Diagnosis Pityriasis Rosea
Diagnosis pityriasis rosea dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang sangat jarang diperlukan.
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan akut berupa munculnya plakat eritematosa yang, walaupun jarang, dapat didahului gejala prodromal seperti demam, lemas, mual, sakit kepala, nyeri sendi, dan pembesaran kelenjar getah bening. Sekitar 25-75% pasien pityriasis rosea mengeluhkan rasa gatal ringan-sedang pada lesi. Pada sebagian besar pasien, dapat ditemukan riwayat infeksi saluran pernapasan atas. [2,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pityriasis rosea dapat menunjukkan lesi primer berupa herald patch pada dada atau punggung yang kemudian akan berkembang menjadi lesi generalisata setelah 2 minggu. Herald patch merupakan lesi diskret soliter plakat eritematosa (rose-like) dengan tepi yang lebih tinggi dan berskuama dan bagian sentral yang lebih rendah dan berwarna lebih pucat. Diameter herald patch dapat membesar hingga >3 cm. [6]
Gambaran lesi pityriasis rosea setelah erupsi sekunder yang tipikal adalah lesi multipel berukuran lebih kecil dari herald patch, distribusi mengikuti garis Langer, dan lesi pada punggung umumnya menyerupai gambaran pohon natal (terdistribusi simetris pada sisi kanan dan kiri). [2]
Pemeriksaan lesi kulit dengan bantuan dermoskop akan menunjukkan gambaran lesi dengan dasar kemerahan, skuama berwarna putih pada tepi (colarette sign), dan bercak pembuluh darah yang iregular dan patchy. Pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap, (≥ Fitzpatrick IV) dapat ditemukan pigmentasi berwarna coklat keabu-abuan. [4,11] Pada pasien pediatrik, sering kali ditemukan lesi pada mukosa orofaringeal yang tidak nyeri. Lesi tersebut dapat berbentuk vesikel, papul, petechiae, atau strawberry tongue. [12]
Pada PR atipikal lesi kulit dapat bervariasi berbentuk vesikel berukuran 2-6 mm, makula purpura, urtikaria, folikular, plakat berukuran besar (giant) dengan distribusi lesi yang beragam mulai dari kepala, telapak kaki dan tangan, genitalia, dan wajah. [3]
Klasifikasi Pityriasis Rosea
Klasifikasi pityriasis rosea dibagi menjadi tipe klasik, relapsing, persisten, pediatrik, PR pada kehamilan, dan erupsi seperti pityriasis rosea. [6]
Tabel 1. Klasifikasi Pityriasis Rosea
Tipe | Patogenesis | Bagian Kulit yang Terkena | Heral Patch (%) | Keterli-batan Mukosa (%) | Gejala Sistemik (%) | Histopatologi | Rerata Durasi Penyakit |
Klasik | Sporadik, reaktivasi sistemik HHV-6/7 | Batang tubuh, ekstermitas | 12-90 | 16 | ≥69 | Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) | 45 hari |
Relapsing | Relapsing reaktivasi sistemik HHV-6/7 | Batang tubuh dan ekstremitas (ukuran lesi < tipe klasik) | 0 | 14 | 100 (gejala lebih ringan dari tipe klasik) | Parakeratosis, spongiosis (epidermis), esktravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) | 15 hari |
Persisten | Viremia plasma HHV-6/7 yang persisten | Batang tubuh dan esktremitas | 75 | 75 | 92 | Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) | >12 minggu |
Pediatrik | Infeksi HHV-6/7 yang lebih panjang (riwayat infeksi primer dalam waktu dekat) | Batang tubuh dan ekstremitas | 58 | 35 | 58 | Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) | 16 hari |
Kehamilan | Reaktivasi HHV-6/7 dan kemungkinan penularan intrauterin | Batang tubuh dan ekstremitas, lesi yang lebih banyak (widespread) bila terjadi pada usia kehamilan <15 minggu | 50 | 16 | ≥69 (gejala lebih berat bila usia kehamilan <15 minggu) | Parakeratosis, spongiosis (epidermis), ekstravasasi eritrosit, infiltrat limfosit (dermis) | 45 hari (8-12 minggu bila terjadi pada usia kehamilan <15 minggu) |
Erupsi seperti PR | Reaksi terhadap obat atau vaksin | Batang tubuh, ekstremitas, wajah. Lesi difus dan konfluen | 0 | 50 | 0 | Gambaran dermatitis dan eosinofil | 2 minggu setelah penghentian obat |
Diagnosis Banding
Pityriasis rosea dapat didiagnosis banding dengan sifilis sekunder, psoriasis gutata, eksema numular, dan tinea corporis.
Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder dapat ditemukan pada pasien dewasa yang aktif secara seksual. Anamnesis meliputi riwayat hubungan seksual dan pemeriksaan fisik generalisata untuk mencari adanya chancre (atau bekasnya), limfadenopati, lesi pada mukosa, dan lesi kulit pada telapak tangan dan kaki (khas pada sifilis sekunder). Pemeriksaan penunjang VDRL (venereal disease research laboratory) atau pemeriksaan penunjang untuk deteksi treponema dapat membantu diagnosis. Histopatologi sifilis sekunder menunjukkan adanya sel plasma. [5,8]
Psoriasis Gutata
Psoriasis gutata dapat menunjukkan gambaran plakat eritematosa mirip pityriasis rosea. Namun herald patch pada pityriasis rosea lebih banyak, dan susunan lesi pada psoriasis gutata membentuk gambaran tetesan air. Pada psoriasis gutata, dapat ditemukan tanda Auspitz. Hasil pemeriksaan biopsi dapat membedakan psoriasis gutata dengan pityriasis rosea. [5,8]
Eksema Numular
Pada eksema numular gejala yang dominan adalah rasa gatal pada lesi. Herald patch pada pityriasis rosea sulit dibedakan dengan eksema numular, sehingga sering kali diterapi sebagai eksema. Lesi kulit pada eksema numular jarang ditemukan di batang tubuh, tampak berair, dan menunjukkan respon yang cepat terhadap pemberian steroid topikal. [5,8]
Tinea Corporis
Tinea corporis dapat memberikan gambaran lesi yang mirip dengan pityriasis rosea. Lesi tinea corporis dapat timbul di bagian tubuh mana saja, lesi dapat bersatu (konfluen) membentuk lesi yang lebih besar, lesi tampak lebih aktif (merah) di tepi dengan central healing. Pemeriksaan penunjang kerokan kulit pada tinea corporis akan menunjukkan hifa pada pemeriksaan di bawah mikroskop. Tinea corporis akan memberikan respon perbaikan terhadap pemberian antifungal, sementara lesi pityriasis rosea tidak. [8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pityriasis rosea berguna terutama untuk kasus-kasus yang atipikal. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan histopatologi dan laboratorium darah.
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada pityriasis rosea membantu untuk mengeksklusi diagnosis banding lain terutama pada gambaran klinis yang atipikal. Gambaran histopatologi pityriasis rosea umumnya nonspesifik dan mirip dengan gambaran dermatitis akut dan subakut. Beberapa penelitian menunjukkan gambaran histologi pityriasis rosea yang dapat ditemukan pada 60% pasien adalah adanya sel-sel diskeratotik pada epidermis dan ekstravasasi eritrosit di bagian dermis. Perubahan lain yang dapat ditemukan misalnya parakeratosis fokal, hilangnya lapisan granular, dan spongiosis. Pada bagian dermis papilar dapat ditemukan edema dengan infiltrat limfohistiositik perivaskular ringan. Pada bagian epidermis dapat juga ditemukan eksositosis infiltrat. [5]
Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tidak memberikan hasil yang spesifik untuk pityriasis rosea. Pada pasien pityriasis rosea dapat ditemukan leukositosis, limfositosis, neutrofilia, eosinofilia, dan basofilia. Pada beberapa penelitian ditemukan pula peningkatan laju endap darah, total protein dan albumin. [1,13]