Penatalaksanaan Abses Gigi
Penatalaksanaan abses gigi utama melibatkan drainase abses, penggunaan antibiotik, kontrol nyeri, dan pengendalian sumber infeksi.
Berobat Jalan
Penanganan abses gigi tidak memerlukan rawat inap ke rumah sakit kecuali pasien menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan meliputi demam, dispnea atau gangguan saluran napas. Sebagian besar perawatan abses gigi dapat diobati pada rawat jalan melalui insisi drainase abses lokal dan pemberian antibiotik sistemik spektrum luas.
Pembedahan
Insisi dan drainase menjadi terapi utama dari abses gigi yang terbukti sebagai cara yang efektif untuk mengatasi infeksi. Pembedahan biasanya dilakukan dengan anestesi lokal. Insisi dibuat dan drainase pus dilakukan dengan kuretase dan penekanan pada area abses. Irigasi dengan cairan saline normal kemudian dilakukan untuk membersihkan pus yang tersisa.
Medikamentosa
Etiologi utama abses gigi adalah bakteri sehingga pemberian antibiotik dapat diberikan sebagai terapi tambahan dari insisi dan drainase. Pemberian antibiotik dapat dilakukan secara empiris maupun sesuai dengan uji sensitivitas. Terapi antibiotik empiris biasanya disesuaikan dengan pola etiologi dari abses gigi.
Antibiotik Golongan Penisilin
Sebagian besar bakteri tersering penyebab abses gigi sensitif terhadap antibiotik golongan penisilin. Oleh karena itu, antibiotik golongan penisilin masih menjadi terapi lini pertama farmakoterapi abses gigi. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah:
Amoxicillin: 500 mg oral setiap 8 jam
- Amoxiclav: 875 mg oral setiap 12 jam
- Phenoxymethyl Penicillin (Penisilin V): 250 -500 mg oral setiap 6 jam
Akhir akhir ini resistensi penisilin oleh bakteri penghasil beta lactamase meningkat, oleh karena itu penisilin dengan kombinasi beta lactamase inhibitor atau obat lain seperti metronidazole dapat dipertimbangkan. Dosis metronidazole yang dapat diberikan:
Metronidazole: 200 - 400 mg oral setiap 8 jam
Terapi Antibiotik Alternatif
Jika pasien alergi dengan penisilin maka terapi antibiotik pilihannya adalah sebagai berikut:
- Clindamycin: 300 mg oral tiap 6 jam
Clarithromycin: 200 mg oral tiap 12 jam
- Erythromycin: 250 –500 mg oral tiap 6 jam
Doxycyline: 100 mg oral tiap 12 jam
Clindamycin menjadi terapi alternatif pertama pada pasien dengan alergi penisilin karena efikasinya dalam melawan infeksi endodontik telah terbukti. Clindamycin meningkatkan cakupan terhadap organisme gram positif, anaerob, dan organisme yang resisten dengan beta laktam, namun beberapa efek samping pada sistem gastrointestinal lebih banyak dilaporkan.
Penggunaan makrolida tidak menjadi terapi lini pertama dan hanya diberikan pada pasien dengan alergi penisilin sebab terdapat resistensi terhadap bakteri Prevotella dan Streptococcus anaerob yang merupakan etiologi dari abses gigi. [1-3,7,8,12]
Terapi Suportif
Terapi suportif abses gigi meliputi eliminasi sumber infeksi. Diperlukan perawatan saluran akar jika gigi masih bisa dipertahankan. Jika gigi tidak dapat dipertahankan atau gigi impaksi menjadi sumber infeksi abses gigi, maka dokter akan mempertimbangkan untuk mengekstraksi gigi. Selain pemberian antibiotik, pasien perlu diberikan analgesik, misalnya asam mefenamat atau diklofenak, untuk mengurangi nyeri gigi.[3,8]