Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Nokturnal Enuresis general_alomedika 2023-09-01T17:18:34+07:00 2023-09-01T17:18:34+07:00
Nokturnal Enuresis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Nokturnal Enuresis

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami
Share To Social Media:

Patofisiologi nokturnal enuresis atau nocturnal enuresis dikaitkan dengan beberapa mekanisme, antara lain nokturnal poliuria, disfungsi kandung kemih, dan gangguan pada mekanisme bangun tidur. Secara umum, nokturnal enuresis atau ngompol merupakan kondisi yang heterogen dan multifaktorial.[2,5,6]

Gangguan Mekanisme Bangun Tidur

Pasien anak dengan nokturnal enuresis memiliki pola tidur yang dalam dan cenderung lebih sulit untuk bangun. Ketika produksi urine sudah melebihi kapasitas fungsional dari kandung kemih dan anak tidak terbangun oleh sinyal tersebut, maka enuresis akan terjadi.

Gangguan pada mekanisme bangun tidur berperan dalam patofisiologi nokturnal enuresis, dimana pengisian kandung kemih dan kontraksi detrusor merupakan sinyal yang kuat untuk menstimulasi bangun tidur tetapi mekanisme tersebut tidak berjalan semestinya. Kesulitan untuk bangun dari tidur ini dapat terjadi karena gangguan pada koordinasi tidur yang mungkin melibatkan disfungsi pada batang otak.[2,5,6]

Nokturnal Poliuria

Pada beberapa kasus nokturnal enuresis, terdapat gangguan ritme diurnal dari sekresi vasopresin yang lebih sedikit di malam hari. Hal ini menyebabkan terjadinya nokturnal poliuria, yaitu kondisi meningkatnya produksi urine pada malam hari yang melebihi kapasitas kandung kemih sehingga enuresis dapat terjadi.

Asupan cairan juga dapat mempengaruhi mekanisme patofisiologi ini, sehingga perlu ditanyakan lebih lanjut pada pasien dan keluarganya mengenai kebiasaan dan riwayat asupan cairan pada pasien terutama pada malam hari.[2,3,5]

Disfungsi Kandung Kemih

Disfungsi kandung kemih umum terjadi pada pasien yang juga mengalami inkontinensia urine di siang hari. Disfungsi dapat berupa kapasitas fungsional kandung kemih yang berkurang atau hiperaktivitas dari kandung kemih.

Hiperaktivitas kandung kemih juga berperan dalam menyebabkan gangguan mekanisme bangun tidur, dimana stimulus yang dihasilkan oleh kandung kemih secara terus-menerus menyebabkan tubuh berhenti untuk merespon dan tidak terbangun dari tidur sehingga enuresis terjadi.[3,6,7]

Klasifikasi Nokturnal Enuresis

Nokturnal enuresis dapat diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder berdasarkan periode kontinensia. Enuresis primer adalah kondisi ketika pasien mengalami inkontinensia paling tidak selama 6 bulan dan tidak pernah mengalami periode kontinensia, sedangkan enuresis sekunder adalah kondisi relaps setelah periode kontinensia paling tidak selama 6 bulan.

Berdasarkan gejalanya, nokturnal enuresis dapat diklasifikasikan menjadi monosymptomatic (MNE) dan non monosymptomatic (NMNE). Pada MNE, pasien tidak memiliki gejala disfungsi pada saluran kemih bawah dan volume urine saat buang air umumnya dalam batas normal. Pasien dengan NMNE memiliki gejala saluran kemih bawah seperti inkontinensia pada siang hari, urgensi, frekuensi buang air kecil yang meningkat atau menurun, dan manuver menahan buang air kecil.[2,3]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

2. Kuwertz-Bröking E, von Gontard A. Clinical management of nocturnal enuresis. Pediatric Nephrology. 2018 Jul;33(7):1145-54.
3. Gomez Rincon M, et al. Nocturnal Enuresis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545181/
5. Haid B, Tekgül S. Primary and secondary enuresis: pathophysiology, diagnosis, and treatment. European urology focus. 2017 Apr 1;3(2-3):198-206.
6. Gulyamova MA. Enuresis: Etiology, Pathophysiology and Treatment. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2020 Dec;8(12).
7. Arda E, Cakiroglu B, et al. Primary Nocturnal Enuresis: A Review. Nephrourol Mon. 2016 May 31;8(4):e35809. doi: 10.5812/numonthly.35809. PMID: 27703953; PMCID: PMC5039962.

Pendahuluan Nokturnal Enuresis
Etiologi Nokturnal Enuresis

Artikel Terkait

  • Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
    Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.