Desmopressin untuk Overactive Bladder dan Nokturia

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Desmopressin telah disetujui untuk terapi overactive bladder (OAB) dan nokturia yang ditandai dengan urgensi, frekuensi, dan nokturia, dengan atau tanpa inkontinensia urin urgensi. Desmopressin meningkatkan reabsorbsi air pada tubulus kolektivus, sehingga mampu menurunkan produksi urine, meningkatkan konsentrasi urine, serta meningkatkan durasi dan waktu untuk mencapai kapasitas kandung kemih fungsional.[1-3]

Mekanisme di atas berperan dalam memperbaiki gejala overactive bladder dan nokturia. Meski begitu, sebagian besar penelitian melaporkan bahwa desmopressin memiliki risiko hiponatremia yang dapat berkembang secara signifikan.[1-4]

Desmopressin

Efikasi Desmopressin dalam Penatalaksanaan Overactive Bladder dan Nokturia

Tinjauan sistematik yang menilai efikasi desmopressin dalam pengobatan nokturia mengevaluasi 10 uji coba acak terkontrol plasebo dan melibatkan total 2.191 orang dewasa. Meta analisis menunjukkan bahwa pasien yang diobati memiliki 0,5 lebih sedikit frekuensi berkemih per malam dibandingkan kontrol, dengan penurunan serupa pada pria dan wanita.

Dalam tinjauan ini, manfaat desmopressin ditemukan lebih besar untuk dosis 100 µg ke atas dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Meski begitu, frekuensi berkemih secara statistik lebih sedikit dengan semua dosis dibandingkan plasebo, termasuk dosis 25 µg. Selain itu, pasien yang diobati dengan desmopressin tidur selama 58 menit lebih lama dari kontrol sebelum berkemih pertama.

Risiko relatif (RR) hiponatremia lebih besar dengan desmopressin dibandingkan plasebo, tetapi tidak ada perbedaan risiko yang jelas antara penggunaan dosis rendah dan tinggi ataupun berdasarkan jenis kelamin.[5]

Tinjauan Cochrane Efikasi Desmopressin dalam Terapi Overactive Bladder dan Nokturia pada Pria

Tinjauan sistematik Cochrane (2017) menilai efikasi desmopressin bila dibandingkan dengan intervensi lain dalam pengobatan nokturia pada laki-laki. Tinjauan ini menganalisis hasil 14 studi yang melibatkan total 2.966 pria usia 57-74 tahun.

Desmopressin Versus Plasebo:

Menurut tinjauan ini, desmopressin belum memiliki efek yang signifikan dibandingkan plasebo untuk terapi nokturia dalam pemantauan jangka pendek (hingga tiga bulan). Namun, pada pemantauan intermediate (3-12 bulan), desmopressin ditemukan dapat mengurangi frekuensi berkemih pada malam hari (nokturia) pada sebagian peserta penelitian.

Analisis subgrup menunjukkan bahwa efek perbaikan gejala nokturia lebih signifikan pada penggunaan desmopressin oral dengan dosis lebih tinggi, serta pada subjek penelitian yang mengalami poliuria nokturnal.

Desmopressin Versus Penyekat Alfa:

Dalam studi dengan pemantauan jangka pendek (3 bulan), tinjauan Cochrane melaporkan bahwa desmopressin memiliki efikasi yang sama dengan penyekat alfa dalam perbaikan gejala nokturia dan perbaikan kualitas hidup pasien.

Selain itu, tinjauan ini juga menunjukkan bahwa kombinasi desmopressin dengan penyekat alfa tidak menghasilkan efikasi dan perbaikan kualitas hidup bermakna dibandingkan penggunaan tunggal penyekat alfa. Hasil ini didasarkan pada studi dengan periode pemantauan jangka pendek.[6]

Tinjauan Sistematik Efikasi Desmopressin dalam Terapi Overactive Bladder dan Nokturia pada Wanita

Barakat et al (2022) melakukan tinjauan sistematik untuk mengevaluasi efikasi desmopressin pada perbaikan gejala frekuensi dan urgensi untuk pasien wanita dengan nokturia yang terkait overactive bladder. Tinjauan ini mengevaluasi hasil dari 5 studi dengan total 378 sampel.

Apabila dibandingkan dengan kondisi awal subjek studi (sebelum terapi dimulai), desmopressin menghasilkan perbaikan yang signifikan dengan penurunan sebesar 50% pada episode nokturia dan urgensi. Selain itu, ditemukan juga pengurangan gejala nokturia signifikan pada subjek yang mendapat desmopressin dibandingkan plasebo.

Sementara itu, desmopressin yang dikombinasikan dengan antikolinergik ditemukan menghasilkan perbaikan gejala lebih banyak dibandingkan penggunaan antikolinergik tunggal (65% vs 33,2%).[7]

Aspek Keamanan Desmopressin

Efek samping yang paling sering terjadi pada penggunaan desmopressin adalah sakit kepala, pusing, xerostomia, mual, edema dan hiponatremia.[2,5,8]

Hiponatremia Terkait Konsumsi Desmopressin

Hiponatremia (didefinisikan sebagai natrium serum <130 mmol/L) merupakan efek samping yang paling dikhawatirkan dari penggunaan desmopressin. Hiponatremia dapat ditemukan pada 4,9% pasien yang mengonsumsi tablet desmopressin dosis tinggi. Gejala yang muncul mencakup mual, muntah, sakit kepala berat, kelelahan, dan pada kasus yang lebih parah dapat terjadi kejang otot ekstremitas bawah, kebingungan, ataksia, serta penurunan kesadaran.

Pasien yang lebih berisiko mengalami hiponatremia yang diinduksi desmopressin adalah pasien dengan usia yang lebih tua (> 65 tahun), memiliki massa tubuh lebih rendah, produksi urin lebih tinggi, serta memiliki kadar natrium serum basal lebih rendah. Risiko juga meningkat pada pasien dengan klirens kreatinin lebih rendah.[4,8]

Kasus Stroke dan Infark Miokard terkait Desmopressin

Selain hiponatremia, telah terdapat laporan dimana pasien yang menerima desmopressin mengalami stroke maupun infark miokard. Meski begitu, kasus ini sangat jarang terjadi dan tidak dapat dipastikan bahwa desmopressin memberikan pengaruh langsung.[4,8]

Rekomendasi Penggunaan Desmopressin

National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan desmopressin untuk terapi nokturia dan overactive bladder dengan dosis 25 µg/hari pada wanita dan dosis 50 µg/hari pada pria. Peningkatan dosis pada desmopressin tidak dianjurkan pada pasien lanjut usia (berusia ≥ 65 tahun).[1,4,8,9]

Rekomendasi dosis terapi yang berbeda pada pria dan wanita bertujuan untuk mengurangi risiko hiponatremia yang signifikan secara klinis. Wanita diberikan dosis terapi desmopressin yang lebih rendah dibandingkan pria karena wanita lebih sensitif terhadap desmopressin dibandingkan pria.[3,4]

Sediaan obat desmopressin yang direkomendasikan adalah sediaan sublingual yang diberikan tanpa air dan sebaiknya dikonsumsi 1 jam sebelum tidur. Alternatif lain adalah sediaan nasal spray (semprot hidung).[3,4,9]

Kadar natrium harus dipantau secara berkala pada pasien yang menerima pengobatan dengan desmopressin. Selain pemantauan natrium, pemantauan fungsi ginjal juga dapat diperlukan untuk mengevaluasi indeks terapeutik dan klirens obat yang akan berubah sesuai dengan fungsi ginjal.[4,8,9]

Kesimpulan

Desmopressin adalah analog sintetik dari arginine vasopressin yang bekerja pada reseptor vasopresin tubuh. Desmopressin memiliki kegunaan klinis yang relevan untuk terapi nokturia dan overactive bladder. Dosis terapi yang direkomendasikan adalah 25 μg untuk wanita dan 50 μg untuk pria.

Berbagai studi menunjukkan bahwa desmopressin efektif untuk memperbaiki gejala overactive bladder dan nokturia. Meski begitu, dokter perlu mewaspadai kemungkinan terjadinya efek samping hiponatremia.

Referensi