mencapai anus.
Kondisi seperti primiparitas dapat menyebabkan ruptur perineum karena jalan lahir dan perineum belum pernah teregang karena persalinan sebelumnya. Hal ini menyebabkan kelenturan perineum masih belum cukup menahan ukuran janin dan tekanan dorongan ibu, sehingga ruptur perineum akan terjadi.[1,2]
Mekanisme lainnya adalah perineum yang pendek, menyebabkan tekanan pada perineum tidak dapat ditoleransi dengan maksimal dan meningkatkan kemungkinan ruptur perineum, yang juga dapat mengakibatkan perdarahan postpartum. Selain itu, penggunaan instrumen pada persalinan biasanya berhubungan dengan penarikan, sehingga menyebabkan tekanan dan regangan yang lebih tinggi pada perineum saat proses persalinan.[1,2]