Penatalaksanaan Halitosis
Penatalaksanaan halitosis atau halitosis tergantung dari etiologinya. Oleh karena itu, dengan diketahuinya etiologi yang tepat, penatalaksanaan halitosis akan efektif. Adapun tata laksana yang dapat dilakukan adalah perawatan gigi dan mulut, pemberian saliva artifisial, pengendalian faktor resiko, dan perawatan multidisiplin apabila diperlukan. [10,11,22,24]
Perawatan Gigi dan Mulut
Bila ditemukan gigi berlubang maka dilakukan penambalan gigi. Namun, jika lubang tersebut sudah mencapai pulpa, maka perlu dilakukan perawatan saluran akar terlebih dahulu kemudian dilakukan penambalan gigi.
Sementara itu, bila gigi berlubang (karies gigi) sudah tidak dapat dipertahankan, maka dilakukan pencabutan pada gigi tersebut dan dilakukan pemasangan gigi tiruan. Apabila terdapat karang gigi maka dilakukan pembersihan karang gigi. [10,11,22,24]
Pemberian Saliva Artifisial
Pemberian saliva artifisial dapat dilakukan apabila pasien mengalami xerostomia yang serius akibat gangguan fungsi kelenjar ludah atau penyakit lainnya. Namun, cara ini jarang dilakukan. [10,11,22,24]
Rawat Bersama Multi Disiplin
Halitosis yang bersumber dari kondisi patologis ekstraoral dapat dihilangkan apabila penyakit yang menyebabkannya disembuhkan. Oleh karena itu, dokter gigi dapat mengkonsultasikan pasien yang dicurigai memiliki penyakit lain kepada dokter spesialis terkait. [10,11,22,24]
Perawatan untuk Mempertahankan Kesehatan Gigi
Pasien dapat mempertahankan kesehatan gigi dengan cara melakukan higienitas gigi secara benar. Beberapa metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
- Membersihkan lidah: tongue scrapers, tongue brushes
- Agen yang digunakan untuk menyamarkan bau mulut : pasta gigi, mouth wash, permen karet
- Agen antimikroba : chlorhexidine, chloride, amine fluoride-stannous fluoride [25,26]