Patofisiologi Uban Prematur
Patofisiologi uban prematur (premature gray hair) belum dipahami sepenuhnya. Namun, terjadinya uban prematur diduga melibatkan sejumlah proses kompleks seperti variasi genetik, hormonal, dan faktor lingkungan.[1,3]
Sekilas Mengenai Pigmentasi Rambut
Pigmentasi rambut merupakan salah satu fitur paling unik pada manusia yang berkisar dari warna hitam, coklat, pirang, hingga ke merah. Warna rambut manusia dipengaruhi oleh pigmen melanin yang diproduksi oleh melanosit yang merupakan derivat neural crest. Folikel rambut manusia mengandung dua jenis melanin yaitu eumelanin dan feomelanin. Perbedaan warna rambut dipengaruhi kuantitas dan rasio dari eumelanin hitam-coklat dan feomelanin merah-coklat. Terdapat hipotesis bahwa pH dan kadar sistein dari melanosom mempengaruhi fenotip rambut. Saat pH menurun, terjadi pengurangan aktivitas tirosinase secara progresif yang memicu peningkatan feomelanin dan rambut akan berwarna kemerahan atau pirang.[1,4]
Mutasi pada gen melanocortin-1 receptor (MC1R) akan menyebabkan warna rambut menjadi kemerahan atau pirang. Mutasi ini umumnya terjadi pada individu di Eropa Utara dengan lebih sedikit paparan sinar matahari. Sementara itu, studi pada tahun 2012 menunjukkan adanya mutasi resesif pada tyrosinase-related protein-1 (TYRP1) pada individu dengan rambut pirang.[1,5]
Siklus Pertumbuhan Rambut
Siklus pertumbuhan rambut terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu anagen, katagen, dan telogen. Fase anagen merupakan periode dimana rambut mengalami proses mitosis aktif pada bagian epitel bulbus rambut selama beberapa minggu hingga tahun. Fase katagen ditandai dengan apoptosis pada sel epitel folikel bagian bawah dan keratinisasi bagian proksimal rambut membentuk club-shaped. Pada akhirnya, rambut akan masuk ke fase telogen yang menandakan berakhirnya regresi folikel dan mengawali fase anagen berikutnya.[5,6]
Patogenesis Uban Prematur
Unit pigmen adalah struktur hitam berbentuk buah pir di ujung papila dermal pada rambut berpigmen. Pada uban, unit pigmen menjadi kabur, melanosit menjadi sedikit dan membulat, dan melanosit oligodendritik berpigmen ringan menjadi terlihat di bulbus rambut proksimal. Selama fase anagen, ada pengurangan yang nyata pada jumlah melanosit di folikel rambut melalui degenerasi autophagolysosomal yang menyebabkan hilangnya pigmen rambut. Hal ini dianggap sebagai mekanisme utama dalam patogenesis uban.[7]
Transfer melanosomal yang rusak ke keratinosit kortikal atau inkontinensia melanin karena degenerasi melanosit berkontribusi pada uban. Perubahan degeneratif dalam folikel rambut dikaitkan dengan peningkatan sel dendritik di folikel rambut. Akibatnya, tidak ada melanosit melanogenik di bulbus rambut.
Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi sel induk folikel rambut dan melanosit. Pemendekan telomer, penurunan jumlah sel, dan faktor transkripsi tertentu semuanya juga terlibat dalam proses penuaan ini. Pada gilirannya, perubahan molekuler ini menyebabkan modifikasi struktural serat rambut, menurunkan produksi melanin, dan memperpanjang fase telogen dari siklus rambut.[1,4]
Pada tingkat molekuler, berbagai gen dan jalur sinyal yang mempengaruhi pigmentasi rambut sedang dipelajari. Reseptor bone morphogenetic protein receptor type II (BMPR2) dan activin receptor IIA (ACVR2A) diketahui mempengaruhi pigmentasi rambut. Berkurangnya aktivitas BMPR2 dan ACVR2A dapat menyebabkan uban dini pada tikus percobaan.
Selain itu, jalur pensinyalan Notch mempengaruhi berbagai proses biologis. Jalur sinyal Notch 1 dan Notch 2 dilaporkan memiliki peran dalam pemeliharaan pigmentasi rambut. Baru-baru ini, stem cell factor (SCF) dan reseptornya juga dilaporkan berperan dalam melanogenesis selama fase anagen.[1,3]