Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Eritropoetin Alfa general_alomedika 2023-08-14T12:07:39+07:00 2023-08-14T12:07:39+07:00
Eritropoetin Alfa
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Eritropoetin Alfa

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Farmakologi eritropoetin alfa atau epoetin alfa adalah mengaktivasi proses eritropoiesis dan merangsang pelepasan sel retikulosit. Eritropoetin alfa diabsorpsi secara lambat di dalam tubuh, dan terdistribusi terutama pada hati, ginjal, dan sumsum tulang. Selanjutnya, di dalam tubuh eritropoetin alfa akan melaksanakan aktivitas biologisnya seperti eritropoetin endogen manusia.

Farmakodinamik

Eritropoetin alfa sebagai agen stimulasi eritropoiesis memiliki farmakodinamik yang sama dengan eritropoetin endogen, yaitu dengan menstimulasi pembelahan dan diferensiasi sel progenitor eritroid. Pada permukaan sel punca hematopoietik, terdapat reseptor CD34+ yang berikatan dengan eritropoetin dan mengaktivasi gen yang mendorong proliferasi sel darah merah dan mencegah apoptosis.[1,4]

Farmakokinetik

Eritropoetin alfa diabsorpsi di dalam tubuh secara lambat setelah diinjeksikan. Selanjutnya terdistribusi terutama pada organ hati, ginjal, dan sumsum tulang. Eritropoetin alfa menjalankan aktivasi proses eritropoiesis sama seperti eritropoetin endogen. Eritropoetin alfa diekskresikan terutama bersama feses.

Absorpsi

Eritropoetin alfa tidak dapat diserap jika diberikan melalui traktus gastrointestinal, sehingga harus diberikan secara parenteral. Pada pemberian subkutan, absorpsi sistemik eritropoetin alfa berlangsung lambat dan tidak sempurna. Pada pemberian intravena, absorpsi lebih cepat namun obat cepat hilang dari sirkulasi sistemik.[3]

Distribusi

Distribusi eritropoetin alfa utamanya pada hati, ginjal, dan sumsum tulang.

Pada pasien penyakit ginjal kronis, konsentrasi puncak eritropoetin alfa yang diberikan secara intravena dengan dosis 80 IU/kg berkisar 1200‒1800 mU/ml; dosis 120 IU/kg berkisar 3.200‒4.700 mU/mL; dan dosis 150 IU/kg berkisar 3.000‒5.000 mU/mL. Pada pasien sehat, konsentrasi puncak pemberian intravena dengan dosis 150 IU/kgBB adalah 3.500 mU/mL, dan pemberian dosis 300 IU/kgBB adalah 7.300 mU/mL.

Pada pasien sehat, konsentrasi puncak eritropoetin alfa yang diberikan secara subkutan dengan dosis 50 IU/kgBB adalah 36 mU/mL; dosis 150 IU/kgBB berkisar 144‒226 mU/mL; dan dosis 300 IU/kgBB berkisar 285‒288 mU/mL. Konsentrasi puncak pemberian secara subkutan tercapai dalam 4‒24 jam. Kadar serum eritropoetin alfa dilaporkan tetap di atas baseline selama 2‒4 hari.[3]

Metabolisme

Eritropoetin alfa di dalam tubuh akan terdegradasi menjadi molekul yang lebih kecil. Selanjutnya, eritropoetin alfa akan merangsang pelepasan retikulosit, sehingga terjadi peningkatan angka retikulosit dalam waktu 10 hari. Efek puncaknya ditandai dengan peningkatan hemoglobin yang akan tercapai dalam 2‒6 minggu.[4]

Eliminasi

Waktu paruh eliminasi eritropoetin alfa adalah 4‒13 jam setelah pemberian intravena atau subkutan. Jalur ekskresi utama eritropoetin alfa adalah bersama feses, hanya sedikit yang terbuang bersama urin.[3,4]

Resistensi

Studi longitudinal yang dilakukan pada tahun 2015‒2016 di sebuah Rumah sakit di Brazil, menunjukkan adanya kegagalan terapi anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis akibat resistensi eritropoetin alfa. Kejadian resistensi ini berhubungan dengan rendahnya kadar cadangan serum besi pasien, status inflamasi pasien, status gizi yang buruk, dan penggunaan antihipertensi jenis angiotensin receptor blocker.[5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Schoener B, Borger J. Erythropoietin Stimulating Agents. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536997/
3. National Center for Biotechnology Information. Epoetinum alfa. PubChem. 2023. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Rhepo.
4. MIMS. Epoetin alfa. 2023. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/epoetin%20alfa?mtype=generic
5. Santos EJF, Hortegal EV, et al. Epoetin alfa resistance in hemodialysis patients with chronic kidney disease: a longitudinal study. Braz J Med Biol Res. 2018;51(7):e7288. doi:10.1590/1414-431x20187288

Pendahuluan Eritropoetin Alfa
Formulasi Eritropoetin Alfa

Artikel Terkait

  • Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Panduan Klinis Diet untuk Orang dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Media Kontras MRI Berbasis Gadolinium pada Pasien dengan Penyakit Ginjal
    Media Kontras MRI Berbasis Gadolinium pada Pasien dengan Penyakit Ginjal
  • Kontroversi Manfaat Pemberian Asam Folat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis
    Kontroversi Manfaat Pemberian Asam Folat pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 15 Januari 2025, 14:05
eGFR dan kreatinin pada lansia yang meningkat tanpa keluhan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter, sy dpt px laki2 70th di puskes dgn lab prolanis HT didapatkan hiperlipidemia dan px kreatinin meningkat 1,43 dan eGFR 49. Px saat ini tanpa...
dr.Widya Kumala Sari
Dibalas 28 Juni 2024, 20:52
Timbul bullae pasca HD pada pasien CKD dengan DM
Oleh: dr.Widya Kumala Sari
4 Balasan
Izin konsul dok, pasien Tn. I usia 60 th. Rutin cuci darah 2x seminggu karena CKD sejak 2 th yll. OS ada riwayat DM sejak 10 th yll, rutin minum obat...
Anonymous
Dibalas 15 April 2024, 07:55
Asam amino untuk pasien CKD stadium dini
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok pasien dengan CKD stadium dini yang belum dibatasi asupan konsumsi protein sebelumnya apakah tetap perlu diberikan asam amino nocid acid?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.