Etiologi Lupus Eritematosus Sistemik
Etiologi lupus eritematosus sistemik atau systemic lupus eritematosus (SLE) disebabkan karena interaksi berbagai faktor yaitu kerentanan genetik, faktor lingkungan, dan hormonal. Selain itu beberapa kondisi lain juga dapat menjadi faktor yang memicu timbulnya gejala.
Faktor Genetik
Terdapat lebih dari 100 lokus gen yang berhubungan dengan kerentanan seseorang mengalami SLE. Beberapa diantaranya seperti defisiensi gen tunggal yang mengkode komplemen C2,C4,C1q. Kekurangan C4 menyebabkan berkurangnya eliminiasi sel B self-reactive, sedangkan kekurangan C1q menyebabkan gangguan pembersihan debris selular pasca apoptosis. Polimorfisme nukleotida tunggal juga menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya SLE seperti yang ditemukan pada gen STAT4, PTPN22, CD3, PP2Ac, TNIP1, PRDM1, JAZF1, UHRF1BP1, dan IL10. Selain itu kelainan jumlah gen C4, FCGR3B dan TLR7 berhubungan dengan ekspresi penyakit.[4-7]
Mutasi pada major histocompatibility complex (MHC) 8.1 haplotype termasuk alel HLA-B8, HLA-DR3 dan C4B yang mengatur diferensiasi sel B untuk memproduksi antibodi anti-dsDNA pada tahap awal aktivasi sistem imun juga ditemukan pada pasien dengan SLE. Selain itu kondisi ini juga dapat berhubungan dengan mutasi pada gen pengkode nuklease seperti TREX1, polimorfisme nukleotida yang mengkode protein yang memproduksi interferon tipe I, serta mutasi lain yang menyebabkan gangguan dalam pembentukan sitokin pengatur sinyal aktivasi reseptor antigen di permukaan sel T dan sel B. Tiap perubahan genetik memiliki kontribusi dan memberikan efek kumulatif terhadap timbulnya SLE.[4-7,9]
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan dalam SLE di antaranya adalah infeksi virus, beberapa obat-obatan, paparan sinar UV, dan merokok.
Infeksi Virus
Infeksi virus terutama Epstein-Barr Virus (EBV) dapat memicu timbulnya gejala SLE. Pada penderita SLE, respon sel T terhadap infeksi EBV tidak normal dan menyebabkan peningkatan sel mononuklear yang terinfeksi sekaligus meningkatkan jumlah DNA EBV dalam darah pasien SLE. Kondisi ini menyebabkan aktivasi sistem imun didapat dan diferensiasi sel B serta produksi autoantibodi yang spesifik terhadap sekuens asam amino yang dimiliki oleh protein sel tubuh dan protein yang dihasilkan oleh EBV. EBV juga mengkode RNA yang menginduksi aktivasi sistem imun melalui ekspresi IFN tipe I. Antibodi spesifik terhadap antigen nukleus EBV1 (EBNA1) juga dapat bereaksi silang dengan dsDNA karena kesamaan konformasi epitope sehingga infeksi EBV juga dapat memicu respon autoimun.[1,4,7-9]
Paparan Sinar UV
Paparan sinar UV memicu terjadinya kerusakan DNA sehingga mengubah ekspresi gen, menyebabkan fragmentasi asam nukleat serta memicu apoptosis atau kematian sel. [1,4,7-9]
Obat-Obatan
Beberapa jenis obat menyebabkan metilasi DNA seperti hidralazin. Hidralazin menghambat jalur sinyal yang menyebabkan penurunan ekspresi DNA metiltransferase yang memediasi metilasi DNA. Terganggunya proses metilasi DNA menyebabkan gangguan ekspresi gen dan memediasi aktivasi sistem imun. [1,4,7,8]
Merokok dan Menghirup Silika
Merokok dan menghirup silika memicu respon inflamasi di sel epitel dan mononuklear di paru. Kondisi ini menyebabkan modifikasi protein atau memicu proses inflamasi nonspesifik. [1,4,7,8]
Hormon dan Jenis Kelamin
Wanita usia reproduksi memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami SLE. Beberapa faktor yang mendasari hal ini yaitu hormon estrogen yang terdapat pada perempuan dapat memodulasi aktivasi limfosit. Selain itu pada penderita SLE terdapat peningkatan kadar serum prolaktin dibandingkan dengan kontrol, kemungkinan timbulnya gejala SLE dipengaruhi oleh kadar prolaktin namun mekanismenya belum dapat dijelaskan secara pasti. [1,4,7,8]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko lain yang dapat memicu timbulnya gejala SLE yaitu:
- Bayi lahir prematur (≥ 1 bulan lebih cepat)
- Bayi dengan berat lahir rendah (<2.500 g)
- Anak yang terkena paparan pestisida
- Kehamilan
- Defisiensi vitamin D[5]