Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hydrocephalus general_alomedika 2022-10-21T08:56:01+07:00 2022-10-21T08:56:01+07:00
Hydrocephalus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hydrocephalus

Oleh :
dr. Felicia
Share To Social Media:

Tata laksana utama pada hydrocephalus adalah teknik pembedahan, yaitu pemasangan shunting yang berfungsi sebagai drainage. Tindakan ini bukan untuk menyembuhkan, tetapi untuk mengontrol gejala akibat peningkatan tekanan intrakranial. Pada hydrocephalus kongenital, pembedahan pada bayi berpotensi komplikasi sehingga ahli bedah saraf mungkin menunda melakukannya (terutama bayi prematur).

Untuk mengurangi progresifitas kerusakan otak, bayi hydrocephalus dapat diberikan terapi farmakologi dahulu sampai pembedahan aman dikerjakan. Pada keadaan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) akut, yang sering ditemukan pada hydrocephalus usia kanak-kanak atau dewasa, diperlukan tindakan pembedahan secepatnya. Pada beberapa kasus hydrocephalus tipe acquired, pembedahan tidak diperlukan bila etiologinya telah membaik, misalnya pada perdarahan intraventrikular yang sudah reabsorbsi tanpa skar.[1,50,52]

Terapi Pembedahan

Pembedahan merupakan tata laksana yang paling efektif untuk mengontrol gejala hydrocephalus karena peningkatan tekanan intrakranial. Pembedahan yang bisa dilakukan adalah metode pemasangan shunt, endoscopic third ventriculostomy (ETV), atau alternatif lainnya.

Metode Pemasangan Shunt

Pemasangan shunt adalah penatalaksanaan hydrocephalus yang paling efektif, hanya 25% pasien hydrocephalus berhasil diterapi tanpa shunting. Metode pemasangan shunt pada neonatus, bayi atau anak harus dikerjakan beberapa kali, ini untuk mempertahankan fungsi shunt yang sudah terpasang sesuai dengan pertumbuhan tubuh pasien.[1,42]

Hydrocephalus

Gambar 6. Ventriculoperitoneal (VP) Shunt pada Bayi dengan Hydrocephalus. Sumber: Shutterstock, 2022

Beberapa alternatif pemasangan shunt adalah ventriculoperitoneal (VP) shunt, ventriculoatrial (VA) shunt, lumboperitoneal shunt, torkildsen shunt, dan ventriculopleural shunt.

Ventriculoperitoneal (VP) Shunt

Ventriculoperitoneal (VP) shunt dilakukan dengan menghubungkan ventrikel lateral dengan peritoneum. Prosedur ini paling sering dikerjakan dan bertujuan untuk mengalirkan CSF yang berlebihan untuk diabsorbsi di cavum abdomen. Keuntungannya adalah kebutuhan untuk memperpanjang kateter dapat dihilangkan dengan menggunakan kateter peritoneum yang panjang.[1,42,45]

Ventriculoatrial (VA) Shunt

Ventriculoatrial (VA) shunt dilakukan dengan mengalirkan CSF dari ventrikel otak melalui vena jugularis dan vena cara superior, menuju atrium jantung kanan. Metode ini dikerjakan apabila pasien memiliki kelainan perut (peritonitis, obesitas berat, atau setelah laparotomi luas). Shunting ini perlu pembedahan berulang sesuai pertumbuhan anak.[1,42,45]

Lumboperitoneal Shunt

Lumboperitoneal shunt, hanya dilakukan pada kasus hydrocephalus communicating, fistula CSF, atau pseudotumor cerebri.[1,42,45]

Torkildsen shunt

Torkildsen shunt, jarang digunakan, adalah shunting ventrikel ke ruang cisternal. Hanya efektif untuk hydrocephalus obstruktif yang didapat.[1,42,45]

Ventriculopleural Shunt

Ventriculopleural shunt, dianggap sebagai lini kedua setelah VP shunt. Digunakan jika jenis shunting lain dikontraindikasikan.[1,42,45]

Pertimbangan Terapi Pembedahan dan Farmakologis pada Bayi Prematur

Intervensi/terapi pada bayi prematur yang mengalami dilatasi ventrikel masih kontroversial, antara terapi farmakologis dengan acetazolamide, pungsi lumbal, ventricular access reservoir, ventriculo-subgaleal shunt, atau drainase ekstraventrikular. Akan tetapi, biasanya pada keadaan dimana terjadi ventrikulomegali yang progresif dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial yang signifikan, lebih dipilih intervensi operasi dibanding terapi farmakologis.[34]

Pertimbangan Terapi Pembedahan pada Normal Pressure Hydrocephalus (NPH)

Pada normal pressure hydrocephalus (NPH), intervensi standar yang direkomendasikan adalah pemasangan AV shunt. Hal ini berdasarkan hipotesis bahwa CSF yang dialirkan akan mengurangi dan menormalisasi tekanan transmantle (perbedaan tekanan antara ruang ventrikel dan subarachnoid), sehingga gejala membaik.[11]

Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV)

Endoscopic third ventriculostomy (ETV) adalah prosedur menggunakan endoskopi untuk membuat lubang/perforasi pada tulang tengkorak. Bertujuan untuk mengakses ventrikel, kemudian membuat lubang pada membran basal ruang ventrikel ke ruang subarachnoid, agar CSF dapat mengalir melalui bypass ini kemudian diabsorbsi.

Tindakan ETV dilakukan terutama pada kasus aqueductal stenosis (hydrocephalus obstruktif atau non-communicating), dan dikontraindikasikan untuk hydrocephalus communicating. Metode ETV ini sudah banyak dilakukan, terutama di negara-negara maju, karena memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi (62-82%) dengan angka infeksi yang rendah (<2%).[34,42,45]

Pembedahan Alternatif Lain

Alternatif pembedahan untuk tata laksana hydrocephalus, selain shunting di antaranya pungsi lumbal berulang, choroid plexus cauterization (CPC), pembukaan aqueductal stenosis, serta pengangkatan tumor penyebab.

Pungsi Lumbal Berulang:

Pungsi lumbal berulang, dapat dilakukan pada kasus hydrocephalus pasca perdarahan intraventrikular, karena kondisi ini dapat sembuh secara spontan maka tidak diperlukan shunting Hanya dapat dilakukan untuk kasus hydrocephalus communicating, dan kontraindikasi apabila ada tanda peningkatan tekanan intrakranial.[34,42,45]

Choroid Plexus Cauterization (CPC):

Choroid plexus cauterization (CPC) atau pleksektomi koroid atau koagulasi pleksus koroid. Bertujuan mengurangi jumlah jaringan plexus choroid yang memproduksi cairan serebrospinal. Akan meningkat angka keberhasilannya bila kombinasi dengan prosedur ETV.[34,42,45]

Pembukaan Aqueductal Stenosis:

Pembukaan aqueductal stenosis (cerebral queductoplasty), tingkat keberhasilannya lebih rendah daripada shunting. Efektif pada kasus hydrocephalus didapat karena tumor, juga kasus dengan stenosis membran dan segmen pendek sylvian aqueduct.[34,42,45]

Pengangkatan Tumor Penyebab:

Pengangkatan tumor penyebab dapat menyembuhkan 80% pasien hydrocephalus acquired yang disebabkan karena obstruksi tumor pada sistem ventrikel.[34,42,45]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis untuk pasien hydrocephalus hanya diberikan sementara, misalnya untuk hydrocephalus pasca perdarahan pada neonatus, normal pressure hydrocephalus (NPH), atau pada pasien yang tidak mungkin dilakukan tindakan operasi. Tujuan terapi untuk mencegah komplikasi sensorik maupun gangguan intelektual. Obat-obatan yang dapat digunakan meliputi agen osmotik, carbonic anhydrase inhibitors (CAI) seperti acetazolamide, glukokortikoid, dan digoxin.[10]

Agen Osmotik

Agen osmotik dapat mengurangi produksi cairan serebrospinal, atau membuat otak dehidrasi karena diuresis. Isosorbide sering digunakan untuk hydrocephalus kongenital, sebagai terapi mengontrol tekanan intrakranial sebelum bayi menjalankan shunting, bukan sebagai pengganti tindakan operasi.

Del Bigio MR et al. melakukan studi dengan memberikan isosorbide kepada pasien hydrocephalus neonatus sampai usia 62 tahun (median usia 1 bulan), dengan dosis 1-3 g/kgBB, per oral, sampai 6 kali per hari, selama 1-54 hari (median 4 hari). Hasil menunjukkan bahwa isosorbide dapat menunda operasi pemasangan shunting karena dapat memperlambat laju peningkatan tekanan intrakranial, tetapi harus diperhatikan efek samping obat. Jika acetazolamide digunakan sendirian, tampaknya menurunkan risiko nefrokalsinosis secara signifikan.[10,50]

Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAI)

Acetazolamide (ACZ) merupakan CAI yang dapat mengurangi sekresi CSF. Berdasarkan teori bahwa plexus choroid memiliki kadar carbonic anhydrase yang tinggi, sehingga penggunaan ACZ mengurangi produksi CSF. Pemberian ACZ dapat sendiri atau bersama dengan furosemid, untuk hydrocephalus pasca perdarahan pada neonatus sebelum dilakukan operasi shunting.  Akan tetapi, efek penurunan produksi cairan serebrospinal tidak konsisten, sehingga efek terapeutiknya untuk hydrocephalus bayi dan anak diabaikan.[10,50]

Hal ini kontras dengan hydrocephalus pada orang dewasa, ACZ memberikan respon yang baik terutama pada normal pressure hydrocephalus (NPH), serta untuk penurunan tekanan intrakranial pasca operasi shunting. Pada NPH, pemberian ACZ per oral, dosis 125–375 mg/hari, dapat menurunkan hiperintensitas periventrikular yang terlihat pada pemeriksaan MRI.[10,50]

Glukokortikoid

Glukokortikoid, seperti dexamethasone dan prednison, memiliki efek menurunkan produksi TIK dengan mengurangi produksi CSF. Penelitian menyebutkan bahwa dexamethason dapat sementara menghilangkan gejala hydrocephalus pada anak, meskipun tetap diperlukan intervensi bedah. Kortikosteroid juga diyakini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya fibrosis pada ruang subarachnoid.[50]

Digoxin

Digoxin merupakan inhibitor Na-K-ATPase, pada dosis yang tidak kardiotoksik dapat mengurangi produksi CSF. Akan tetapi, berdasarkan beberapa penelitian pada hydrocephalus anak maupun dewasa, sebagian pasien memberikan respon positif terhadap obat ini, tetapi ada pula yang tidak memberikan efek apapun.[50]

Terapi Non-Farmakologis

Belum ada terapi non-farmakologis yang spesifik untuk hydrocephalus. Pasien yang baru menjalankan intervensi operasi akan dirawat di ruang perawatan intensif selama beberapa hari tergantung klinis.

Beberapa ahli bedah menyarankan pasien post-shunting untuk berada pada posisi terlentang selama 1-2 hari setelah operasi untuk meminimalisir kemungkinan mengalami hematoma subdural. Sedangkan pada pasien dengan normal pressure hydrocephalus (NPH) disarankan untuk tetap melakukan mobilisasi bertahap post-operasi.[42]

Terapi Hydrocephalus dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial Akut

Pada kasus hydrocephalus dengan peningkatan tekanan intrakranial onset cepat, pedoman penatalaksanaannya adalah darurat. Hal-hal yang harus dilakukan disesuaikan dengan etiologi setiap kasus, di antaranya :

  • Ventricular tap pada pasien neonatus

  • Open ventricular drainage pada pasien anak-anak dan dewasa

  • Pungsi lumbal pada posthemorrhagic atau post meningitis hydrocephalus[42]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Wright Z, Larrew TW, Eskandari R. Pediatric Hydrocephalus: Current State of Diagnosis and Treatment. Pediatr Rev. 2016 Nov;37(11):478–90.
10. Zhang L, Hussain Z, Ren Z. Recent Advances in Rational Diagnosis and Treatment of Normal Pressure Hydrocephalus: A Critical Appraisal on Novel Diagnostic, Therapy Monitoring and Treatment Modalities. Curr Drug Targets. 2019 Feb 15;20.
11. Gooriah R, Raman A. Idiopathic Normal Pressure Hydrocephalus: An Overview of Pathophysiology, Clinical Features, Diagnosis and Treatment. Update Dement. 2016 Sep 28; https://www.intechopen.com/books/update-on-dementia/idiopathic-normal-pressure-hydrocephalus-an-overview-of-pathophysiology-clinical-features-diagnosis-
34. Kahle KT, Kulkarni AV, Limbrick DD, et al. Hydrocephalus in children. The Lancet. 2016 Feb 20;387(10020):788–99.
42. Hydrocephalus. 2018. Medscape. https://emedicine.medscape.com/article/1135286-overview#a1
45. McAllister JP, Williams MA, Walker ML, et al. An update on research priorities in hydrocephalus: overview of the third National Institutes of Health-sponsored symposium “Opportunities for Hydrocephalus Research: Pathways to Better Outcomes.” J Neurosurg. 2015 Dec;123(6):1427–38.
50. Del Bigio MR, Di Curzio DL. Nonsurgical therapy for hydrocephalus: a comprehensive and critical review. Fluids Barriers CNS. 2016 Feb 5;13. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4743412/

Diagnosis Hydrocephalus
Prognosis Hydrocephalus
Diskusi Terkait
dr. Reren Ramanda
02 Januari 2022
Pasien bayi hidrosefalus apakah ada persyaratan tertentu sebelum dilakukan prosedur pemasangan VP shunt
Oleh: dr. Reren Ramanda
4 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, pada pasien bayi hidrosefalus, apakah ada persyaratan tertentu sebelum boleh dilakukan prosedur pemasangan VP shunt?
dr. Ajeng Paramita
02 Desember 2021
MRI pada pasien dicurigai hidrosefalus - Bedah Saraf Ask The Expert
Oleh: dr. Ajeng Paramita
1 Balasan
Alo dr. Petra, Sp.BS. Dok ada kasus seorang anak usia 1 tahun. Riwayat lahir prematur. Pada usia 3 bulan dicurigai adanya hidrosefalus dari pemeriksaan fisik...
dr. Nurul Falah
19 Maret 2020
Pasien usia 1th dengan alobar holoprosencephaly, sudah terpasang VP shunt namun lingkat kepala tidak kunjung mengecil
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Dokter, tadi ada user yg menyampaikan kalau anaknya mengalami Alobar Holoprosencephaly, dan saat ini anaknya usianya sudah 1 tahun Dok, sudah dilakukan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.