Epidemiologi Hydrocephalus
Data epidemiologi mengenai hydrocephalus di Indonesia masih sangat terbatas. Berdasarkan studi epidemiologi yang dilakukan Isaacs et al., hydrocephalus paling banyak terjadi pada bayi, neonatus dan anak-anak (77%) dibandingkan orang dewasa (10%) dan lansia (13%). Negara maju dengan rerata penghasilan yang lebih tinggi memiliki insidens yang lebih rendah. Selain itu, 80% bayi dengan gangguan neural tube selanjutnya mengalami hydrocephalus. [30]
Global
Prevalensi hydrocephalus secara keseluruhan di dunia mencapai 84,7 per 100.000. Insidensi hydrocephalus kongenital mencapai 3-4 per 1.000 kelahiran hidup. Terdapat sekitar 100.000 implantasi shunting dilakukan setiap tahunnya pada negara-negara berkembang. Insidensi normal pressure hydrocephalus (NPH) adalah 0,2-5,5 per 100.000 orang per tahun dengan prevalensi 0,003% pada usia <65 tahun dan 0,2% sampai 2,9% pada usia >65 tahun. [30-32]
Indonesia
Di Indonesia, data epidemiologi mengenai hydrocephalus masih jarang ditemukan. Namun, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rahmayani et al. di RSUD dr. Soetomo, dari 80 pasien yang menderita hydrocephalus, 41,25% mengalami hydrocephalus komunikans dan 58,75% mengalami hydrocephalus non komunikans. Insidens hydrocephalus di Indonesia mencapai 10 permil. Bayi merupakan kelompok usia terbanyak yang mengalami hydrocephalus (46,25%), sedangkan neonatus hanya mencapai 5%. Jenis kelamin yang lebih banyak mengalami hydrocephalus adalah laki-laki dengan rasio 2,1:1. Hal ini karena adanya faktor genetik (gen resesif terkait-X). [33]
Mortalitas
Angka mortalitas hydrocephalus berhubungan dengan etiologi dan penyakit penyerta. Pada pasien dengan hydrocephalus post-infeksi meningitis dengan patogen Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae, memiliki risiko mortalitas yang mencapai 60%. Angka mortalitas perioperatif shunt hanya 0,5%. Diperkirakan angka mortalitas dalam 30 tahun setelah shunting mencapai 5-10%. [30,34]