Diagnosis Uban Prematur
Seseorang dikatakan mengalami diagnosis uban prematur jika terdapat uban pada usia kurang dari 25 tahun untuk keturunan Asia, termasuk Indonesia. Diagnosis dapat ditegakkan melalui temuan klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mencari etiologi.[1,2]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien umumnya akan mengeluhkan munculnya uban pada usia muda dengan jumlah dan sebaran yang bervariasi. Pada pria, kanitis biasanya dimulai dari area pelipis dan cambang. Pada wanita biasanya uban akan dimulai dari sekitar batas rambut depan. Secara bertahap, rambut kanitis akan meluas ke puncak kepala, sisi kepala, dan belakang kepala.[1,8]
Awitan timbulnya uban dan kondisi lain yang menyertai, seperti bercak putih, rasa kesemutan, keluhan gatal dan disestesi pada kulit juga perlu ditanyakan saat anamnesis. Status nutrisi, riwayat keluarga dengan keluhan yang sama, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat pengobatan sebelumnya juga perlu ditanyakan pada pasien. Hal ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko. Beberapa obat yang telah dihubungkan dengan munculnya uban prematur adalah chloroquine, mephenesin, phenylthiourea, triparanol, dan xylazine; serta penggunaan bahan kimia atau agen topikal seperti dithranol, chrysarobin, resorcin, dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2 alfa).[1,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya 1 atau lebih area kulit kepala yang mengalami uban prematur. Warna putih yang terlihat pada uban sebenarnya adalah ilusi optik, dimana keratin yang berwarna kuning pucat terlihat putih akibat refleksi atau refraksi dari cahaya. Rambut uban umumnya lebih kasar, kaku, dan lebih sulit diatur daripada rambut yang lebih gelap.[1,11]
Pada pria, uban pertama paling sering terjadi di area pelipis dan cambang, kemudian menyebar ke verteks dan area oksipital umumnya adalah yang terakhir. Pada wanita, uban pertama kali terlihat di batas kulit kepala.[1,2]
Hingga kini belum ada alat penilaian yang bersifat universal dan objektif untuk menilai derajat, tingkat keparahan, dan perkembangan uban prematur. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengklasifikasikan uban sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan persentase rambut yang terlibat, jumlah rambut yang terlibat, atau persentase rambut yang terkena di berbagai area kulit kepala. Namun, belum ada sistem yang disepakati secara global.[1,15,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari uban prematur antara lain poliosis, sindrom penuaan dini, kanitits subita, dan gangguan rambut hipomelanosis.
Poliosis
Poliosis adalah kondisi dimana rambut berwarna putih akibat kurangnya pigmen melanin pada folikel rambut, namun tidak hanya terjadi pada rambut kepala tapi juga area kulit yang memiliki rambut seperti alis dan bulu mata. Poliosis dapat muncul pada usia berapapun, tapi seringkali muncul sejak lahir. Poliosis umumnya terjadi karena mutasi genetik seperti yang terjadi pada sclerosis tuberous, piebaldisme, dan Sindrom Waardenburg. Poliosis juga dapat terjadi pada vitiligo, sindrom Woolf, dan sindrom Ziprkowski.[17]
Sindrom Penuaan Dini
Sindrom penuaan dini atau premature aging syndrome tidak hanya bermanifestasi pada kulit dengan adanya sklerodermoid dengan atrofi jaringan subkutan, namun juga dapat disertai uban prematur, alopecia, telangiektasis, hiperkeratosis ulserasi, soft tissue wasting, dan mottled pigmentation.[18]
Kanitis Subita
Kanitis subita merupakan kondisi yang sangat jarang dijumpai, dimana pasien mengeluhkan rambutnya memutih dalam semalam. Tidak diketahui pasti penyebabnya, namun kanitis subita dikaitkan pula dengan vitiligo, telogen effluvium, alopecia areata, dan faktor psikogenik.[1,19]
Gangguan Rambut Hipomelanosis
Gangguan rambut hipomelanosis berbeda dengan uban prematur. Gangguan rambut hipomelanosis umumnya terjadi secara difus dan juga terlokalisasi. Beberapa kondisi yang dapat memicu gangguan rambut hipomelanosis antara lain sindrom Hermansky-Pudlak, sindrom Chediak-Higashi, dan sindrom Tietz. Adapun gangguan rambut hipomelanosis pada anak juga dapat disebabkan oleh gangguan neurokutaneus seperti pada sindrom Griscelli, sindrom Chediak–Higashi, dan sindrom Elejalde.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada kasus uban prematur. Pemeriksaan penunjang umumnya bertujuan untuk memastikan etiologi.[1]
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis uban prematur dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Meski demikian, investigasi lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan. Pemeriksaan laboratorium yang mungkin bermanfaat mencakup kadar serum vitamin B12, kalsium, serum ferritin, asam folat, vitamin D, dan kadar hormon tiroid, terutama pada individu tanpa riwayat keluarga dengan uban prematur.[20]
Biomarker
Parameter dari stres oksidatif dan antioxidant defense juga dapat dipertimbangkan untuk diperiksa. Pemeriksaan dapat mencakup kadar serum malondialdehyde (MDA), serum reduced glutathione (rGSH), dan serum superoxide dismutase (SOD). Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kadar serum MDA, penurunan kadar serum rSGH, dan juga penurunan kadar SOD pada pasien dengan uban prematur.[1,21]
Trikoskopi
Pemeriksaan trikoskopi bertujuan untuk menilai kondisi kulit kepala dan rambut secara mikroskopis. Meski demikian, peranan trikoskopi dalam diagnostik uban prematur masih terbatas.[1]