Diagnosis Acute Limb Ischemia
Diagnosis acute limb ischemia dapat dilihat dari adanya keluhan 6P, yaitu pain, pallor, paralysis, pulse deficit, paresthesia, dan poikilothermia. USG Doppler dan angiografi dapat mengonfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Pada acute limb ischemia, gejala akan timbul mendadak dan dengan intensitas yang berat. Nyeri yang dirasakan bisa menetap dan terjadi pada saat istirahat (rest pain). Intensitas nyeri akan meningkat dengan gerakan pasif. Dokter juga perlu menanyakan riwayat penyakit pasien yang dapat menimbulkan emboli atau thrombus, misalnya penyakit arteri perifer, klaudikasio intermiten, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan dislipidemia. [9,10]
Saat awal terjadi oklusi, arteri akan spasme, sehingga pasien mengeluhkan tungkai tampak berwarna putih pucat. Kemudian, setelah spasme arteri berkurang, kulit akan dipenuhi darah yang terdeoksigenasi, menimbulkan keluhan berupa bintik-bintik biru muda atau ungu dengan pola retikular halus, dan memucat saat ditekan. Pada tahap ini, ekstremitas masih dapat diselamatkan. [3]
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis acute limb ischemia adalah 6P, yaitu yaitu pain, pallor, paralysis, pulse deficit, paresthesia, dan poikilothermia. Pucat dan poikilothermia sebaiknya dipantau untuk mengevaluasi perkembangan iskemia.
Pada inspeksi, bisa ditemukan tungkai pasien pucat atau sianosis (pallor). Pada perabaan, kaki akan terasa dingin karena kehilangan kemampuan meregulasi suhu (poikilothermia). Adanya defisit denyut nadi (pulseless) dapat memperkirakan lokasi dari oklusi.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan sensorik (sentuhan ringan, diskriminasi dua titik, propriosepsi, dan persepsi getaran). Jika sudah terjadi paralisis disertai hipoestesi, kemungkinan besar keadaan iskemia sudah berat dan tungkai sudah sulit diselamatkan. Pada keadaan ini, amputasi harus dipertimbangkan. [3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding acute limb ischemia antara lain adalah neuropati diabetik, lumbar radikulopati, dan Buerger’s Disease.
Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik dapat ditandai dengan anestesia. Namun, pada beberapa kasus, dapat timbul keluhan nyeri yang berat pada daerah ekstremitas. Rasa nyeri umumnya muncul sebagai rasa terbakar dan lebih berat pada malam hari. Diagnosis agak sulit dibedakan dengan acute limb ischemia. Namun, adanya distribusi yang simetris pada kedua kaki dan adanya penurunan refleks dapat mengarah ke penyakit neuropati diabetik. [4,10,11]
Lumbar Radikulopati
Nyeri pada lumbar radikulopati biasanya menjalar dari tulang belakang dan mengarah sesuai dermatom. Penyakit ini umumnya disebabkan adanya kompresi saraf. Dapat dibedakan dengan acute limb ischemia melalui gambaran klinis dimana pulsasi masih teraba, waktu pengisian kapiler normal, dan tungkai teraba hangat. [10,11]
Buerger’s disease
Buerger’s disease merupakan penyakit yang mengenai vena dan arteri, disebut juga tromboangitis obliterans. Penyakit ini diperburuk oleh nikotin, seperti pada rokok. Pembuluh darah mengalami inflamasi, edema, dan akan terjadi thrombosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Sama dengan acute limb ischemia, pasien dapat mengeluhkan nyeri saat istirahat (rest pain). Gejala lain yang mungkin terjadi adalah rasa kebas, pucat, dan adanya fenomena Raynaud (jari-jari akan menjadi pucat apabila terpajan suhu dingin). [11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang acute limb ischemia antara lain adalah USG Doppler, angiografi, dan MRI. USG dapat membantu memprediksi prognosis pasien dan viabilitas tungkai.
USG Doppler
Lesi pada acute limb ischemia dapat dideteksi dengan USG 2 dimensi dan USG Doppler. Namun, penggunaan USG Doppler dapat mendeteksi derajat stenosis, melihat keadaan hemodinamik, dan berguna dalam pemantauan setelah angioplasti atau bypass graft. Pada beberapa kasus, arteri iliaka dapat sulit didiagnosis dengan USG Doppler, misal karena pasien obesitas atau terdapat interposisi gas. [3]
Angiografi
Angiografi duplex color-flow merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat membantu melihat etiologi dan tingkat keparahan oklusi pada pembuluh darah. Angiografi diagnostik dengan kateter juga dapat digunakan untuk menentukan terapi inisial apabila kondisi klinis memungkinkan. Angiografi juga dapat membedakan emboli dengan thrombosis in situ. [3,12]
CT Angiography
CT angiography (CTA) dapat memberikan pencitraan dengan resolusi yang tinggi. Pada sebuah meta analisis dilaporkan bahwa CTA memiliki sensitivitas 96% dan spesifisitas 98% untuk mendeteksi aortoiliak stenosis. Keuntungan CTA adalah mampu memvisualisasi kalsifikasi, klip, stent, dan by pass. [3]
Magnetic Resonance Angiography (MRA)
Magnetic Resonance Angiography (MRA) dilaporkan memiliki sensitivitas dan spesifisitas 93-100%. MRA dapat mengevaluasi keparahan penyakit pada segmen arteri mulai dari aorta hingga arteri tibial. Kekurangan MRA adalah tidak bisa digunakan pada pasien dengan pacu jantung, metal implant, atau klaustrofobia. [3]