Formulasi Polymyxin B
Formulasi polymyxin B tersedia dalam bentuk sediaan serbuk untuk injeksi dan sediaan topikal untuk mata, kulit, dan telinga.
Bentuk Sediaan
Polymyxin tersedia dalam berbagai sediaan. Sediaan yang ada di Indonesia adalah sediaan serbuk untuk injeksi dan sediaan topikal untuk kulit, mata, dan telinga.
Sediaan Injeksi
Sediaan dalam bentuk serbuk untuk injeksi mengandung 10,000 unit polymyxin B per mg dan dalam satu vial biasanya terkandung 500,000 unit polymyxin B. [14]
Sediaan Topikal
Sediaan topikal untuk telinga terdiri dari 2 jenis, yaitu larutan dan suspensi, sedangkan sediaan topikal untuk mata terdiri dari larutan dan salep. Sediaan topikal untuk kulit tersedia dalam bentuk salep dan krim. Masing-masing jenis mengandung 10,000 unit polymyxin B per mL. [19,20]
Cara Penggunaan
Berikut adalah cara penggunaan polymyxin B per masing-masing bentuk sediaan.
Intravena
Sebelum memberikan secara intravena, sediaan serbuk perlu dilihat kondisinya. Apakah terdapat partikel atau perubahan warna. Jika serbuk dalam kondisi baik, maka serbuk perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan dekstrose 5% (D5%). Larutan D5% yang diberikan adalah 200–500 mL sesuai dengan konsentrasi yang ingin dicapai. Polymyxin B intravena tidak diberikan secara bolus, melainkan melalui drip dalam waktu 60–90 menit.[14,18]
Injeksi Intramusukular
Sama seperti pemberian secara intravena, sediaan bubuk perlu dilarutkan sebelum digunakan. Hanya saja untuk injeksi intramuskular, pelarut yang digunakan adalah akuades steril untuk injeksi, natrium klorida 0,9%, atau prokain hidroklorida 1% atau 2%. Dibukain hidroklorida tidak disarankan karena dapat meningkatkan efek neurotoksik. Pemberian volume pelarut berbeda-beda tergantung dari dosis yang diinginkan. Berikut adalah tabel untuk masing-masing dosis. [14,18]
Tabel 3. Rekonstitusi Polymyxin B untuk Injeksi Intramuskular.
Berat badan | Total dosis/hari | Polymyxin B sulfat per vial | Volume pelarut yang ditambahkan | Konsentrasi | Dosis volume / 4 jam |
> 80 kg | Sampai 200 mg | 50 mg | 3 mL | 16 mg/mL | 2 mL |
60 – 80 kg | 150 mg | 50 mg | 4 mL | 12,5 mg/mL | 2 mL |
40 – 60 kg | 100 mg | 50 mg | 6 mL | 8 mg/mL | 2 mL |
20 – 40 kg | 50 mg | 50 mg | 6 mL | 8 mg/mL | 1 mL |
< 20 kg | 1,5 – 2,5 mg/kgBB/hari | 50 mg | 6 mL | 8 mg/mL | Sesuai perhitungan |
Sumber: dr. Shofa, 2018.
Pemberian secara intramuskular tidak disarankan dilakukan secara rutin karena menimbulkan nyeri pada lokasi injeksi. Nyeri dapat timbul tiba-tiba atau lambat. Nyeri yang timbul tiba-tiba dapat dicegah dengan menggunakan pelarut dengan kandungan anestesi, misalnya procaine, sedangkan nyeri lambat yang muncul 1 jam pascainjeksi tidak dapat dicegah dengan pemberian pelarut yang mengandung anestesi. [18]
Injeksi disarankan dilakukan di bokong atau lateral paha. Injeksi di deltoid tidak disarankan karena berisiko mencederai nervus radialis. [18]
Injeksi Intratekal
Sediaan untuk injeksi intratekal dilarutkan terlebih dahulu dengan natrium klorida 0,9% 10 mL untuk mencapai konsentrasi 5 mg/mL. Pelarut prokain tidak boleh digunakan untuk injeksi intratekal. Untuk anak berusia lebih dari 2 tahun dan dewasa, volume injeksi yang diberikan adalah 1 mL, sedangkan untuk anak di bawah 2 tahun, injeksi diberikan sebanyak 0,4 mL selama 3 – 4 hari atau 0,5 mL sekali berselang-seling. [14,18]
Injeksi Subkonjungtiva
Serbuk untuk injeksi dapat digunakan untuk injeksi subkonjungtiva dengan melarutkan sediaan serbuk dengan 50 mL air steril atau NaCL 0,9% sehingga membentuk konsentrasi 1 mg/mL. Injeksi diberikan dengan volume 1 mL dan tidak melebihi dosis 2,5 mg/kgBB/hari. [18]
Aplikasi Topikal untuk Mata
Sediaan topikal untuk mata dapat menggunakan serbuk untuk injeksi yang dilarutkan dengan 20–50 mL air steril atau NaCl 0,9% sehingga membentuk konsentrasi 1–2,5 mg/mL. Larutan dapat diteteskan 1–3 tetes pada mata yang terinfeksi setiap jam. Interval dapat dinaikkan sesuai dengan respon terapi. [18]
Selain menggunakan sediaan serbuk yang dilarutkan, penggunaan topikal dapat menggunakan obat tetes yang sudah tersedia di pasaran. Sediaan ini tidak dapat digunakan untuk injeksi subkonjungtiva. Sediaan yang akan digunakan harus dipastikan dapat digunakan untuk mata, bukan untuk telinga. Untuk sediaan suspensi, botol perlu dikocok terlebih dahulu sehingga homogen. [3,21]
Sebelum meneteskan, pasien harus mencuci tangan terlebih dahulu. Obat diteteskan ke forniks konjungtiva, kemudian mata dipejamkan selama 1–2 menit. Saat penggunaan, mata tidak boleh berkedip. Ujung botol tidak boleh bersentuhan dengan mata, kelopak mata, ujung jari, atau permukaan lainnya untuk menghindari kontaminasi. Botol harus tertutup rapat jika tidak digunakan dan tidak boleh bertukar botol dengan orang lain. [3,21]
Aplikasi Topikal untuk Telinga
Sebelum menggunakan, pastikan bahwa sediaan yang diberikan adalah sediaan topikal untuk telinga, bukan untuk mata. Untuk sediaan suspensi, botol harus dikocok terlebih dahulu agar homogen. Sebelum diberikan, liang teliga harus dibersihkan dahulu dengan kapas steril. Saat meneteskan, posisi pasien miring dengan telinga yang terinfeksi menghadap ke atas. Tetesan diberikan sesuai dengan instruksi. Posisi miring ini dipertahankan selama beberapa menit agar obat dapat penetrasi ke kanal telinga. Ujung botol tidak boleh mengenai telinga, ujung jari, atau permukaan lain untuk mencegah kontaminasi. Satu botol hanya digunakan untuk satu orang. [22]
Aplikasi Topikal untuk Kulit
Sediaan topikal untuk kulit dioleskan sampai membentuk lapisan tipis di lesi kulit. Sediaan harus ditutup dengan rapat jika tidak digunakan. [23]
Cara Penyimpanan
Sediaan serbuk untuk injeksi yang belum dilarutkan dapat disimpan di suhu ruangan yaitu sekitar 15 –30oC dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Sediaan serbuk yang telah dilarutkan dapat disimpan di dalam kulkas dengan suhu 2–8o C dan bertahan selama 24 jam untuk sediaan intramuskular dan intratekal dan 72 jam untuk pemberian secara intravena dan subkonjungtiva. [18]
Untuk sediaan topikal, baik untuk mata, telinga, maupun kulit, sediaan dapat disimpan di suhu ruangan dengan kisaran antara 15 – 25oC dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Sediaan topikal tidak boleh dimasukkan ke dalam kulkas, walaupun sudah dibuka. [3,4,23]
Kombinasi dengan Obat Lain
Polymyxin B yang diberikan secara sistemik untuk melawan bakteri gram negatif multi drug resistant (MDR) maupun extensively XDR sering diberikan bersamaan dengan antibiotik lain untuk meningkatkan aktivitas bakterisidal dan menurunkan insidensi resistensi dibandingkan dengan penggunaan tunggal. [24] Berikut adalah beberapa antibiotik yang dinilai dapat bekerja secara sinergis dengan polymyxin B:
Tabel 4. Antibiotik yang dapat Dikombinasikan dengan Polymyxin B.
Antibiotik | Bakteri | Hasil |
Kloramfenikol [25] | K. pneumoniae MDR | Dengan adanya kombinasi, tidak ditemukan adanya resistensi terhadap polymyxin B |
Rifampisin [26] | Carbapenem-resistant A. baumannii | Saat monoterapi tidak ada aktivitas bakterisidal, saat dikombinasikan aktivitas bakterisidal 41,9% |
Tigesiklin [26] | Carbapenem-resistant A. baumannii | Saat monoterapi tidak ada aktivitas bakterisidal, saat dikombinasikan aktivitas bakterisidal 29,0% |
Minosiklin [27] | A. baumannii | Polymyxin B meningkatkan penetrasi intraseluler minosiklin dan meningkatkan aktivitas baktersidal |
Karbapenem [28] | K. pneumoniae Enterobacter cloacae | Meningkatkan aktivitas bakterisidal |
Meropenem [28] | Serratia marcescens | Meningkatkan aktivitas bakterisidal |
Sumber: dr. Shofa, 2018.
Pada sediaan topikal, polymyxin B juga sering dikombinasikan dengan antibiotik lain seperti neomycin dan bacitracin untuk memperluas spektrum pengobatan, dan dengan steroid seperti hidrokortison sebagai antiinflamasi. [3,4,23]