Pendahuluan Polip Serviks
Polip serviks adalah pertumbuhan polipoidal pada serviks yang tampak seperti bulbus yang memiliki tangkai tipis. Pertumbuhan polip disebabkan perubahan reaktif serviks akibat inflamasi kronis, misalnya akibat servisitis.
Polip serviks umumnya jinak dengan ukuran 1-2 cm. Insidensi polip serviks adalah 4-10% dari seluruh patologi serviks. Kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita dewasa multipara di dekade ke-4 dan ke-5 kehidupan.
Umumnya, polip serviks bersifat asimptomatik yang terdeteksi secara tidak sengaja pada pemeriksaan inspekulo rutin. Pada beberapa pasien, bisa timbul keluhan perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan histopatologi akan tampak hiperplasia epitel kolumnar yang tampak seperti pertumbuhan polipoid dengan epitel mucinous jinak disertai kripta. Sering ditemukan inflamasi dan ulserasi pada jaringan.
Penatalaksanaan polip serviks telah berubah secara dramatis selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 1990, banyak standar terapi polip serviks bersifat invasif. Dalam penanganannya diperlukan rawat inap dan dilakukan polipektomi serta dilatasi dan kuretase endometrium di bawah anestesi umum. Tata laksana seperti ini dahulu dilakukan karena polip serviks dianggap dapat berkembang menjadi keganasan dan kecenderungan adanya polip endometrium bersamaan dengan polip serviks. Seiring penelitian lanjutan, prosedur invasif tersebut digantikan dengan tata laksana non invasif, dilakukan polipektomi secara rawat jalan, dan hanya polip simptomatik atau kasus dengan sitologi serviks abnormal yang diintervensi.[1-4]