Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Farmakologi Warfarin general_alomedika 2018-12-24T13:29:26+07:00 2018-12-24T13:29:26+07:00
Warfarin
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Warfarin

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji
Share To Social Media:

Farmakologi warfarin secara umum bekerja sebagai penghambat faktor koagulasi tergantung vitamin K seperti faktor II, VII, IX, X, dan antikoagulan protein C dan S.

Farmakodinamik

Efek antikoagulan dari warfarin berasal dari inhibisi interkonversi siklik vitamin K di liver. Bentuk vitamin K yang tereduksi dibutuhkan untuk karboksilasi faktor II, VII, IX, dan X sehingga faktor-faktor koagulasi ini menjadi bentuk aktif. Maka, tanpa vitamin K tereduksi, faktor-faktor di atas tidak dapat berfungsi sebagai faktor koagulan. Warfarin mengintervensi konversi vitamin K menjadi bentuk yang tereduksi, sehingga warfarin secara tidak langsung mengurangi jumlah faktor-faktor koagulasi tersebut. Dosis terapeutik warfarin mengurangi jumlah faktor koagulan bentuk aktif tergantung vitamin K yang diproduksi oleh liver mencapai hingga 30%-50%.   

Farmakokinetik

Aspek farmakokinetik warfarin terdiri dari aspek absorpsi, distribusi, metabolism, dan eliminasinya.

Absorpsi

Warfarin diabsorpsi melalui rute oral dan membutuhkan waktu 4 jam untuk mencapai konsentrasi puncak. Warfarin di absorpsi secara cepat dan komplit. Efek antikoagulasi terjadi dalam 24 jam hingga 72 jam setelah administrasi, waktu puncak efek terapeutik terlihat dalam 5-7 hari setelah terapi inisiasi. Namun, hasil INR sudah ditemukan meningkat dalam 36-72 jam setelah terapi inisiasi. Hal ini terjadi pada terapi inisiasi serta perubahan dosis warfarin karena masih bervariasinya waktu paruh faktor koagulasi yang beredar dalam sirkulasi darah. Durasi satu dosis warfarin dapat bertahan hingga 2-5 hari. [3,4,11,12]

Distribusi

Volume distribusi warfarin adalah 0,14 liter/kg. Warfarin tidak didistribusikan ke dalam air susu. Protein binding 99%.

Metabolisme

Warfarin terdiri dari isomer S dan R yang dimetabolisme di liver oleh enzim mikrosomal hepatik (sitokrom P-450) menjadi metabolit inaktif terhidroksilasi dan metabolit tereduksi. Isomer S memiliki potensi efek yang lebih tinggi dari isomer R. Isomer S dimetabolisme oleh enzim CYP2C9 dan isomer R dimetabolisme oleh CYP1A2. Metabolit ini diekskresikan melalui urine, dan dalam jumlah sedikit diekskresikan melalui cairan empedu.

Eliminasi

Ekskresi warfarin paling utama lewat urine oleh filtrasi glomerular dalam bentuk metabolit (92%) dan hanya sedikit yang dieksresikan dalam bentuk tidak diubah. Waktu paruh warfarin efektif berkisar 20-60 jam, dengan rata-rata 40 jam.[4,12]

Pengaruh Faktor Genetik terhadap Farmakokinetik Warfarin

Enzim vitamin K epoxide reductase complex 1 (VKORC1) dan CYP2C9 merupakan enzim dominan yang memetabolisme warfarin. Variasi genetik VKORC1 berpengaruh terhadap resistensi atau sensitivitas warfarin sedangkan variasi genetik CYP2C9 memberikan pengaruh terhadap tingkat pembersihan warfarin.

Pasien dengan VKORC1-1639AA dan CYP2C9 kelompok buruk memiliki risiko perdarahan terbesar, sedangkan pasien dengan VKORC1-1639GG dan CYP2C9 kelompok ekstensif memiliki risiko terbesar kejadian tromboembolik.

Variasi Genetik VKORC

Pasien dengan VKORC1-1639AA merupakan variasi genetik dengan tingkat sensitivitas terbaik dibanding genotip lain, sedangkan VKORC1-1693GG memiliki tingkat PT-INR terendah sehingga risiko kejadian tromboembolik lebih tinggi pada pasien dengan genotip ini. Distribusi populasi di Indonesia menunjukkan bahwa sebanyak 64,1% etnis Indonesia memiliki genotip VKORC1-1639AA, dan hanya 2,9% memiliki genotip VKORC1-1639GG.

Variasi Genetik CYP2C9

CYP2C9 dibedakan menjadi 3 kelompok menurut kecepatan pembersihannya: ekstensif (genotip *1/*3), moderat (genotip *1/*2, *1/*3), dan buruk (genotip *2/*2, *2/*3, *3/*3). Semakin ekstensif tingkat pembersihan warfarin dalam darah, maka akan semakin sedikit konsentrasi warfarin dalam darah, sehingga risiko tromboembolik meningkat. Sebaliknya, semakin buruk tingkat pembersihan warfarin dalam darah, maka risiko kejadian perdarahan meningkat. Distribusi populasi Indonesia pada kelompok ekstensif adalah sebesar 94,2%, moderat 5,8%, dan 0% pada kelompok buruk.[11,13,14]

Resistensi

Resistensi warfarin dibedakan menjadi 2 jenis: inkomplit dan komplit.

Resistensi Inkomplit

Pasien resistensi inkomplit hanya dapat mencapai efek terapeutik warfarin dengan pemberian dosis tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh variasi genetik VKORC1, di mana beberapa jenis enzim ini memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk berikatan dengan warfarin. Berkurangnya enzim VKORC1 yang berikatan dengan warfarin menyebabkan resistensi inkomplit dan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi agar dapat menginhibisi VKORC1 untuk mencapai efek terapeutik.

Resistensi Komplit

Apabila warfarin tidak dapat berikatan sama sekali dengan VKORC1, kejadian ini disebut dengan resistensi komplit. Individu dengan resistensi komplit tidak akan merespons dengan warfarin meskipun sudah diberikan dosis tinggi.

Referensi

3. Wigle P, Hein B, Bloomfield H, et al. Updated guideline on outpatient anticoagulation. American Family Physician. 2013 April; 87(8). Available from: https://www.aafp.org/afp/2013/0415/p556.html
4. Food and Drugs Administration. https://www.accessdata.fda.gov. [Online]. Available from: https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2007/009218s105lblv2.pdf.
11. Moyer T, O'Kane D, Baudhuin L, et al. Warfarin sensitivity Genotyping: A review of the literature and summary of patient experience. Mayo Clin Proc. 2009 December; 84(12). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2787394/
12. Patel S, Patel N. Warfarin. In. Treasure Island (FL): Statpearls; 2018. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470313/
13. Rusdiana T, Yamamoto K, Araki T, Nakamura T, Subarnas A. Responsiveness to low-dose warfarin associated with genetic variants of VKORC1, CYP2C9, CYP2C19, and CYP4F2 in an Indonesian population. Eur J Clin Pharmacol. 2013 March; 69(3). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22855348
14. National Institute of Health. https://ghr.nlm.nih.gov. [Online].; 2018. Available from: https://ghr.nlm.nih.gov/condition/warfarin-resistance#synonyms.

Pendahuluan Warfarin
Formulasi Warfarin

Artikel Terkait

  • Pencegahan Stroke Pada Atrial Fibrilasi : Warfarin VS Antikoagulan Oral Baru
    Pencegahan Stroke Pada Atrial Fibrilasi : Warfarin VS Antikoagulan Oral Baru
  • Memulai Kembali Terapi Antikoagulan setelah Perdarahan Gastrointestinal
    Memulai Kembali Terapi Antikoagulan setelah Perdarahan Gastrointestinal
  • Berbagai Pertimbangan dalam Penggunaan Vitamin K untuk Reversal Warfarin
    Berbagai Pertimbangan dalam Penggunaan Vitamin K untuk Reversal Warfarin
  • Peran Parameter Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
    Peran Parameter Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
  • Risiko dan Manfaat Direct Oral Anticoagulant Versus Warfarin pada Kondisi Nyata: Studi Kohort di Pelayanan Kesehatan Primer – Telaah Jurnal Alomedika
    Risiko dan Manfaat Direct Oral Anticoagulant Versus Warfarin pada Kondisi Nyata: Studi Kohort di Pelayanan Kesehatan Primer – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Yukmin Rotama Panjaitan
13 Agustus 2021
Pemberian Warfarin pada Pasien Diagnosa Left Ventricular Hypertrophy (LVH).
Oleh: dr. Yukmin Rotama Panjaitan
1 Balasan
Alo dokter, Izin Bertanya kapan kah sebaiknya mengkonsumsi Warfarin pada pasien dengan Diagnosa Left Ventricular Hypertrophy (LVH).Terimakasih dok.
dr. Nurul Falah
29 Mei 2021
Antitusif yang aman untuk lansia yang mengonsumsi obat warfarin
Oleh: dr. Nurul Falah
5 Balasan
Alo dokter, mohon informasinya, antitusif apa yang cukup aman untuk diberikan pada pasien lansia berusia 89 tahun yang mengkonsumsi obat warfarin dari dokter...
drg.Niken Irtantya Priandari
24 November 2019
Waktu yang tepat menghentikan obat pengencer darah sebelum scalling gigi
Oleh: drg.Niken Irtantya Priandari
2 Balasan
Alo dok. Jika pasien memiliki riwayat penyempitan pembuluh darah di kaki, dan konsumsi pengencer darah. Kemudian pasien memiliki riwayat gingivitis dan harus...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.