Penatalaksanaan Keratosis Seboroik
Penatalaksanaan keratosis seboroik umumnya tidak khusus, karena bersifat jinak dan tidak mengancam jiwa. Namun pada beberapa kondisi, seperti lesi yang mengalami inflamasi, perdarahan, atau ulserasi, diperlukan eksisi untuk melakukan biopsi. Pengangkatan lesi juga sering dilakukan atas indikasi kosmetik, adanya keluhan gatal, atau lokasi lesi yang terletak di area rentan infeksi. Keratosis seboroik dapat dihilangkan melalui 2 cara, yaitu tindakan operatif atau menggunakan agen topikal. [3,5,20]
Operatif
Tata laksana operatif krioterapi paling banyak digunakan untuk menghilangkan lesi keratosis seboroik. Prinsip krioterapi adalah menginduksi kerusakan jaringan, oklusi dan stasis pembuluh darah, serta inflamasi jaringan dengan mengaplikasikan suhu dingin. Tindakan ini mudah untuk dilakukan dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Namun, krioterapi berpotensi memunculkan efek samping berupa kemerahan yang terlihat dalam 6 minggu, pembentukan scar setelah lebih dari 12 bulan, hiperpigmentasi, infeksi, dan hilangnya rambut kulit. [3,6,21]
Selain teknik krioterapi, pengangkatan keratosis seboroik juga dapat dilakukan menggunakan eksisi, elektrodesikasi, kuretase, atau laser karbondioksida. Penggunaan laser memiliki tingkat penyembuhan lebih baik dibandingkan dengan teknik krioterapi. Laser karbondioksida memberikan efek samping hiperpigmentasi dan eritema lebih minimal dibandingkan dengan krioterapi. Namun, penggunaan laser karbondioksida berpotensi lebih besar dalam pembentukan jaringan parut dan hipo atau hiperpigmentasi. Teknik shave biopsy dapat digunakan untuk mendapatkan sampel pemeriksaan histopatologi, yang dilanjutkan dengan eksisi menggunakan scalpel untuk membersihkan sisa jaringan keratotik. [3,6]
Agen Topikal
Penggunaan agen topikal dapat menjadi alternatif tata laksana keratosis seboroik. Agen yang dapat digunakan adalah solusio hidrogen peroksida dengan konsentrasi 40%, dioleskan pada lesi dengan gerakan sirkular selama 20 detik dan diulang sebanyak 3 kali. Metode tersebut dilaporkan dapat mengurangi lesi dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Penggunaan agen hidrogen peroksida sudah disetujui oleh FDA sejak tahun 2017. Agen lain yang dapat digunakan adalah krim tazaroten 0.1% yang diaplikasikan 2 kali sehari selama 16 minggu. [3,5,22]
Pemakaian kompleks zinc-nitrat yang mengandung asam nitrat, zinc, tembaga dan asam organik dilaporkan memberikan hasil yang baik setelah 6 bulan. Obat dioleskan di daerah lesi setiap minggu dengan maksimal pemakaian sebanyak 4 kali. [3]