Formulasi Serum Antidifteri
Formulasi serum antidifteri adalah dalam bentuk larutan untuk injeksi. Obat ini berasal dari serum kuda.
Bentuk Sediaan
Serum antidifteri tersedia dalam bentuk larutan injeksi. Sediaan ini berada di dalam ampul dan berbentuk larutan transparan yang jernih. Satu ampul berisi 10 mL dan mengandung 10.000 IU serum antidifteri. Selain berisi serum antidifteri, di dalam ampul ini juga terkandung fenol sebanyak 35 mg dan larutan fisiologis 0,85%.[8,9]
Cara Penggunaan
Sebelum memberikan serum antidifteri kepada pasien, tes sensitisasi harus dilakukan karena terdapat risiko anafilaksis atau reaksi alergi serius lain. Tes sensitivitas terhadap serum antidifteri terdiri dari 3 cara, yaitu scratch test, prick test, dan puncture skin test. Jika salah satu dari ketiga tes tersebut menunjukkan hasil yang negatif, maka tes sensitivitas dapat dilanjutkan dengan tes intradermal.[8]
Tes Sensitivitas
Tes sensitivitas dengan cara scratch test, prick test, atau puncture skin test dilakukan sebelum pemberian serum antidifteri. Ketiga tes tersebut hanya dipilih salah satu saja, tidak perlu dilakukan ketiganya.
Pada bagian lengan dalam pasien yang telah dibersihkan dengan alkohol dan dibiarkan mengering dilakukan garukan, cukitan, atau tusukan superfisial dengan jarum steril. Hal ini akan membuat kulit bagian superfisial terbuka namun tidak sampai mengeluarkan darah. Di atas luka ini diteteskan larutan serum antidifteri yang telah diencerkan menjadi 1:100.
Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap serum dari hewan, maka pengenceran yang dilakukan menjadi 1:1000. Jika hasil negatif pada pengenceran 1:1000, maka tes diulang dengan pengenceran 1:100.
Luka dibuat tiga buah, dua luka lainnya diteteskan dengan histamin sebagai kontrol positif dan cairan salin normal sebagai kontrol negatif. Hasil pembacaan tes ini dilakukan setelah 15–20 menit. Jika pasien menunjukkan adanya urtikaria yang dikelilingi eritema dengan diameter 3 mm atau lebih, maka pasien dikatakan memiliki alergi. Pasien tersebut akan diberikan serum antidifteri dengan cara desensitisasi. Pasien yang tidak menunjukkan hasil positif akan dilakukan tes intradermal.
Tes Intradermal
Tes intradermal dilakukan dengan cara memberikan 0,02 mL serum antidifteri dengan pengenceran 1:100 secara intrakutan. Jika pasien memiliki riwayat alergi terhadap serum dari hewan, maka pengenceran yang dilakukan menjadi 1:1000. Jika hasil negatif pada pengenceran 1:1000, maka tes diulang dengan pengenceran 1:100. Injeksi intrakutan dengan histamin dan cairan salin juga perlu dilakukan sebagai kontrol positif dan kontrol negatif. Interpretasi tes intradermal sama seperti tes sebelumnya.[4,8]
Pemberian dengan Desensitisasi
Proses desensitisasi dilakukan pada pasien dengan hasil tes sensitivitas positif atau pada pasien yang memiliki riwayat risiko anafilaksis yang tinggi meskipun hasil tes sensitivitas menunjukkan hasil negatif.
Desensitisasi dilakukan secara berurutan dengan interval antar dosis 15 menit. Selama pemberian dosis serum antidifteri, alat resusitasi harus tersedia.
Pengenceran serum antidifteri dapat menggunakan cairan salin normal. Pengenceran 1:10 didapatkan dengan mencampurkan antara 1 mL serum antidifteri dengan 9 mL cairan salin. Pengenceran 1:100 didapatkan dengan cara mencampur 1 mL serum antidifteri 1:10 dengan 9 mL cairan salin. Konsentrasi pengenceran berikutnya didapatkan serupa.
Proses desensitisasi dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian antihistamin atau obat antiinflamasi lainnya jika terdapat gejala klinis. Berikut adalah tabel pemberian desensitisasi dengan intravena, intramuskular, atau subkutan.[4,8]
Tabel 1. Desensitisasi secara Intravena
Dosis ke- | Pengenceran Serum Antidifteri | Volume yang Diinjeksi |
1 | 1:1000 | 0,1 |
2 | 1:1000 | 0,3 |
3 | 1:1000 | 0,6 |
4 | 1:100 | 0,1 |
5 | 1:100 | 0,3 |
6 | 1:100 | 0,6 |
7 | 1:10 | 0,1 |
8 | 1:10 | 0,3 |
9 | 1:10 | 0,6 |
10 | Tidak diencerkan | 0,1 |
11 | Tidak diencerkan | 0,2 |
12 | Tidak diencerkan | 0,6 |
13 | Tidak diencerkan | 1,0 |
Tabel 2. Desensitisasi secara Intrakutan, Subkutan, dan Intramuskular
Dosis ke- | Rute Pemberian | Pengenceran Serum Antidifteri | Volume yang Diinjeksi |
1 | Intrakutan | 1:1000 | 0,1 |
2 | Intrakutan | 1:1000 | 0,3 |
3 | Subkutan | 1:1000 | 0,6 |
4 | Subkutan | 1:100 | 0,1 |
5 | Subkutan | 1:100 | 0,3 |
6 | Subkutan | 1:100 | 0,6 |
7 | Subkutan | 1:10 | 0,1 |
8 | Subkutan | 1:10 | 0,3 |
9 | Subkutan | 1:10 | 0,6 |
10 | Subkutan | Tidak diencerkan | 0,1 |
11 | Subkutan | Tidak diencerkan | 0,2 |
12 | Intramuskular | Tidak diencerkan | 0,6 |
13 | Intramuskular | Tidak diencerkan | 1,0 |
Pemberian Biasa (tanpa Desensitisasi)
Pemberian serum antidifteri dapat dilakukan melalui intravena, intramuskular atau subkutan, namun rute intravena lebih direkomendasikan, terutama pada kasus-kasus berat. Untuk kasus ringan sampai sedang, rute intramuskular dapat dipilih.
Sebelum digunakan, serum antidifteri perlu dihangatkan terlebih dahulu sampai suhu 32–34 C. Jika proses pengahangatan melebihi suhu tersebut, maka serum antidifteri akan kehilangan efikasinya karena terjadi denaturasi protein.[4,5,8]
Serum antidifteri yang diberikan melalui intravena perlu dilarutkan dalam 250-500 mL cairan salin normal atau dengan perbandingan 1:20. Serum diberikan dalam 2-4 jam atau dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mL campuran serum dengan cairan salin normal per menit. Selama pemberian serum antidifteri, reaksi anafilaksis harus dipantau.[4,5,8]
Cara Penyimpanan
Setelah dibuka, serum antidifteri harus langsung digunakan. Serum yang belum digunakan dapat disimpan di kulkas dengan suhu 2–8 C. Serum antidifteri tidak boleh dibekukan. Jika serum telah dibekukan, maka serum tidak dapat digunakan kembali.[4,9]
Kombinasi dengan Obat Lain
Pemberian serum antidifteri biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi difteri, seperti penicillin G atau erythromycin. Pemberian serum antidifteri juga dapat diberikan bersamaan dengan vaksin difteri toksoid, namun pemberiannya dilakukan di ekstremitas yang berbeda.[4,9]