Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Keratosis Seboroik general_alomedika 2023-01-10T07:50:42+07:00 2023-01-10T07:50:42+07:00
Keratosis Seboroik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Keratosis Seboroik

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Diagnosis keratosis seboroik ditegakkan melalui temuan klinis lesi makulopapular atau plak kecoklatan dengan batas tegas yang memiliki permukaan verukosa dan lebih tinggi dari kulit sekitarnya. Aspek terpenting bagi dokter ketika membuat diagnosis keratosis seboroik adalah menyingkirkan adanya kemungkinan keganasan pada kulit seperti melanoma.[1,2]

Anamnesis

Pada kasus keratosis seboroik, keluhan seringkali bersifat asimtomatis tetapi pasien sering mengeluhkan adanya bintik-bintik berwarna coklat pucat, merah muda, atau coklat tua hingga hitam.

Lesi dapat muncul di berbagai area tubuh namun seringkali lokasi yang dikeluhkan adalah area yang terpapar sinar matahari seperti punggung tangan dan wajah. Area lain yaitu leher dan kaki.[1,2]

Selain mengeluhkan adanya lesi, rasa gatal atau terjadi inflamasi akibat tergaruk juga dapat dikeluhkan. Inflamasi juga dapat dikeluhkan ketika pasien mencoba menghilangkan lesi secara manual.

Pasien seringkali datang karena masalah estetika yang mempengaruhi psikologis pasien seperti rasa tidak nyaman dan rendah diri karena adanya lesi yang menunjukkan tanda-tanda penuaan.[2]

Pasien juga dapat datang karena rasa khawatir bahwa lesi merupakan keganasan pada kulit atau lesi yang bertambah luas. Pada kasus terjadi pertambahan lesi secara cepat, atau ada tanda-tanda bahaya lainnya, keganasan perlu dicurigai.[2]

Onset kejadian keratosis seboroik akan meningkat seiring bertambahnya usia dan semakin terpapar sinar matahari. Seiring dengan meningkatnya usia, ukuran lesi juga akan bertambah tetapi lambat sehingga pasien kemudian menyadari adanya lesi.[1]

Ketika anamnesis, tanyakan kepada pasien mengenai riwayat pada keluarga. Setengah dari pasien keratosis seboroik memiliki riwayat yang sama pada anggota keluarganya. Keratosis seboroik juga diturunkan secara genetik dengan pola dominan autosom.[1,2]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik keratosis seboroik akan didapatkan lesi yang biasanya berkembang pada daerah berambut. Lokasi predileksi paling sering terdapat di kepala, leher, batang tubuh, dan ekstremitas. Lesi keratosis seboroik tidak berada di area telapak tangan dan kaki. Pada kasus langka, lesi keratosis seboroik dapat terjadi di daerah telinga luar dan tumor bertangkai di daerah perigenital.[5]

Keratosis seboroik biasanya asimtomatis. Ujud kelainan kulit pada keratosis seboroik dapat berupa papula, makula, dan plak. Warna bervariasi mulai dari hitam dan coklat hingga merah muda. Batas lesi tegas disertai penampilan verukosa yang tampak terfiksir pada kulit.[5]

Tekstur keratosis seboroik dapat tampak seperti lilin, keratotik, bersisik atau berminyak. Lesi juga dapat terasa lebih kasar dari waktu ke waktu. Lesi keratosis seboroik dapat mengalami perubahan eksofitik, hiperplastik, dan/atau hiperpigmentasi.

Lesi dapat terus berkembang selama masa kehidupan dan dapat mencapai ukuran hingga diameternya lebih dari 5 cm. Pada kasus dimana terjadi pertambahan lesi yang cepat atau tanda tanda Leser-Trelat, maka keganasan perlu dicurigai.[5]

Regresi spontan dari keratosis seboroik jarang terjadi. Ukuran yang bertambah dan perubahan warna serta tekstur menyebabkan pasien menjadi khawatir bahwa lesinya merupakan suatu keganasan. Perubahan tekstur dan warna juga menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman, merasa gatal, serta menimbulkan inflamasi bahkan infeksi sekunder.[5]

Subtipe Varian Keratosis Seboroik

Terdapat beberapa tipe varian dari keratosis seboroik yaitu dermatosis papulose nigra, stucco keratosis, melanoacanthoma, dan lesi polypoid. Dermatitis papulose nigra seringkali terdapat pada wajah terutama pipi bagian atas dan daerah lateral dar orbita. Lesi bertangkai dengan pigmentasi tinggi dan memiliki elemen keratotik minimal.[2]

Dermatitis papulose nigra seringkali timbul lebih awal dari keratosis seboroik biasa. Lesi dapat disebabkan oleh defek perkembangan nevoid dari folikel polisebasiue. Secara histologis, seringkali tampak sebagai akantosis dan hyperkeratosis yang tidak teratur.[2]

Stucco keratosis seringkai tampak pada orang dewasa dengan lesi keratotic datar berwarna abu-abu hingga coklat muda yang terdapat pada area dorsum kaki, pergelangan kaki, dorsum manus, dan elngan bawah. Secara histologis, tidak terdapat kista tanduk dan terdapat hiperkeratosis lamellar longgar yang menutupi epidermis.[2]

Melanoacanthoma merupakan keratosis seboroik yang berpigmen dalam dengan proliferasi akantotik melanosit dendritik yang besar. Melanoacanthoma kemungkinan merepresentasikan proliferasi konkomitan atau aktivasi dari melanosit dendritik dan sel epidermis. Contoh melanoacanthoma dapat dilihat pada Gambar 1.[2]

gambar 1 Keratosis Seboroik-min

Gambar 1. Melanoacanthoma. Sumber: Openi, 2016.

Lesi polypoid merupakan varian klinis dari keratosis seboroik tipikal dengan lesi polypoid kecil di sekitar leher, bawah payudara, atau sekitar aksila. Lesi polypoid ini sering disebut sebagai skin tag tetapi keduanya merupakan dua penyakit yang berbeda. Lesi polypoid memiliki permukaan kasar yang berkerut pada ‘skin tag’. Lokasi predileksi dari lesi polypoid adalah titik-titik trauma kronis.[2]

Diagnosa Banding

Diagnosa banding keratosis seboroik dapat berupa keganasan pada kulit. Seringkali lesi bersifat tumpang tindih dan mirip dengan lesi pada keganasan kulit. Diagnosis banding keratosis seboroik di antaranya adalah melanoma maligna, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel basal berpigmen.[1,7]

Melanoma

Melanoma seringkali memberikan gambaran klinis menyerupai keratosis seboroik, yaitu massa dengan permukaan verukosa. Pemeriksaan dermoskopi pasien melanoma juga dapat menunjukan gambaran menyerupai keratosis seboroik. Pemeriksaan biopsi dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis melanoma, dimana akan didapatkan gambaran epiteloid atipikal dan sel spindel.[11,12]

Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal ditandai dengan adanya papul atau nodul menyerupai mutiara yang memiliki tepi menggulung dan telangiektasia. Pasien biasanya mengeluhkan adanya lesi yang semakin membesar yang terkadang berdarah, walaupun pada beberapa kasus yang memberikan keluhan gatal atau asimptomatik, seperti pasien keratosis seboroik.

Karsinoma sel basal dibedakan dengan keratosis seboroik melalui pemeriksaan dermoskopi dan biopsi. Pada pemeriksaan dermoskopi, karsinoma sel basal akan memberikan gambaran struktur menyerupai sarang/nested-like, bulat, atau berbintik-bintik.

Gambaran histopatologi dari pemeriksaan biopsi menunjukkan tumor infiltratif yang merusak struktur di sekitarnya, sel basaloid maligna di bagian dermis, palisade perifer, dan sel spindle yang membentuk stroma mukoid.[13,14]

Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa ditandai dengan adanya proliferasi maligna dari sel keratin yang berada di sel epidermis. Lesi biasanya diawali oleh keratosis aktinik dan penyakit Bowen. Gambaran klinis yang umum dijumpai adalah lesi keratosis aktinik yang menjadi hiperkeratosis, mengalami infiltrasi pada bagian basal, mengalami ulserasi atau perlunakan.

Pemeriksaan diaskopi menunjukkan adanya titik perdarahan, keratin, dan lingkaran putih yang menjadi pembeda dengan keratosis seboroik. Pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya keratinosit atipikal yang berasal dari epidermis menginfiltrasi lapisan dermis, serta dapat disertai dengan mutiara tanduk, parakeratosis dan sel diskeratosis.[13,15]

Pemeriksaan Penunjang

Dalam beberapa kasus, seringkali pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau untuk menegakkan diagnosis. Beberapa pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah dermoskopi dan pemeriksaan histologis.[1,2,6]

Dermoskopi

Pada dermoskopi, terdapat tiga fitur pada keratosis seboroik. Yang pertama adalah adanya kista seperti milia, berupa gumpalan putih-kuning bundar dengan ukuran bervariasi yang sesuai dengan kista tanduk intraepidermal.[7]

Fitur kedua adalah tampak adanya bukaan seperti komedo, dapat berupa gumpalan oval atau bulat hitam sampai coklat dengan batas tegas sesuai dengan agregat keratin yang terletak di bukaan folikel yang melebar.[7]

Fitur ketiga terdapat fisura dan batas dengan garis tebal, melengkung, terkadang bercabang dengan warna bervariasi dari hipopigmentasi hingga coklat, hitam, dan biru. Penampilan keratosis seboroik seringkali dikatakan mirip dengan otak sehingga dapat terlihat seperti sulci dan gyri.[7]

Pemeriksaan Histopatologis

Pada pemeriksaan histopatologi, keratosis seboroik akan tampak sebagai proliferasi dari keratinosit basaloid dengan arsitektur papilomatosa pada dasar datar dan dalam bentuk klasiknya menunjukkan kolom luas yang berdampingan dari epidermis yang hiperplastik (tipe akantotik). Gambaran histopatologis dapat dilihat pada Gambar 2.[7]

gambar 3 Keratosis Seboroik (1)

Gambar 2. Gambaran Histopatologis Keratosis Seboroik. Sumber: KGH, Wikimedia Commons, 2006.

Namun, beberapa varian histologis dikenali dengan perbedaan tingkat hiperkeratosis yaitu tipe keratotik atau papillomatosis, hiperparakeratosis dan pusaran skuamosa pada tipe iritasi atau adanya keratinosit dan melanofag berpigmen pada tipe berpigmen. Pada akantosis ringan, akan sulit untuk membedakan keratosis seboroik tipe makula atau retikulat dari lentigo solaris.[7]

Terakhir, tipe klonal ditandai dengan adanya sarang keratinosit basaloid pucat atau berpigmen intraepidermal; dalam varian berpigmen klonal-SK adalah bentuk keratosis seboroik (SK) yang paling menantang, karena sulit dibedakan dari melanoma dan karsinoma sel basal berpigmen.[7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Greco MJ, Bhutta BS. Seborrheic Keratosis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545285/
2. Balin AK. Seborrheic Keratosis. In: Medscape. 2020 Oct. https://emedicine.medscape.com/article/1059477-overview#a5
5. Sun MD, Halpern AC. Advances in the etiology, detection, and clinical management of seborrheic keratoses. Dermatology. 2022;238(2):1-3.
6. Gorai S, Ahmad S, Raza SS, Khan HD, Raza MA, Etaee F, Cockerell CJ, Apalla Z, Goldust M. Update of pathophysiology and treatment options of seborrheic keratosis. Dermatologic Therapy. 2022 Oct 13:e15934.
7. Moscarella E, Brancaccio G, Briatico G, Ronchi A, Piana S, Argenziano G. Differential Diagnosis and Management on Seborrheic Keratosis in Elderly Patients. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2021 Apr 28;14:395-406.
11. Carrera C, Segura S, Aguilera P, Scalvenzi M, Longo C, Barreiro A et al. Dermoscopic Clues for Diagnosing Melanomas That Resemble Seborrheic Keratosis. JAMA Dermatology. 2017;153(6):544.
12. Mohan S, Kuo K, Chang A. Incidental regression of an advanced basal cell carcinoma after ipilimumab exposure for metastatic melanoma. JAAD Case Reports. 2016;2(1):13-15.
13. Minagawa A. Dermoscopy-pathology relationship in seborrheic keratosis. The Journal of Dermatology. 2017;44(5):518-524.
14. Cameron M, Lee E, Hibler B, Barker C, Mori S, Cordova M et al. Basal cell carcinoma. Journal of the American Academy of Dermatology. 2019;80(2):303-317.
15. Stratigos A, Garbe C, Lebbe C, Malvehy J, del Marmol V, Pehamberger H et al. Diagnosis and treatment of invasive squamous cell carcinoma of the skin: European consensus-based interdisciplinary guideline. European Journal of Cancer. 2015;51(14):1989-2007.

Epidemiologi Keratosis Seboroik
Penatalaksanaan Keratosis Seboroik
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 06:13
Data Rekam Medis Pasien Hilang Setelah Update Aplikasi Alomedika Dengan Tampilan Baru
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Sejak update terbaru tampilan alomedika yang merubah tampilan data rekam medis pasien ditemukan banyak rekam medis yang hilang terutama data rekam medis...
Anonymous
Kemarin, 11:37
Bintik berair di ujung bibir anak usia 2 tahun
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin berdiskusi kasus, pasien anak usia 2 tahun dengan keluhan satu minggu sebelumnya demam kemudian demamnya sudah membaik dan muncul keluhan...
dr. Dini Cynthia
Kemarin, 10:07
Vaksin TT untuk ibu hamil yang sudah menerima vaksinasi lengkap sewaktu kecil
Oleh: dr. Dini Cynthia
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya, semisal ada ibu hamil nulipara dtg untuk ANC, dan ternyata status vaksinasi TT nya sewaktu SD sudah lengkap, bagaimana pemberian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.