Penatalaksanaan Antiphospholipid Syndrome
Penatalaksanaan utama pada pasien antiphospholipid syndrome (APS) adalah dengan memberikan terapi untuk mengobati kondisi thrombosis yang terjadi serta mengurangi risiko morbiditas dalam kehamilan. Pilihan terapi utama pada pasien APS secara umum adalah dengan memberikan antagonis vitamin K, sedangkan APS dalam kehamilan pilihan terapi utamanya adalah heparin.
Terapi Trombosis pada APS
Saat ini Terapi thrombosis utama pada pasien APS adalah dengan pemberian antagonis vitamin K jangka panjang (VKA), seperti warfarin. Walaupun sejumlah besar pasien tetap saja mengalami trombosis rekuren walau telah menerima terapi antagonis vitamin K yang adekuat. Pada thrombosis berat seperti trombosis vena dalam dan iskemia arterial atau abortus, antikoagulan lini awal yang digunakan adalah yang digunakan dalam jangka pendek seperti unfractionated heparin atau low molecular weight heparin(LMWH).[5-7]
Contoh LMWH yang digunakan adalah enoxaparin atau nadroparin 0.4 ml (40 mg - 3800 IU)) diberikan subkutan dua kali sehari. yang selanjutnya ditransisikan dengan VKA dengan target INR of 2.5 (2.0–3.0), dengan pemberian secara tumpang tindih pada hari keempat dan kelima.[5-7]
Saat ini sedang diteliti antikoagulan Direct oral anti-coagulants (DOACs) sebagai alternatif terapi trombosis pada pasien APS karena efek pencegahan trombosisnya yang menjanjikan pada kasus atrial fibrilasi dan trombosis vena dalam serta tidak memiliki efek samping perdarahan berat seperti pada pemakaian VKA. Namun beberapa hasil studi yang ada saat ini memperlihatkan perbedaan efikasi yang saling berlawanan secara mencolok. Contoh DOAC adalah rivaroxaban dan apixaban.[6,9]
Pertimbangan penghentian terapi antitrombosis dapat dilakukan bila titer awal aPL yang sebelumnya tinggi telah menjadi negatif setidaknya selama 6 bulan, dengan syarat pasien tersebut tidak boleh memiliki risiko trombofilik lain dan harus dilakukan pengawasan yang ketat.[7]
Terapi APS dalam kehamilan
Terapi APS dalam kehamilan bertujuan untuk mengurangi risiko morbiditas, studi yang ada saat ini menyarankan pemberian aspirin atau unfractionated heparin sebagai lini pertama terapi antikoagulan pada APS dalam kehamilan. Selain itu, pedoman ACCP juga merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah disertai dosis profilaksis atau dosis rendah unfractionated atau low molecular weight heparin pada pasien dengan aPL dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih.[5,6]
Tabel. 4 Rekomendasi Terapi APS dalam Kehamilan
Skenario klinis | Rekomendasi terapi |
A. Karier aPL asimptomatik B. Karier aPL dengan riwayat hanya mengalami rekurensi abortus trimester pertama C. Pasien dengan aPL riwayat preeclampsia dan/atau abortus pada trimester kedua dan ketiga D. Pasien wanita positif aPL dengan riwayat trombosis E. Manajemen postpartum pada wanita dengan aPL positif | Pemantauan ketat janin dan ibu dan disertai pertimbangan pemberian aspirin dosis rendah pada karier aPL asimptomatik dengan profil aPL risiko tinggi Aspirin dosis rendah (75-81 mg) dikombinasikan dengan heparin/LMWH Aspirin dosis rendah dikombinasikan dengan heparin/LMWH Aspirin dosis rendah dikombinasikan dengan heparin dosis terapeutik/LMWH Tanpa riwayat thrombosis: pemberian LMWH selama 6 minggu Dengan riwayat thrombosis: ulangi terapi antikoagulasi dengan warfarin atau LMWH |
Sumber: dr. Reren, 2021[9]
Terapi Catastrophic APS (CAPS)
Diagnosis dan terapi CAPS secara dini merupakan faktor penting dalam menentukan hasil luaran pasien CAPS. Terapi lini pertama CAPS adalah dengan memberikan antikoagulan dengan heparin dan steroid dosis tinggi (methylprednisolone 1000 mg per hari selama 3 hari atau lebih). Terapi lain yang juga digunakan adalah plasmaferesis, dengan hasil observasi menunjukkan terdapat perbaikan angka mortalitas. Intravenous immunoglobulin (IVIG) dapat diberikan secara simultan bersama plasmaferesis pada kasus CAPS dengan concomitant immune thrombocytopenia.[6]
Terapi Non Antitrombosis pada APS
Eculizumab saat ini juga sedang diteliti dalam beberapa laporan kasus sebagai alternatif terapi CAPS refrakter dan pasien APS yang menjalani transplantasi ginjal. Namun terapi Eculizumab meningkatkan risiko infeksi oleh encapsulated organism dan pasien harus menerima imunisasi meningococcus sebelum memulai terapi ini.[6,9]
Obat lain yang juga sedang diteliti sebagai terapi CAPS refrakter adalah defibrotide, defibrotide adalah antagonis reseptor adenosine dengan efek antitrombosis, profibrinolisis, dan efek antiinflamasi pada sel endotel pembuluh darah dan juga dapat menghambat ekspresi factor jaringan terhadap neutrofil.[6]
Saat ini sedang dikembangkan berbagai pilihan terapi non antitrombosis sebagai regimen terapi APS. Contoh dari regimen tersebut adalah hydroxychloroquine (HCQ). Hydroxychloroquine dapat menginhibisi sitokin inflamasi TNF, IL-1, IL-2, dan IL-6, serta menghambat aktivasi TLR, serta menghambat agregasi platelet. Selain itu hydroxychloroquine juga dapat menghancurkan kompleks ß2GPI/anti- ß2GPI dan mengurangi jumlah aPL yang mengikat annexin A5.[5]
Regimen selanjutnya adalah statin. Statin selain sebagai antikolesterol, juga memiliki sifat antiinflamasi dengan efek langsung terhadap endotel, mencegah pembentukan plak dan pembentukan thromboxane, selain itu statin juga menekan ekspresi faktor–faktor jaringan pada respon inflamasi. Namun perlu menjadi perhatian bahwa statin tidak direkomendasikan untuk diberikan pada pasien APS dalam kehamilan karena efek teratogeniknya.[5]