Penatalaksanaan Acute Limb Ischemia
Tujuan dari penatalaksanaan acute limb ischemia adalah reperfusi emergensi dari ekstremitas yang mengalami iskemik. Penatalaksanaan dilakukan dengan pemberian antikoagulan dan revaskularisasi dengan teknik endovaskular atau bedah.
Stratifikasi Prognosis
Stratifikasi menggunakan Klasifikasi Rutherford dapat membantu menentukan tata laksana terbaik untuk pasien. Pada pasien acute limb ischemia yang tidak mengalami kehilangan fungsi sensorik, kelemahan otot, serta USG Doppler vena dan arteri masih baik, ekstremitas masih viabel. Namun, jika didapatkan kehilangan fungsi sensorik minimal disertai mulai muncul kelemahan otot, maka harus dilakukan revaskularisasi segera. [3,6,7]
Tabel 1. Klasifikasi Rutherford
Deskripsi dan Prognosis
| Hasil Temuan | Sinyal Dopler | Pilihan Tata Laksana | ||
Kehilangan Sensorik | Kelemahan Otot | Arteri | Vena | ||
Ekstremitas viable | Tidak ada | Tidak ada | Terdengar | Terdengar | Revaskularisasi urgensi dan antikoagulan jika tidak kontraindikasi |
2a. marginally threatened
2b. immediately threatened | Minimal (ibu jari) atau tidak ada
Lebih dari ibu jari, ada nyeri saat istirahat | Tidak ada
Ringan/sedang | Tidak terdengar
Tidak terdengar | Terdengar
Terdengar | Revaskularisasi emergensi an antikoagulan jika tidak kontraindikasi |
Ireversibel, kerusakan jaringan luas, kerusakan saraf permanen | Berat, anestesi | Berat, paralisis (rigor) | Tidak terdengar | Tidak terdengar | Amputasi |
Terapi Farmakologis
Pasien yang mengalami kecurigaan kuat acute limb ischemia memerlukan terapi antikoagulan, seperti heparin. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya thrombus atau emboli yang semakin parah serta menjaga patensi pembuluh darah kolateral.
Heparin dapat diberikan dalam dosis intravena 75-80 IU/kg dosis awal, diikuti 18 IU/kg diberikan melalui infus kontinyu. [3,7,13]
Revaskularisasi Endovaskular
Tujuan dari revaskularisasi endovaskular dengan kateter adalah untuk mengembalikan aliran darah sesegera mungkin untuk mencegah kecacatan pada ekstremitas. Revaskularisasi ini dilakukan dengan menggunakan obat, alat mekanik, atau keduanya.
Indikasi revaskularisasi endovaskular adalah pasien yang mengalami iskemia dengan onset di bawah 12 jam, tidak memiliki riwayat bypass graft dengan kecurigaan infeksi, dan tidak memiliki kontraindikasi trombolisis.
Pada revaskularisasi ini dilakukan pemberian heparin unfractionated dosis rendah melalui kanula intravena perifer atau selubung arteri untuk mencegah pembentukan thrombus perikateter. Sebaiknya, dokter melakukan angiografi diagnostik untuk melihat aliran pembuluh darah serta derajat thrombosis. [4]
Revaskularisasi Bedah
Revaskularisasi bedah dilakukan dengan cara tromboembolektomi dengan kateter balon, operasi bypass, dan surgical thromboembolectomy. Biasanya dilakukan kombinasi dari beberapa teknik tersebut untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Teknik bedah dilakukan pada kasus dimana pasien tidak dapat mendapat revaskularisasi secara endovaskular. [4,6]
Amputasi
Tindakan amputasi dilakukan pada acute limb ischemia tahap 3, yaitu telah terjadi kerusakan ekstremitas, kehilangan jaringan, dan kerusakan saraf yang permanen. [6]
Perawatan Lanjutan
Warfarin dianjurkan diberikan pada semua pasien post operatif selama 3-6 bulan, atau lebih lama jika dibutuhkan. Novel oral anticoagulant (NOAC) seperti dabigatran dan rivaroxaban bisa dipilih jika pasien memiliki atrial fibrilasi, tetapi efikasi pada tatalaksana thrombosis arteri perifer masih belum diketahui.
Terapi adjuvan menggunakan statin dan beta bloker dapat menurunkan komplikasi kardiovaskular perioperatif pada pasien yang menjalani operasi terbuka, serta dapat meningkatkan patensi arteri post revaskularisasi dan graft. [3]