Diagnosis Polip Serviks
Diagnosis polip serviks sering ditegakkan secara insidental pada pemeriksaan inspekulo rutin. Kebanyakan pasien asimptomatik, namun ada juga yang mengeluhkan perdarahan pervaginam.
Anamnesis
Diagnosis pasien dengan polip serviks melalui anamnesis dipisahkan menjadi dua kelompok, kelompok asimptomatik dan kelompok simptomatik.
Kelompok asimptomatik datang tanpa keluhan dan ditemukan polip pada pemeriksaan skrining rutin menggunakan inspekulo, misalnya saat menjalani Pap smear. Pada kelompok simptomatik, pasien datang dengan keluhan perdarahan intermenstrual, post coital, atau perdarahan post menopause. Keluhan tambahan yang bisa menyertai adalah teraba benjolan pada vagina dan nyeri abdomen.
Jika ukuran polip besar (diameter > 4 cm), dapat muncul gejala perdarahan pervaginam dengan cairan vagina berbau yang bersifat intermiten. Polip simptomatik lebih sering terjadi pada wanita premenopause, sedangkan polip asimptomatik sering terjadi pada wanita post menopause.[1,2,5,8]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah dengan inspekulo dan kolposkopi untuk menilai polip. Polip dapat soliter atau multipel, memiliki bulbus dengan tangkai tipis yang dasarnya berada di serviks. Umumnya, polip tampak berwarna merah ceri hingga keunguan, lunak, kenyal, dan rapuh, sehingga dapat terjadi perdarahan jika disentuh. Polip dengan ukuran >4 cm dapat disebut polip besar.[1,2]
Diagnosis Banding
Umumnya diagnosis polip serviks cukup jelas, apalagi jika ukuran lesi besar. Walaupun demikian, diagnosis banding berupa keganasan serviks, klamidia, dan hiperplasia mikroglandular.
Kanker Serviks
Kanker serviks biasanya memiliki gejala yang lebih berat dan lesi yang lebih ekstensif. Pada pemeriksaan histologi, bisa tampak displasia ringan hingga berat, baik berupa adenokarsinoma ataupun karsinoma sel skuamosa.[9]
Klamidia
Infeksi klamidia perlu dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan duh vagina serosanguinosa, perdarahan vagina, dan nyeri pelvis. Keluhan biasanya timbul setelah pasien berhubungan seksual. Klamidia dapat dibedakan dari polip serviks dengan pemeriksaan gram, kultur, dan Direct Immunofluoresence Assay.[7]
Hiperplasia Mikroglandular
Hiperplasia mikroglandular adalah pertumbuhan polipoid berukuran 1-2 cm yang banyak ditemukan pada wanita pengguna kontrasepsi oral. Secara mikroskopik, hiperplasia mikroglandular tampak sebagai unit tubular atau glandular yang berhimpitan dengan ukuran berbeda-beda dan dibatasi oleh epitel pipih atau kuboid dengan sitoplasma granular eosinofilik.[10]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk penegakan diagnosis. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah histopatologi, disertai radiologi jika perlu.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada serviks penting untuk dilakukan dan menjadi sumber diagnosis definitif. Peran pemeriksaan histopatologi pada polip melalui proses biopsi dapat menentukan luaran tata laksana.
Setelah tindakan polipektomi, sampel diperiksa untuk mengeliminasi kemungkinan keganasan. Gambaran polip serviks tipikal adalah hiperplasia epitel kolumnar yang tampak seperti pertumbuhan polipoid dengan epitel mucinous jinak disertai kripta. Beberapa variasi lain berupa struma longgar disertai edema dengan sel inflamatorik limfosit dominan dan sel plasma. Bisa juga ditemukan gambaran fibrosis dan inflamatorik.[1,2,8,11]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada polip serviks tidak dilakukan secara rutin. Pemeriksaan ini mungkin diperlukan untuk mengevaluasi dasar dari polip dan melengkapi hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan radiologi dapat menunjukkan massa multikistik pada pemeriksaan MRI T2-weighted dan cairan hipointense mengisi kista pada pemeriksaan MRI T1-weighted.[2]