Penatalaksanaan Ulkus Peptikum
Penatalaksanaan ulkus peptikum bergantung pada keadaan pasien saat datang. Pasien dengan perdarahan atau perforasi membutuhkan tata laksana gawat darurat dengan stabilisasi, endoskopi, atau pembedahan. Pasien yang tidak memiliki kegawatdaruratan ditatalaksana dengan triple therapy untuk eradikasi H.pylori, serta diberikan penurun asam lambung.
Tatalaksana Perdarahan dan Perforasi
Pasien ulkus peptikum yang datang dengan perdarahan atau dicurigai mengalami perforasi, harus diberikan tata laksana kegawatdaruratan terlebih dulu. Setelah pasien stabil, dapat dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah terjadi peritonitis atau tidak, serta apakah dibutuhkan tindakan operatif atau tidak
Eradikasi H.Pylori
Eradikasi merupakan kunci keberhasilan terapi ulkus peptikum yang disebabkan infeksi H.pylori. Penelitian membuktikan triple therapy lebih baik dibandingkan pemberian antisecretory agent dalam mencegah perdarahan berulang pada ulkus peptikum.
Triple Therapy
Triple therapy adalah terapi standar yang telah digunakan sejak lama dan masih menjadi pilihan hingga saat ini. Terapi ini terdiri dari Proton Pump Inhibitor (PPI) berupa omeprazole 40 mg sekali sehari atau lansoprazole 30 mg dua kali sehari + Amoxicillin 1000 mg + Clarithromycin 500 mg dua kali sehari selama 7-10 hari dan dapat diteruskan hingga 14 hari. Terapi ini dinilai sangat baik dengan tingkat eradikasi mencapai 80-90%.
Pada pasien yang alergi amoxicillin, regimen dapat diganti menjadi Proton Pump Inhibitor (PPI) + Clarithromycin 500 mg + Metronidazole 500 mg dua kali sehari selama 7-10 hari.
Pilihan alternatif lainnya adalah terapi kombinasi bismut selama 7-14 hari. Kombinasi terapi ini adalah pemberian PPI dua kali sehari, bismut 240 mg dua kali sehari, metronidazole 400 mg dua hingga tiga kali sehari, dan tetrasiklin 400 mg empat kali sehari. Keberhasilan eradikasi H. pylori kombinasi terapi ini mencapai lebih dari 80%.
Tatalaksana Ulkus Peptikum H.Pylori Negatif NSAID Negatif
Ulkus peptikum yang tidak disebabkan oleh H.pylori ataupun NSAID dan aspirin adalah suatu kejadian yang sangat jarang. Pada keadaan ini, pemeriksa harus benar-benar memastikan bahwa ulkus peptikum tidak disebabkan oleh infeksi H.pylori dan tidak ada riwayat penggunaan NSAID ataupun obat lain yang meningkatkan risiko ulkus peptikum. Kultur dan anamnesis riwayat medis yang lengkap harus dilakukan.
Ulkus peptikum idiopatik dapat ditatalaksana menggunakan proton pump inhibitor (PPI). Dosis lebih tinggi diduga akan lebih efektif pada keadaan ini, namun belum ada konsensus yang menyatakan berapa dosis yang lebih efektif. Perlu diingat bahwa penggunaan PPI jangka panjang meningkatkan risiko kanker. Utilisasi berlebih dari PPI harus dihindari. [12]