Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Formulasi Serum Antidifteri general_alomedika 2022-06-07T12:55:01+07:00 2022-06-07T12:55:01+07:00
Serum Antidifteri
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Formulasi Serum Antidifteri

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Formulasi serum antidifteri adalah dalam bentuk larutan untuk injeksi. Obat ini berasal dari serum kuda.

Bentuk Sediaan

Serum antidifteri tersedia dalam bentuk larutan injeksi. Sediaan ini berada di dalam ampul dan berbentuk larutan transparan yang jernih. Satu ampul berisi 10 mL dan mengandung 10.000 IU serum antidifteri. Selain berisi serum antidifteri, di dalam ampul ini juga terkandung fenol sebanyak 35 mg dan larutan fisiologis 0,85%.[8,9]

Cara Penggunaan

Sebelum memberikan serum antidifteri kepada pasien, tes sensitisasi harus dilakukan karena terdapat risiko anafilaksis atau reaksi alergi serius lain. Tes sensitivitas terhadap serum antidifteri terdiri dari 3 cara, yaitu scratch test, prick test, dan puncture skin test. Jika salah satu dari ketiga tes tersebut menunjukkan hasil yang negatif, maka tes sensitivitas dapat dilanjutkan dengan tes intradermal.[8]

Tes Sensitivitas

Tes sensitivitas dengan cara scratch test, prick test, atau puncture skin test dilakukan sebelum pemberian serum antidifteri. Ketiga tes tersebut hanya dipilih salah satu saja, tidak perlu dilakukan ketiganya.

Pada bagian lengan dalam pasien yang telah dibersihkan dengan alkohol dan dibiarkan mengering dilakukan garukan, cukitan, atau tusukan superfisial dengan jarum steril. Hal ini akan membuat kulit bagian superfisial terbuka namun tidak sampai mengeluarkan darah. Di atas luka ini diteteskan larutan serum antidifteri yang telah diencerkan menjadi 1:100.

Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap serum dari hewan, maka pengenceran yang dilakukan menjadi 1:1000. Jika hasil negatif pada pengenceran 1:1000, maka tes diulang dengan pengenceran 1:100.

Luka dibuat tiga buah, dua luka lainnya diteteskan dengan histamin sebagai kontrol positif dan cairan salin normal sebagai kontrol negatif. Hasil pembacaan tes ini dilakukan setelah 15–20 menit. Jika pasien menunjukkan adanya urtikaria yang dikelilingi eritema dengan diameter 3 mm atau lebih, maka pasien dikatakan memiliki alergi. Pasien tersebut akan diberikan serum antidifteri dengan cara desensitisasi. Pasien yang tidak menunjukkan hasil positif akan dilakukan tes intradermal.

Tes Intradermal

Tes intradermal dilakukan dengan cara memberikan 0,02 mL serum antidifteri dengan pengenceran 1:100 secara intrakutan. Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap serum dari hewan, maka pengenceran yang dilakukan menjadi 1:1000. Jika hasil negatif pada pengenceran 1:1000, maka tes diulang dengan pengenceran 1:100. Injeksi intrakutan dengan histamin dan cairan salin juga perlu dilakukan sebagai kontrol positif dan kontrol negatif. Interpretasi tes intradermal sama seperti tes sebelumnya.[4,8]

Pemberian dengan Desensitisasi

Proses desensitisasi dilakukan pada pasien dengan hasil tes sensitivitas positif atau pada pasien yang memiliki riwayat risiko anafilaksis yang tinggi meskipun hasil tes sensitivitas menunjukkan hasil negatif.

Desensitisasi dilakukan secara berurutan dengan interval antar dosis 15 menit. Selama pemberian dosis serum antidifteri, alat resusitasi harus tersedia.

Pengenceran serum antidifteri dapat menggunakan cairan salin normal. Pengenceran 1:10 didapatkan dengan mencampurkan antara 1 mL serum antidifteri dengan 9 mL cairan salin. Pengenceran 1:100 didapatkan dengan cara mencampur 1 mL serum antidifteri 1:10 dengan 9 mL cairan salin. Konsentrasi pengenceran berikutnya didapatkan serupa.

Proses desensitisasi dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian antihistamin atau obat antiinflamasi lainnya jika terdapat gejala klinis. Berikut adalah tabel pemberian desensitisasi dengan intravena, intramuskular, atau subkutan.[4,8]

Tabel 1. Desensitisasi secara Intravena

Dosis ke- Pengenceran Serum Antidifteri Volume yang Diinjeksi
1 1:1000 0,1
2 1:1000 0,3
3 1:1000 0,6
4 1:100 0,1
5 1:100 0,3
6 1:100 0,6
7 1:10 0,1
8 1:10 0,3
9 1:10 0,6
10 Tidak diencerkan 0,1
11 Tidak diencerkan 0,2
12 Tidak diencerkan 0,6
13 Tidak diencerkan 1,0

Tabel 2. Desensitisasi secara Intrakutan, Subkutan, dan Intramuskular

Dosis ke- Rute Pemberian Pengenceran Serum Antidifteri Volume yang Diinjeksi
1 Intrakutan 1:1000 0,1
2 Intrakutan 1:1000 0,3
3 Subkutan 1:1000 0,6
4 Subkutan 1:100 0,1
5 Subkutan 1:100 0,3
6 Subkutan 1:100 0,6
7 Subkutan 1:10 0,1
8 Subkutan 1:10 0,3
9 Subkutan 1:10 0,6
10 Subkutan Tidak diencerkan 0,1
11 Subkutan Tidak diencerkan 0,2
12 Intramuskular Tidak diencerkan 0,6
13 Intramuskular Tidak diencerkan 1,0

Pemberian Biasa (tanpa Desensitisasi)

Pemberian serum antidifteri dapat dilakukan melalui intravena, intramuskular atau subkutan, namun rute intravena lebih direkomendasikan, terutama pada kasus-kasus berat. Untuk kasus ringan sampai sedang, rute intramuskular dapat dipilih.

Sebelum digunakan, serum antidifteri perlu dihangatkan terlebih dahulu sampai suhu 32–34 C. Jika proses pengahangatan melebihi suhu tersebut, maka serum antidifteri akan kehilangan efikasinya karena terjadi denaturasi protein.[4,5,8]

Serum antidifteri yang diberikan melalui intravena perlu dilarutkan dalam 250-500 mL cairan salin normal atau dengan perbandingan 1:20. Serum diberikan dalam 2-4 jam atau dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mL campuran serum dengan cairan salin normal per menit. Selama pemberian serum antidifteri, reaksi anafilaksis harus dipantau.[4,5,8]

Cara Penyimpanan

Setelah dibuka, serum antidifteri harus langsung digunakan. Serum yang belum digunakan dapat disimpan di kulkas dengan suhu 2–8 C. Serum antidifteri tidak boleh dibekukan. Jika serum telah dibekukan, maka serum tidak dapat digunakan kembali.[4,9]

Kombinasi dengan Obat Lain

Pemberian serum antidifteri biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi difteri, seperti penicillin G atau erythromycin. Pemberian serum antidifteri juga dapat diberikan bersamaan dengan vaksin difteri toksoid, namun pemberiannya dilakukan di ekstremitas yang berbeda.[4,9]

Referensi

4. Public Health England. Immunoglobulin handbook: guidance on the use of diphtheria anti-toxin. 2018. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/735374/18026_IMW025.04_immunoglobulin_handbood_diphtheria_update_AUG_2018_v2.pdf
5. World Health Organization. Operational protocol for clinical management of diphtheria. 2017. Available from: https://www.who.int/health-cluster/resources/publications/WHO-operational-protocols-diphtheria.pdf?ua=1
8. Centers for Disease Control and Prevention. Expanded access investigational new drug (IND) application protocol: use of diphtheria antitoxin (DAT) for suspected diphtheria cases. 2016. https://www.cdc.gov/diphtheria/downloads/protocol.pdf
9. BB – NCIPD Ltd. Antidiphtheria serum bul bio product monograph. 2016

Farmakologi Serum Antidifteri
Indikasi dan Dosis Serum Antidif...

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
13 September 2021
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
26 November 2019
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...
dr. Riko Saputra
10 Agustus 2019
Penanganan kontak erat difteri
Oleh: dr. Riko Saputra
4 Balasan
Alodokter, ijin bertanya jika kita menemui pasien difteri maka apa saja yang perlu kita minum sebagai profilaksis?? Apakah ckup dengan antibiotik seperti...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.