Diagnosis Cor Pulmonale
Diagnosis cor pulmonale sulit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis saja. Kateterisasi jantung kanan adalah metode yang paling akurat, namun bersifat paling invasif. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk diagnosis cor pulmonale adalah ekokardiografi.
Anamnesis
Gejala cor pulmonale adalah gabungan antara gejala gagal jantung kanan dan penyakit paru primer yang mendasarinya. Pasien dengan cor pulmonale dapat datang dengan keluhan sesak napas atau hilang kesadaran saat ber beraktivitas. [6,11] Gejala lain yang dapat dirasakan adalah nyeri dada, bengkak pada kaki atau pergelangan kaki, perut membesar akibat ascites, dan sianosis pada bibir dan jari tangan. [11]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik cor pulmonale umumnya muncul setelah penyakit berkembang menjadi tahap lanjut. Temuan pemeriksaan fisik pada cor pulmonale antara lain adalah distensi vena jugular, regurgitasi trikuspid, edema perifer, iktus kordis teraba, kelainan bunyi jantung (seperti splitting S2, murmur holosistolik trikuspid, atau bunyi gallop. Pada regio abdomen dapat ditemukan hepatomegali dan ascites. [10]
Diagnosis Banding
Cor pulmonale perlu dibedakan dengan gagal jantung kongestif. Pada gagal jantung kongestif, gangguan struktur dan fungsi terjadi pada ventrikel kiri dengan atau tanpa keterlibatan ventrikel kanan. Faktor risiko tersering adalah hipertensi yang tidak terkontrol.
Diagnosis banding lain yang juga harus disingkirkan adalah gagal jantung kanan sebagai akibat infark miokard ventrikel kanan. Pada keadaan ini, tidak ditemukan adanya penyakit primer pada paru, berbeda dengan cor pulmonale yang disebabkan oleh penyakit primer pada sistem pernapasan.
Pemeriksaan Penunjang
Kateterisasi jantung kanan adalah pemeriksaan penunjang yang paling akurat, namun jarang dilakukan karena bersifat sangat invasif. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis cor pulmonale adalah EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan radiologi.
EKG
Pemeriksaan EKG pada cor pulmonale akan menunjukkan tanda pembesaran ventrikel kanan. Pada pemeriksaan elektrokardiografi bisa terlihat deviasi aksis ke kanan dan rasio R/S lebih dari 1 pada lead 1, atau peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II (P pulmonal). [6]
Ekokardiografi
Saat ini, diagnosis noninvasif cor pulmonale yang paling sering digunakan adalah ekokardiografi. Pada pemeriksaan ekokardiografi akan didapatkan tanda overload tekanan pada ventrikel kanan. Seiring dengan berlanjutnya overload ini, ketebalan ventrikel kanan juga bertambah, disertai dengan gerakan paradoks septum interventrikular saat diastol. Pada tahap lanjutan, akan didapat dilatasi ventrikel kanan, dan septum akan menunjukkan flattening diastolik abnormal. Ekokardiografi juga dapat digunakan untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan insufisiensi trikuspid yang sering ditemukan pada hipertensi pulmonal. [5,10]
Radiologi
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan thorax X-Ray dalam mendiagnosis hipertensi pulmonal dan cor pulmonale sangat rendah. Pemeriksaan MRI dapat digunakan untuk membantu evaluasi struktur dan fungsi ventrikel kanan. CT angiografi dada dapat digunakan untuk menyingkirkan thromboembolisme paru sebagai penyebab cor pulmonale. [1,5,10]
Kateterisasi Jantung Kanan
Kateterisasi jantung kanan adalah baku emas diagnosis cor pulmonale. Namun, tindakan ini jarang dilakukan karena bersifat invasif. Pada kateterisasi jantung kanan akan didapatkan tanda disfungsi jantung kanan, yaitu mean pulmonary artery pressure di atas 25 mmHg tanpa disfungsi ventrikel kiri. Selain itu, juga bisa didapatkan pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) di bawah 15 mmHg. [1,10]