Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Tuberkulosis Paru pada Anak general_alomedika 2022-01-26T15:03:33+07:00 2022-01-26T15:03:33+07:00
Tuberkulosis Paru pada Anak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Tuberkulosis Paru pada Anak

Oleh :
dr. Inge Nandya H
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa kasus tuberkulosis paru pada anak di Indonesia menyumbang lebih dari 9% kasus tuberkulosis. Tuberkulosis paru pada anak muncul lebih sering pada populasi kurang beruntung, misalnya tuna wisma, anak dengan malnutrisi, dan mereka yang tinggal di lingkungan padat penduduk. Secara umum, diperkirakan terdapat 9 juta kasus baru tuberkulosis setiap tahunnya, serta diduga 19% hingga 43,5% populasi di seluruh dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.[2]

Global

Menurut Global tuberculosis report 2021 oleh WHO, pandemi COVID-19 banyak berpengaruh dalam menurunkan capaian target tuberkulosis secara global. WHO menyatakan bahwa jumlah pasien yang baru didiagnosis tuberkulosis menurun dari 7,1 juta pada tahun 2019 menjadi 5,8 juta pada tahun 2020. Penurunan ini 93% didapatkan pada 16 negara, termasuk India, Indonesia, dan Filipina.

Penurunan akses terhadap diagnosis dan manajemen tuberkulosis menyebabkan peningkatan kematian akibat tuberkulosis. Pada tahun 2020, diperkirakan ada 1,3 juta kematian akibat tuberkulosis pada pasien HIV negatif dan 214.000 pada pasien HIV positif. Angka ini meningkat dari tahun 2019 dimana dilaporkan ada 1,2 juta kematian pada pasien HIV negatif dan 209.000 kematian pada pasien HIV positif.

Dari jumlah kematian akibat tuberkulosis pada pasien HIV negatif, 16% terjadi pada anak usia di bawah 15 tahun. Sementara itu, pada populasi HIV positif, kematian pada anak berkontribusi sebesar 9,8%.

Pada tahun 2020, dari 4,8 juta pasien yang didiagnosis tuberkulosis paru di seluruh dunia, dilaporkan bahwa 59% menunjukkan hasil konfirmasi positif dari pemeriksaan bakteriologi. Penggunaan rapid test sebagai alat bantu diagnosis tuberkulosis dilaporkan masih terbatas, yaitu hanya pada 33% pasien yang baru didiagnosis tuberkulosis di tahun 2020.[13]

Indonesia

Di Indonesia, data tahun 2020 menunjukkan ada 351.936 pasien baru terdiagnosis, dibandingkan sebanyak 568.987 pada tahun 2019. Terdapat 3 daerah yang menyumbang sekitar 46% kasus tuberkulosis di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Proporsi kasus tuberkulosis pada anak di Indonesia umur 0 hingga 14 tahun sebanyak 9,3%. Jumlah kasus tuberkulosis anak paling banyak terjadi di Jawa Barat, yaitu sebesar 5.900 kasus, dimana sebanyak 182 kasus di antaranya terkonfirmasi melalui pemeriksaan bakteriologi.

Target nasional untuk angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis di Indonesia sebesar 90%. Pada tahun 2020, angka tersebut hanya tercapai sebesar 82,7%.[14]

Mortalitas

Tuberkulosis diperkirakan menyebabkan hampir seperempat juta kematian pada anak di bawah usia 15 tahun. Dari angka tersebut, lebih dari 80% kematian terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Lebih dari 96% kematian terjadi pada anak yang tidak mendapat pengobatan antituberkulosis.[15] Beberapa studi menunjukkan bahwa usia di bawah 5 tahun, seropositif HIV, leukositosis, tuberkulosis ekstrapulmonal, anemia, dan kepatuhan yang buruk terhadap terapi meningkatkan risiko mortalitas.[16,17]

Anak dengan tuberkulosis juga mengalami hendaya dalam hidupnya. Anak mudah merasa lelah, mengalami hambatan dalam aktivitas harian, sulit memiliki performa optimal di sekolah, dan memiliki hambatan dalam aktivitas fisik.[18]

Referensi

2. Batra V. Pediatric tuberculosis. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/969401-overview#a1.
13. World Health Organization. Global tuberculosis report 2021. World Health Organization, 2021. https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240037021
14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021. https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-Tahun-2020.pdf.
16. Dawit Z, Abebe S, Dessu S, et al. Incidence and predictors of mortality among children co-infected with tuberculosis and human immunodeficiency virus at public hospitals in Southern Ethiopia. PLOS ONE, 2021. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0253449
17. Bafwafwa DN, Mukuku O, MbuliLukamba R, Tshikamba EM, Kanteng GW, et al. Risk Factors Affecting Mortality in Children with Pulmonary Tuberculosis in Lubumbashi, Democratic Republic of the Congo. J Lung Pulm Respir Res, 2017. 4(6): 00151. DOI: 10.15406/jlprr.2017.04.00151

Etiologi Tuberkulosis Paru pada ...
Diagnosis Tuberkulosis Paru pada...

Artikel Terkait

  • Profilaksis Tuberkulosis
    Profilaksis Tuberkulosis
  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
    Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
  • Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
    Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
  • Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia
    Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
14 hari yang lalu
Pengobatan untuk pasien TB putus obat
Oleh: Anonymous
9 Balasan
Alo dok. Izin diskusi.Os laki-laki usia 60 th datang dg keluhan batuk disertai dg dahak +/- 1 bulan ini. Sesak(+), demam (-). Penurunan BB (-).Nafsu mkn...
dr. Hudiyati Agustini
24 hari yang lalu
Pemeriksaan IGRA dalam Diagnosis Tuberkulosis pada Penderita HIV - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Akurasi uji interferon gamma release assay (IGRA) untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis laten pada pasien HIV sering diragukan. Kenapa, ya?Hal...
dr. Desi Rahmawaty
22 Januari 2023
Tata laksana untuk pasien gagal pengobatan TB suspek MDR
Oleh: dr. Desi Rahmawaty
2 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya.Apa yang sebaiknya dilakukan jika ada pasien TB lini 1 pada bulan kelima sputum BTA masih positif sehingga dinyatakan gagal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.