Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ulkus Peptikum general_alomedika 2022-12-27T13:31:08+07:00 2022-12-27T13:31:08+07:00
Ulkus Peptikum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ulkus Peptikum

Oleh :
dr. Catherine Ranatan
Share To Social Media:

Diagnosis ulkus peptikum dapat ditegakkan pada pasien dengan keluhan nyeri ulu hati, kembung, mual, dan muntah, yang kemudian dikonfirmasi melalui endoskopi. Pada kasus yang telah mengalami komplikasi, dokter mungkin menemukan perdarahan pada saluran cerna, perforasi, dan peritonitis.[5]

Anamnesis

Pasien ulkus peptikum umumnya datang dengan keluhan nyeri abdomen bagian epigastrium, seperti terbakar atau rasa perih yang tidak nyaman. Nyeri dapat muncul segera setelah makan atau beberapa jam setelahnya. Gejala lain yang dapat muncul adalah kembung, distensi abdomen, mual, muntah, dan penurunan berat badan.[3,12]

Pada pasien ulkus duodenum, nyeri abdomen umumnya timbul saat perut kosong atau saat malam hari. Nyeri umumnya membaik dengan konsumsi makanan atau pemberian agen penetral asam lambung. Hal ini berbeda dengan pasien ulkus gaster yang justru mengalami nyeri yang lebih buruk setelah makan.[3,12]

Pada kondisi yang lebih berat, perdarahan saluran cerna dapat terjadi yang ditandai dengan hematemesis dan melena. Gejala peritonitis berupa nyeri tajam yang berat dan tiba-tiba juga dapat muncul jika sudah terjadi perforasi.[3,12]

Pada anamnesis, dokter juga perlu menanyakan mengenai faktor-faktor risiko, seperti konsumsi obat golongan nonsteroidal antiinflammatory drug (NSAID) atau kortikosteroid dan aspirin dalam jangka waktu lama.[3,12]

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien ulkus peptikum yang belum perforasi, umumnya pemeriksaan fisik hanya menunjukkan nyeri tekan regio epigastrium dan distensi abdomen. Jika sudah terjadi perforasi, dokter mungkin menemukan nyeri yang tajam, berat, dan tiba-tiba, yang biasanya dirasakan di seluruh abdomen. Pasien tampak kesakitan, sulit bergerak, dan tampak berbaring dalam posisi fetal. Pada pemeriksaan abdomen, nyeri tekan seluruh kuadran serta rigiditas dan defans muskular dapat ditemukan.[5]

Diagnosis Banding

Penyakit ulkus peptikum ditandai dengan nyeri epigastrium yang juga dapat terjadi pada penyakit saluran pencernaan lain.

Dyspepsia Fungsional dan Gastritis

Dyspepsia fungsional atau dyspepsia esensial merupakan nonulcerative disease (NUD) yang menjadi salah satu penyebab umum nyeri perut atas. Sementara itu, gastritis merupakan inflamasi pada lapisan mukosa gaster. Untuk Membedakan dyspepsia dan gastritis dari ulkus peptikum, dokter dapat melakukan endoskopi. Pasien dyspepsia dan gastritis dapat dirujuk untuk endoskopi jika tidak ada perbaikan gejala walaupun sudah diberi terapi adekuat.[4,5]

Gastroesophageal Reflux Disease

Gastroesophageal reflux disease (GERD) ditandai dengan heartburn, disfagia, dan regurgitasi. Penyakit ini dapat dibedakan dengan ulkus peptikum berdasarkan hasil pemeriksaan endoskopi.[4,5]

Gastroenteritis

Pada gastroenteritis, gejala utama umumnya adalah diare. Penyakit ini umumnya dapat sembuh dalam beberapa hari, berbeda dengan keluhan ulkus peptikum yang sering kali hilang-timbul dan dirasakan dalam waktu lama.[4,5]

Sindrom Koroner Akut

Nyeri epigastrium juga merupakan salah satu manifestasi sindrom koroner akut. Mual dan muntah juga merupakan gejala prediktif kuat dari infark miokard akut. Oleh karena itu, diagnosis sindrom koroner akut harus dipertimbangkan, terutama pada pasien dengan faktor risiko. Untuk membantu membedakan diagnosis, dokter dapat melakukan pemeriksaan seperti EKG atau biomarker jantung.[5]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berupa endoskopi digunakan untuk mengonfirmasi adanya ulkus pada gaster atau duodenum. Pemeriksaan penunjang lain seperti urea breath test dan biopsi digunakan untuk mendeteksi adanya H.pylori.[12,13]

Endoskopi

Ulkus peptikum ditandai dengan adanya kerusakan mukosa berukuran >5 mm yang ditutupi fibrin. Kerusakan <5 mm disebut sebagai erosi. Predileksi kerusakan mukosa pada gaster adalah pada angulus kurvatura minor, sedangkan predileksi ulkus di duodenum adalah pada pars superior duodenum di mana isi lambung memasuki intestinum. Saat endoskopi, dokter dapat pula melakukan biopsi untuk mengidentifikasi infeksi H. pylori dan keganasan.[12]

Deteksi Infeksi H. pylori

Deteksi adanya infeksi H. pylori dapat dilakukan secara noninvasif menggunakan urea breath test (UBT), tes serologi darah, dan stool antigen test (SAT). Infeksi H. pylori merupakan salah satu penyebab tersering dari ulkus peptikum.[13]

Urea Breath Test:

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penunjang pilihan bila pasien tidak dapat menjalani endoskopi. Pasien diminta menelan urea yang sudah dilabel dengan isotop karbon 13 atau 14. Kemudian, sampel napas pasien akan diambil. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 96% dan spesifisitas 93%. Selain digunakan untuk diagnosis, pemeriksaan ini juga ditujukan untuk memonitor keberhasilan pengobatan.[4,5,14]

Pada pemeriksaan ini, obat proton pump inhibitor seperti omeprazole perlu dihentikan selama 2 minggu terlebih dahulu. Kelemahan dari pemeriksaan ini yaitu akurasinya menurun pada pasien yang telah dilakukan gastrektomi distal.[4,5,14]

Stool Monoclonal Antigen Tests:

Pemeriksaan ini juga termasuk pilihan pemeriksaan noninvasif untuk diagnosis infeksi H. pylori. Stool monoclonal antigen test dapat dilakukan melalui enzyme immunoassay (EIA) dan immunochromatography (ICA).[4,5,15]

Pemeriksaan ini merupakan pilihan pada pasien yang telah menjalani gastrektomi distal dan pada anak-anak. Pemeriksaan ini juga dipakai sebagai indikator kesembuhan karena hanya dapat mendeteksi infeksi yang aktif. Pada pemeriksaan ini, obat proton pump inhibitor juga perlu dihentikan selama 2 minggu terlebih dahulu.[4,5,15]

Tes Serologi:

Tes serologi mendeteksi anti-immunoglobulin G yang spesifik terhadap H. pylori pada serum. Pemeriksaan ini memiliki spesifisitas tinggi >90% tetapi tidak bisa membedakan infeksi aktif dan infeksi terdahulu.[4,5,16]

Urine-Based ELISA dan Rapid Urine Test:

Pemeriksaan ELISA dan rapid immunochromatography (IM) assay dapat digunakan untuk deteksi anti-immunoglobulin G H. pylori pada urine. Pemeriksaan ini lebih mudah dilakukan, terutama untuk diagnosis pada banyak orang. Namun, pemeriksaan ini memiliki sensitivitas hanya 83% dan spesifisitas hanya 89%, yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pemeriksaan noninvasif lainnya.[2,5,17]

Biopsi Endoskopi:

Saat melakukan endoskopi, dokter dapat pula mengambil sampel untuk mendeteksi adanya infeksi H. pylori. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan paling invasif tetapi efektif karena dapat digunakan untuk mendiagnosis ulkus peptikum bersamaan dengan mengidentifikasi infeksi H. pylori. Pemeriksaan ini memiliki spesifisitas dan sensitivitas >90–95%. Jaringan diambil dan dianalisis dengan mikroskop menggunakan pewarnaan sederhana seperti hematoxylin dan eosin. Hasil biopsi juga dapat dikultur.[2,5,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

2. Lanas A, Chan FKL. Peptic Ulcer Disease. Lancet. 2017;390:613-24.
3. Mustafa M, Menon J, Muiandy RK, et al. Risk factor, diagnosis, and management of peptic ulcer disease. IOSR J of Dental and Med Sci. 2015;14(7):40-46.
4. Fashner J, Gitu AC. Diagnosis and Treatment of Peptic Ulcer Disease and H. pylori Infection. Am Fam Phys. 2015;91(4):236-242.
5. Anand BS. Peptic Ulcer Disease. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/181753-overview
12. Malfertheiner P, Chan FK, McColl KE. Peptic ulcer disease. The Lancet. 2009;374(9699):1449–1461.
13. Chey WD, et al. ACG Clinical Guideline: Treatment of Helicobacter pylori Infection. Am J Gastroenterol. 2017;112:212–238.
14. Ferwana M, et al. Accuracy of urea breath test in Helicobacter pylori infection: Meta-analysis. World J Gastroenterol. 2015;21(4):1305–1314.
15. Shimoyama T. Stool antigen tests for the management of Helicobacter pylori infection. World J Gastroenterol. 2013;19(45):8188–8191.
16. Santacroce L, et al. Helicobacter Pylori Infection Workup. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/176938-workup#c2
17. Gong Y, Yuan Y. Accuracy of testing for anti-Helicobacter pylori IgG in urine for H. pylori infection diagnosis: a systematic review and meta-analysis. BMJ Open. 2017;7:e013248.

Epidemiologi Ulkus Peptikum
Penatalaksanaan Ulkus Peptikum

Artikel Terkait

  • Efek Penghambat Pompa Proton vs Antagonis Reseptor Histamin-2 dalam Profilaksis Stress Ulcer – Telaah Jurnal
    Efek Penghambat Pompa Proton vs Antagonis Reseptor Histamin-2 dalam Profilaksis Stress Ulcer – Telaah Jurnal
  • Red Flags Tinja Berdarah pada Dewasa
    Red Flags Tinja Berdarah pada Dewasa
  • Pemeriksaan HpSA untuk Diagnosis Infeksi Helicobacter pylori
    Pemeriksaan HpSA untuk Diagnosis Infeksi Helicobacter pylori
  • Penyebab dan Manajemen Hematemesis pada Anak
    Penyebab dan Manajemen Hematemesis pada Anak
  • DLBS2411 sebagai Gastroprotektor dan Terapi Ulkus Peptikum Tanpa Perdarahan
    DLBS2411 sebagai Gastroprotektor dan Terapi Ulkus Peptikum Tanpa Perdarahan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Agustus 2024, 06:52
Pengobatan anemia pada ulkus gaster
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok, adakah yg bisa sharing, pada pasien2 lansia dgn ulkus gaster (ditegakkan hanya berdasar anamnesis pemfis tanpa disertai pemeriksaan endoskopi) dan...
Anonymous
Dibalas 11 April 2022, 19:05
Dapatkah stres ulcer terjadi akibat ambu bag ?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Apakah pada saat memberi bantuan jalan napas pada pasien apnea atau bradipnea dengan Ambu Bag harus di sertai NGT agar tidak terjadi stres ulcer...
dr. Renate Parlene Marsaulina
Dibalas 14 April 2021, 12:50
Bagaimana edukasi pasien yang ingin berpuasa dengan kondisi ulkus peptikum - Gastroenterologi-Hepatologi Ask the Expert
Oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina
2 Balasan
Alo dr. Muhammad Miftahussurur, Sp.PD-KGEH, M.Kes, Ph.D, FINASIM. Apakah ulkus peptikum menjadi kontraindikasi dilakukannya puasa?Jika pasin menginginkan...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.