Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Arteriovenous Malformation (AVM) annisa-meidina 2025-09-29T11:27:39+07:00 2025-09-29T11:27:39+07:00
Arteriovenous Malformation (AVM)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Arteriovenous Malformation (AVM)

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Pemilihan penatalaksanaan arteriovenous malformation (AVM) atau malformasi arteriovenosa didasarkan pada lokasi, ukuran nidus, gejala, risiko perdarahan, dan kondisi klinis pasien, dengan mempertimbangkan skor penilaian seperti Spetzler–Martin untuk AVM serebral. Keputusan terapi idealnya dibuat melalui diskusi multidisiplin untuk menyeimbangkan manfaat eradikasi lesi dengan risiko morbiditas neurologis atau fungsional.[3,4,8,39,40]

Medikamentosa

Farmakoterapi pada AVM berfokus pada penatalaksanaan simptomatik, khususnya pada pasien yang tidak memiliki indikasi atau memilih untuk tidak menjalani intervensi invasif. Pendekatan ini umumnya dipertimbangkan pada pasien usia lanjut atau pasien tanpa faktor risiko tinggi perdarahan.[1,4,41]

Antikonvulsan

Antikonvulsan diberikan sesuai tipe kejang yang dialami. Obat yang lazim digunakan meliputi phenytoin, carbamazepine, asam valproat, atau lamotrigine, terutama untuk kejang onset parsial.

Sebagian besar pasien menunjukkan kontrol kejang yang baik dengan terapi standar ini, namun tidak terdapat bukti yang mendukung pemberian antiepileptik profilaksis pada pasien AVM yang belum pernah mengalami kejang. Risiko kejang lebih tinggi pada AVM serebral yang terletak di korteks atau yang memiliki riwayat perdarahan atau defisit neurologis fokal sebelumnya.[4]

Analgesik

Penatalaksanaan nyeri pada AVM dilakukan berdasarkan karakteristiknya, baik menggunakan analgesik nonspesifik maupun terapi khusus migren. Serotonin agonis tidak secara mutlak dikontraindikasikan, kecuali jika muncul gejala neurologis fokal selama serangan migren.

Nyeri kepala akut dengan onset mendadak memerlukan evaluasi segera dengan pencitraan neurodiagnostik untuk menyingkirkan perdarahan intrakranial atau subaraknoid sebelum pemberian terapi simptomatik.[1,4,41]

Pembedahan

Terapi bedah merupakan salah satu modalitas utama yang dapat dilakukan tunggal atau dikombinasikan dengan embolisasi endovaskular maupun terapi radiasi terfokus. Risiko tindakan bedah biasanya dinilai menggunakan Spetzler–Martin grading system, yang mempertimbangkan ukuran AVM, lokasi pada area otak fungsional kritis (motorik, sensorik, bahasa, visual), dan adanya drainase vena dalam.

AVM kecil (<3 cm) pada lokasi non-kritis dengan grade I–II direkomendasikan untuk menjalani reseksi bedah primer bila dapat diakses dengan risiko rendah, sedangkan jika lokasi atau anatomi vaskular meningkatkan risiko bedah, terapi radiasi dapat menjadi alternatif. AVM dengan grade III biasanya ditangani melalui pendekatan multimodal, yaitu embolisasi diikuti reseksi bedah, atau bila risiko bedah tinggi, dilanjutkan dengan terapi radiasi pasca embolisasi.

Lesi dengan grade IV–V umumnya tidak layak untuk operasi tunggal karena risiko prosedural yang besar, sehingga penanganan lebih mengarah pada kombinasi embolisasi, radiosurgery, atau operasi selektif. Embolisasi sebaiknya dilakukan bila tujuannya adalah eradikasi total AVM bersama modalitas lain, kecuali pada kasus tertentu untuk tujuan paliatif seperti mengurangi aliran arteri pada AVM dengan obstruksi aliran vena atau steal phenomenon untuk mengontrol edema dan mengurangi beban shunt.[4]

Tabel 1. Spetzler-Martin Grading System

Domain Skor
Ukuran
0-3 cm 1
3,1 – 6 cm 2
>6 cm 3
Lokasi Lesi
Area fungsional kritis (eloquent) 1
Area fungsional non-kritis (non-eloquent) 0
Drainase Vena Dalam
Superfisial 0
Dalam 1

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2025.[4,46]

Reseksi Bedah

Reseksi bedah merupakan terapi definitif pada AVM berukuran kecil hingga sedang yang terletak di area non-eloquent otak. Prosedur ini diawali dengan kraniotomi, menggunakan panduan MRI untuk memastikan lokasi nidus secara akurat. Setelah itu, dilakukan identifikasi dan pengendalian feeding artery guna mengurangi risiko perdarahan selama tindakan.

Pengangkatan nidus dilakukan secara menyeluruh untuk mencegah perdarahan berulang serta memperbaiki gejala neurologis. Pemilihan tindakan ini didasarkan pada skor Spetzler-Martin, untuk menilai ukuran AVM, lokasi terhadap area eloquent otak, serta aliran vena, sehingga tindakan dilakukan jika risiko pembedahan rendah dan hasil klinis diperkirakan optimal.[3,4,8]

Embolisasi Endovaskular

Embolisasi endovaskuler pada AVM merupakan pilihan pertama dalam menurunkan risiko perdarahan, mengurangi kecepatan aliran, menurunkan ukuran AVM, serta mempermudah tindakan lanjutan seperti reseksi atau radiosurgery. Tindakan ini dipilih untuk AVM yang beraliran tinggi, yang dapat menimbulkan gejala berat, yang sulit direseksi langsung, dan tidak dapat menjalani radiosurgery.

Prosedur dilakukan dengan memasukkan mikrokateter melalui arteri femoralis, lalu diarahkan secara selektif ke nidus menggunakan digital subtraction angiography (DSA). Setelah posisi dikonfirmasi, agen embolisasi seperti polyvinyl alcohol (PVA) atau N-butyl cyanoacrylate (NBCA) disuntikkan untuk menghentikan aliran darah. Pemilihan bahan disesuaikan dengan ukuran, lokasi, serta dinamika aliran AVM.[3,4,8]

Radiosurgery

Radiosurgery adalah terapi non-invasif untuk AVM berukuran kecil hingga sedang, yang letaknya sulit dijangkau pembedahan. Prosedur ini menggunakan radiasi terfokus yang menyebabkan obliterasi nidus bertahap tanpa merusak jaringan otak sekitarnya.

Tindakan ini dipilih pada pasien dengan risiko operasi tinggi atau AVM berada di area otak eloquent. Meski hasilnya tidak langsung terlihat, radiosurgery terbukti efektif menurunkan risiko perdarahan jangka panjang.[3,4,8]

Terapi Suportif

Pendekatan non-farmakologis diperlukan untuk pasien yang memiliki kontraindikasi pembedahan atau mengalami gangguan fungsional jangka panjang. Rehabilitasi medis seperti fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi wicara diperlukan untuk menangani defisit neurologis pasca perdarahan atau intervensi.[39-41]

Follow Up

Follow up pada AVM bertujuan untuk memastikan efektivitas terapi, deteksi dini komplikasi, serta pemantauan berulang tanda dan gejala perdarahan ulang. Evaluasi dilakukan secara berkala. baik melalui pemeriksaan klinis dan pencitraan.[1,4,8,39]

Follow up Pasca Intervensi

Pemantauan dilakukan berkala untuk menilai ada tidaknya nidus yang masih tersisa dan memastikan obliterasi nidus secara bertahap pada pasien yang menjalani radiosurgery. Pemantauan dilakukan dengan pemeriksaan fungsi neurologis, status fungsional, serta kualitas hidup pasien. Pemantauan dengan MRI/MRA dilakukan setiap 6-12 bulan selama 2–3 tahun.[1,4,8,39]

Follow up pada Unruptured AVM

Follow up pada unruptured AVM bertujuan untuk menilai progresi nidus, mengevaluasi risiko perdarahan, dan mengevaluasi gejala klinis. Pemantauan mencakup evaluasi adanya gejala baru seperti kejang, nyeri kepala progesif atau defisit neurologi.

Lakukan juga evaluasi ulang skor Spetzler-Martin dan profil risiko untuk membantu menentukan perlunya intervensi atau observasi lanjutan. MRI, MRA, atau DSA disarankan dilakukan setiap 1-2 tahun untuk memantau ukuran dan ada atau tidaknya perubahan morfologi nidus.[1,39]

Referensi

1. Bokhari MR, Bokhari SRA. Arteriovenous Malformation of the Brain. StatPearls Publishing; 2025 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430744/
3. Zyck S, Davidson CL, Sampath R. Arteriovenous Malformations of the Central Nervous System. StatPearls Publishing; 2025 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531479/
4. Sen S. Arteriovenous Malformations. Medscape. Nov 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1160167-overview#a5
8. Shen Y, Su L, Wang D, et al. Overview of Peripheral Arteriovenous Malformations: From Diagnosis to Treatment Methods. Journal of interventional Medicine, 2023. 6(4), 170–175. https://doi.org/10.1016/j.jimed.2023.10.006
39. Lu VM, Wahood W, Rinaldo L, Ahn ES, Daniels DJ. Long-term functional outcome after intervention for pediatric intracranial arteriovenous malformations: A systematic review and meta-analysis. Clin Neurol Neurosurg. 2020 Apr;191:105707. doi: 10.1016/j.clineuro.2020.105707.
40. Benhassine L, Won SY, Filmann N, et al. Long-term follow-up in patients with brain arteriovenous malformation based on the Quality of Life Scale and socioeconomic status. Neurosurg Rev, 2022. 45, 3281–3290. https://doi.org/10.1007/s10143-022-01847-8
41. Yi A, Linn J, Ochmanek E, et al. Trend in the Use of Pain Modalities in Patients with Vascular Anomalies. Journal of Vascular Anomalies, 2025. 6(1):p e107. DOI: 10.1097/JOVA.0000000000000107

Diagnosis Arteriovenous Malforma...
Prognosis Arteriovenous Malforma...

Artikel Terkait

  • Memahami Gene Recessive Disease: Skrining pada Janin dan Bayi – Video Alomedika
    Memahami Gene Recessive Disease: Skrining pada Janin dan Bayi – Video Alomedika
Diskusi Terkait
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibuat 20 Juli 2024, 15:43
Body Stalk Anomalies - Limb Body Wall Defect
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
0 Balasan
https://youtu.be/qe7_GlPYmwwMerupakan kelainan langka dimana sebagian besar anggota bagian tubuh janin tidak berkembang. Bagian tubuh seperti ekstremitas...
Anonymous
Dibalas 29 September 2023, 18:09
Spesialis rujukan untuk atresia vagina atau agenesis vagina
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter. Mohon bimbingannya dokter. Izin bertanya untuk pasien yg curiga Atresia vagina atau Agenenis vagina baiknya di rujuk ke bagian mana y dok? Apakah...
Anonymous
Dibalas 06 Juli 2022, 11:47
Pasien bayi baru lahir dengan lutut bengkok ke arah yang berlawanan
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Selamat pagi dokterMohon maaf mengganggu waktunyaizin konsul dokPasien bayi baru lahir di puskesmas laki2, lahir normal, AS 1 = 8 , AS = 10,Proses persalinan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.