Pendahuluan Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum adalah infeksi kulit akibat virus DNA jenis Molluscipox. Penyakit ini bermanifestasi sebagai papul berbentuk kubah, berukuran 3-5 mm, mengkilat, disertai dengan lekukan (delle/umbilikasi) berisi massa berwarna putih atau badan moluskum di tengah papul. Moluskum ditularkan lewat kontak kulit langsung, autoinokulasi, maupun benda yang terkontaminasi. Lesi kulit pada penderita moluskum kontagiosum dapat timbul di kulit dan mukosa seluruh bagian tubuh, termasuk genital. [1-3]
Infeksi kulit moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia dengan mayoritas penderita adalah anak usia sekolah, dewasa yang aktif secara seksual, dan pasien imunokompromais. [2] Data epidemiologi di Amerika Serikat melaporkan bahwa moluskum kontagiosum memiliki proporsi sebesar 1% dari semua kelainan kulit, namun insiden dapat ditemukan lebih banyak di negara dengan iklim tropis. Beberapa kondisi medis, seperti dermatitis atopik, maupun kondisi imunokompromais merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini. [3,4]
Diagnosis moluskum kontagiosum dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang sangat jarang dilakukan, kecuali bila terdapat keraguan pada hasil temuan klinis. [3,4]
Pada penderita yang imunokompeten, moluskum kontagiosum biasanya bersifat swasirna sehingga sebagian besar tidak memerlukan terapi. Namun pada lesi yang tidak diobati, virus dapat menyebar melalui trauma atau garukan. Intervensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain cara destruktif, sitotoksik, antivirus, maupun stimulasi respon imun. Pemilihan intervensi didasarkan dengan kondisi klinis, usia, dan status imunitas pasien.[1,2]