Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Pityriasis Rosea general_alomedika 2021-10-06T08:08:27+07:00 2021-10-06T08:08:27+07:00
Pityriasis Rosea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pityriasis Rosea

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis pityriasis rosea dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang sangat jarang diperlukan.

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan keluhan akut berupa munculnya plakat eritematosa yang, walaupun jarang, dapat didahului gejala prodromal seperti demam, lemas, mual, sakit kepala, nyeri sendi, dan pembesaran kelenjar getah bening. Sekitar 25-75% pasien pityriasis rosea mengeluhkan rasa gatal ringan-sedang pada lesi. Pada sebagian besar pasien, dapat ditemukan riwayat infeksi saluran pernapasan atas. [2,10]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pityriasis rosea dapat menunjukkan lesi primer berupa herald patch pada dada atau punggung yang kemudian akan berkembang menjadi lesi generalisata setelah 2 minggu. Herald patch merupakan lesi diskret soliter plakat eritematosa (rose-like) dengan tepi yang lebih tinggi dan berskuama dan bagian sentral yang lebih rendah dan berwarna lebih pucat. Diameter herald patch dapat membesar hingga >3 cm. [6]

Gambaran lesi pityriasis rosea setelah erupsi sekunder yang tipikal adalah lesi multipel berukuran lebih kecil dari herald patch, distribusi mengikuti garis Langer, dan lesi pada punggung umumnya menyerupai gambaran pohon natal (terdistribusi simetris pada sisi kanan dan kiri). [2]

Pemeriksaan lesi kulit dengan bantuan dermoskop akan menunjukkan gambaran lesi dengan dasar kemerahan, skuama berwarna putih pada tepi (colarette sign), dan bercak pembuluh darah yang iregular dan patchy. Pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap, (≥ Fitzpatrick IV) dapat ditemukan pigmentasi berwarna coklat keabu-abuan. [4,11] Pada pasien pediatrik, sering kali ditemukan lesi pada mukosa orofaringeal yang tidak nyeri. Lesi tersebut dapat berbentuk vesikel, papul, petechiae, atau strawberry tongue. [12]

Pada PR atipikal lesi kulit dapat bervariasi berbentuk vesikel berukuran 2-6 mm, makula purpura, urtikaria, folikular, plakat berukuran besar (giant) dengan distribusi lesi yang beragam mulai dari kepala, telapak kaki dan tangan, genitalia, dan wajah. [3]

Klasifikasi Pityriasis Rosea

Klasifikasi pityriasis rosea dibagi menjadi tipe klasik, relapsing, persisten, pediatrik, PR pada kehamilan, dan erupsi seperti pityriasis rosea. [6]

Tabel 1. Klasifikasi Pityriasis Rosea

Tipe Patogenesis

Bagian Kulit yang Terkena

Heral Patch (%) Keterli-batan Mukosa (%) Gejala Sistemik (%)

Histopatologi

Rerata Durasi Penyakit
Klasik Sporadik, reaktivasi sistemik HHV-6/7 Batang tubuh, ekstermitas 12-90 16 ≥69 Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) 45 hari
Relapsing Relapsing

reaktivasi sistemik HHV-6/7

Batang tubuh dan ekstremitas (ukuran lesi < tipe klasik) 0 14 100 (gejala lebih ringan dari tipe klasik) Parakeratosis, spongiosis (epidermis), esktravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) 15 hari
Persisten Viremia plasma HHV-6/7 yang persisten Batang tubuh dan esktremitas 75 75 92 Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) >12 minggu
Pediatrik Infeksi HHV-6/7 yang lebih panjang (riwayat infeksi primer dalam waktu dekat) Batang tubuh dan ekstremitas 58 35 58 Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) 16 hari
Kehamilan Reaktivasi HHV-6/7 dan kemungkinan penularan intrauterin Batang tubuh dan ekstremitas, lesi yang lebih banyak (widespread) bila terjadi pada usia kehamilan <15 minggu 50 16 ≥69 (gejala lebih berat bila usia kehamilan <15 minggu) Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) 45 hari (8-12 minggu bila terjadi pada usia kehamilan <15 minggu)
Erupsi seperti PR Reaksi terhadap obat atau vaksin Batang tubuh, ekstremitas, wajah. Lesi difus dan konfluen 0 50 0 Gambaran dermatitis dan eosinofil 2 minggu setelah penghentian obat

Diagnosis Banding

Pityriasis rosea dapat didiagnosis banding dengan sifilis sekunder, psoriasis gutata, eksema numular, dan tinea corporis.

Sifilis Sekunder

Sifilis sekunder dapat ditemukan pada pasien dewasa yang aktif secara seksual. Anamnesis meliputi riwayat hubungan seksual dan pemeriksaan fisik generalisata untuk mencari adanya chancre (atau bekasnya), limfadenopati, lesi pada mukosa, dan lesi kulit pada telapak tangan dan kaki (khas pada sifilis sekunder). Pemeriksaan penunjang VDRL (venereal disease research laboratory) atau pemeriksaan penunjang untuk deteksi treponema dapat membantu diagnosis. Histopatologi sifilis sekunder menunjukkan adanya sel plasma. [5,8]

Psoriasis Gutata

Psoriasis gutata dapat menunjukkan gambaran plakat eritematosa mirip pityriasis rosea. Namun herald patch pada pityriasis rosea lebih banyak, dan susunan lesi pada psoriasis gutata membentuk gambaran tetesan air. Pada psoriasis gutata, dapat ditemukan tanda Auspitz. Hasil pemeriksaan biopsi dapat membedakan psoriasis gutata dengan pityriasis rosea. [5,8]

Eksema Numular

Pada eksema numular gejala yang dominan adalah rasa gatal pada lesi. Herald patch pada pityriasis rosea sulit dibedakan dengan eksema numular, sehingga sering kali diterapi sebagai eksema. Lesi kulit pada eksema numular jarang ditemukan di batang tubuh, tampak berair, dan menunjukkan respon yang cepat terhadap pemberian steroid topikal. [5,8]

Tinea Corporis

Tinea corporis dapat memberikan gambaran lesi yang mirip dengan pityriasis rosea. Lesi tinea corporis dapat timbul di bagian tubuh mana saja, lesi dapat bersatu (konfluen) membentuk lesi yang lebih besar, lesi tampak lebih aktif (merah) di tepi dengan central healing. Pemeriksaan penunjang kerokan kulit pada tinea corporis akan menunjukkan hifa pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Tinea corporis akan memberikan respon perbaikan terhadap pemberian antifungal, sementara lesi pityriasis rosea tidak. [8]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pityriasis rosea berguna terutama untuk kasus-kasus yang atipikal. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi dan laboratorium darah.

Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi pada pityriasis rosea membantu untuk mengeksklusi diagnosis banding lain terutama pada gambaran klinis yang atipikal. Gambaran histopatologi pityriasis rosea umumnya nonspesifik dan mirip dengan gambaran dermatitis akut dan subakut. Beberapa penelitian menunjukkan gambaran histologi pityriasis rosea yang dapat ditemukan pada 60% pasien adalah adanya sel-sel diskeratotik pada epidermis dan ekstravasasi eritrosit di bagian dermis. Perubahan lain yang dapat ditemukan misalnya parakeratosis fokal, hilangnya lapisan granular, dan spongiosis. Pada bagian dermis papilar dapat ditemukan edema dengan infiltrat limfohistiositik perivaskular ringan. Pada bagian epidermis dapat juga ditemukan eksositosis infiltrat. [5]

Laboratorium Darah

Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tidak memberikan hasil yang spesifik untuk pityriasis rosea. Pada pasien pityriasis rosea dapat ditemukan leukositosis, limfositosis, neutrofilia, eosinofilia, dan basofilia. Pada beberapa penelitian ditemukan pula peningkatan laju endap darah, total protein dan albumin. [1,13]

Referensi

1. Schwartz RA. Pityriasis rosea. https://emedicine.medscape.com/article/1107532-overview#a3
2. Gomez JMV. Pityriasis rosea: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2018;97(1):38-44. https://www.aafp.org/afp/2018/0101/p38.html
3. Nair PA, Le JK. Pityriasis rosea. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448091/
4. Errichetti E, Stinco G. Dermoscopy in general dermatology: a practical overview. Dermatol Ther (Heidelb). 2016;6(4):471-507. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5120630/
5. Mahajan K, Relhan V, Relhan AK, Garg VK. Pityriasis rosea: an update on ethiopathogenesis and management of difficult aspects. Indian J Dermatol. 2016;61(4):375-384. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4966395/
6. Drago F, Ciccarese G, Rebora A, Broccolo F, Parodi A. Pityriasis rosea: A comprehensive classification. Dermatology. 2016;232:431-437. https://www.karger.com/Article/FullText/445375
8. VanRavenstein K, Edlund BJ. Diagnosis and management of pityriasis rosea. The Nurse Practitioner. 2017;42(1):8-11. doi:10.1097/01.npr.0000511012.21714.66
10. Chuh AAT, Chan HHL. Effect on quality of life in patients with pityriasis rosea: Is it associated with rash severity? Inter Jour Dermatol. 2003;44(5):372-377.
11. Mohamadi MKN, Masenga JE, Mavura D, Jahanpour OF, Mbwilo E, Blum A. Dermoscopic features of psoriasis, lichen planus, and pityriasis rosea in patients with skin type IV and darker attending the regional dermatology training centre in Northern Tanzani. Dermatol Pract Concept. 2019;9(1):44-51. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6368079/
12. Ciccarese G, Parodi A, Drago F. Pediatric pityriasis rosea. Turk J Med Sci. 2017;47:1302-1305. doi:10.3906/sag-1701-127.
13. Ozyurek GD, Alan, S, Cenesizoglu E. Evaluation of clinico-epidemiological and histopathological features of pityriasis rosea. Postepy Dermatol Alergol. 2014;31(4):216-221. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4171665/

Epidemiologi Pityriasis Rosea
Penatalaksanaan Pityriasis Rosea

Artikel Terkait

  • Manifestasi Kulit pada COVID-19
    Manifestasi Kulit pada COVID-19
Diskusi Terkait
Anonymous
24 Agustus 2021
Diagnosis Banding Pityriasis Rosea - Kulit Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo, dr. Fresa, Sp.KKIzin bertanya, Dok. Bila pasien memiliki ruam mirip pityriasis rosea di badan tetapi tidak memiliki herald patch yang jelas, kira-kira...
dr. Aditya Iqbal Maulana
13 April 2020
Pasien laki-laki usia 28 th memiliki riwayat dermatitis atopik dan ptyriasis rosea datang dengan keluhan muncul bercak kemerahan pada kaki dan tangan
Oleh: dr. Aditya Iqbal Maulana
2 Balasan
Alodokter! Ijin mengajak TS berdiskusi, pasien laki laki usia 28 tahun dengan riwayat atopik ( ), memiliki riwayat pernah konsultasi dengan drSpDV dan...
dr.tri putri manhusni
29 Februari 2020
Pasien laki-laki usia 25 tahun dengan keluhan bintik-bintik di seluruh tubuh
Oleh: dr.tri putri manhusni
14 Balasan
Assalamu'alaikum ijin nnya ts, pasien umur 25 tahun kulit bintik2 pada pada tubuh seperti gambar diatas, awalnya bintik2 nya dikit lama kelamaan menyebar ke...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.