Edukasi dan Promosi Kesehatan Kanker Serviks
Edukasi dan promosi kesehatan pada masyarakat luas sangat penting untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Edukasi dan promosi kesehatan yang baik dapat meningkatkan kesadaran wanita untuk melakukan skrining secara rutin.
Edukasi Pasien
Pasien yang menderita kanker serviks perlu diedukasi mengenai penyakit yang diderita, komplikasi yang bisa ditimbulkan, prognosis, serta modalitas terapi yang tersedia. Untuk pasien kanker serviks stadium awal sebaiknya pasien disarankan untuk segera melakukan terapi dan kontrol teratur ke dokter sebelum jatuh ke stadium kanker yang lebih lanjut.
Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi HPV dan melakukan skrining secara rutin. Skrining kanker serviks merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh semua wanita walaupun tidak memiliki gejala. Skrining bertujuan untuk mendeteksi lesi pre kanker yang bila tidak ditangani segera dapat berkembang menjadi kanker.
Skrining kanker serviks umumnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan pap smear dan deteksi HPV. Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan di bagian area transformasi serviks. Untuk melakukan pemeriksaan pap smear, pasien berbaring di meja periksa dengan posisi litotomi. Dokter akan memasukkan alat spekulum cocor bebek untuk melihat serviks. Setelah itu, dokter akan memasukkan sikat khusus di area transformasi seviks untuk mengambil sampel jaringan. Sampel jaringan yang terambil akan dioleskan di slide kaca atau ditempatkan di tempat yang berisi cairan khusus untuk kemudian dikirim ke laboratorium patologi anatomi. Pemeriksaan ini dapat dibarengi dengan deteksi infeksi HPV.
Berdasarkan pedoman yang dilakukan oleh American Cancer Society bekerja sama dengan American Society for Clinical pathology pada tahun 2012 merekomendasikan wanita yang berusia 21 – 29 tahun dan yang sudah pernah melakukan hubungan intim, untuk melakukan pemeriksaan pap smear setiap 3 tahun. Pada pasien wanita yang berusia 30 sampai 65 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear dan tes HPV setiap 5 tahun atau melakukan pemeriksaan pap smear saja setiap 3 tahun.[15] Sebelum melakukan pemeriksaan pap smear disarankan untuk tidak melakukan hubungan intim beberapa hari sebelumnya atau menggunakan cairan pembersih vagina.
Selain pemeriksaan pap smear, khususnya di negara berkembang, terdapat pemeriksaan skrining kanker serviks lain yaitu Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Pemeriksaan IVA tidak membutuhkan peralatan dan laboratorium yang canggih. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan oleh dokter ataupun tenaga medis lain seperti bidan dan paramedis. Prosedur ini menggunakan larutan asam asetat 3-5% yang dioleskan pada permukaan serviks. Asam asetat dapat menyebabkan koagulasi pada protein di inti sel sehingga area serviks yang abnormal dapat berubah warna menjadi putih. Hasil tes IVA yang positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan pap smear untuk memastikan lesi pra kanker atau kanker. Pemeriksaan IVA bisa disertai dengan tindakan kriyoterapi.[16]
Selain skrining, kanker serviks juga dapat dicegah dengan Vaksinasi HPV. Saat ini ada dua jenis vaksin HPV yang digunakan sebagai profilaksis kanker serviks yaitu vaksin bivalen (mengandung 2 tipe viirus) dan vaksin quadrivalen (mengandung 4 tipe virus). Pemberian vaksinasi HPV direkomendasikan untuk perempuan yang berusia 11-12 tahun walaupun vaksin ini juga dapat diberikan untuk wanita yang berusia 13 – 26 tahun yang belum pernah melakukan vaksinasi. Vaksinasi HPV idealnya diberikan kepada wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual, walaupun wanita yang sudah aktif seksual juga mendapatkan manfaat dari pemberian vaksin tersebut. Selain vaksinasi, kanker serviks juga dapat diminimalisir dengan penggunaan kondom serta menghindari berganti-ganti pasangan.[17]
Hasil skrining kanker serviks yang abnormal perlu ditindaklanjuti sesuai kondisi masing-masing pasien. Bila abnormalitas dicurigai sebagai suatu keganasan, kolposkopi dianjurkan. Bila abnormalitas bersifat minor, penatalaksanaan dilakukan sesuai stratifikasi risiko.