Farmakologi Fenofibrate
Farmakologi fenofibrate adalah sebagai agonis dari peroxisome proliferator-activated receptor α (PPAR α) yang akan menurunkan regulasi gen apoC-III, dan meningkatkan regulasi gen apoA-I dan apoA-II.
Farmakodinamik
Farmakodinamik fenofibrate sebagai antihiperlipidemia adalah dengan mempengaruhi faktor transkripsi lipid, lipoprotein, dan transporter lipid.
Efek pada Lipid dan Apolipoprotein
Fenofibrate adalah sebuah prodrug yang dikonversi secara farmakologis menjadi metabolit aktifnya, yaitu asam fenofibrik. Efek modifikasi lipid dimediasi oleh aktivasi factor transkripsi peroxisome proliferator-activated receptor α (PPAR α). PPAR α yang telah teraktivasi ini akan membentuk ikatan heterodimer dengan reseptor retinoid X dan kemudian memodulasi ekspresi gen apoC-III, apoA-I, dan apoA-II. Hal ini akan menyebabkan peningkatan lipolisis, meningkatkan eliminasi lipoprotein yang kaya akan trigliserida, dan penurunan produksi penghambat lipoprotein lipase. Fenofibrate juga merangsang oksidasi asam lemak serta menurunkan ketersediaan asam lemak bebas untuk sintesis trigliserida.
Efek pada Transporter Lipid
ATP-binding cassette transporter A1 (ABCA 1) merupakan suatu transporter yang terlibat dalam mekanisme kontrol transport kolesterol yang dimediasi oleh apo-AI. Efek fenofibrate pada ABCA 1 ini tergantung pada aktivasi reseptor Liver X (LXR). Pemberian terapi fenofibrate pada pasien dengan diabetes dan dislipidemia dapat meningkatkan secara signifikan ambang batas kadar ABCA 1 dan mRNA LXR- α.
Percobaan in vitro menunjukkan bahwa fenofibrate dapat menstimulasi ekspresi SR-BI/CD36 dan analog LIMPII. Reseptor scavenger kelas B tipe 1 (SR-B1) dan analog LIMPII memegang peranan penting dalam proses akumulasi lipid oleh makrofag.
Efek Lain
Selain mengatur metabolisme lipid, PPAR α dapat memodulasi hemostasis dan respon inflamasi. Peningkatan kadar fibrinogen, penghambat aktivator plasminogen-1 (PAI-1) dan CRP ditemukan berhubungan dengan peningkatan risiko aterosklerosis. Peningkatan kadar asam urat dan homosistein dan gangguan vasoreaktifitas memicu pembentukan aterosklerosis.
Sebaliknya, enzim paraoxonase (PON 1) yang terdapat dalam HDL mempunyai efek antioksidan dan meningkatkan kadar adiponektin yang ditemukan dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Pada penderita dislipidemia, sindrom metabolik, atau diabetes melitus tipe 2, terapi fenofibrate dapat secara signifikan menurunkan kadar plasma fibrinogen, PAI-1, kadar asam urat, CRP, dan sitokin pro-inflamasi lainnya. Selain itu, fenofibrate juga ditemukan dapat meningkatkan aktivitas serum PON 1, kadar adiponektin, dan kadar homosistein dalam darah, serta memperlancar aliran darah.[1,5,6]
Farmakokinetik
Fenofibrate diabsorpsi dengan baik melalui traktus gastrointestinal. Eliminasi obat ini sebagian besar melalui urin dalam bentuk metabolitnya.
Absorpsi
Bioavailabilitas absolut fenofibrate tidak dapat ditentukan karena fenofibrate tidak dapat larut pada media injeksi. Namun, setelah fenofibrate dipecah, fenofibrate diabsorbsi secara baik dari gastrointestinal. [2]
Pemberian secara berulang tablet fenofibrate microcoated 160 mg/hari mengakibatkan rata-rata konsentrasi plasma yang stabil yaitu 12,2 μg/mL, dan mencapai waktu puncak plasma 3,5 jam. Proses absorpsi fenofibrate menjadi kurang efektif jika dikonsumsi pada keadaan puasa sehingga fenofibrate sebaiknya dikonsumsi bersamaan dengan makanan.[1] Apabila dibandingkan dengan kondisi puasa, kemampuan absorpsi formula tablet microcoated meningkat 35% pada kondisi tidak puasa. [7]
Distribusi
Fenofibrate tidak diakumulasi pada pemberian berulang. Konsentrasi metabolit aktif dalam plasma tetap stabil dalam jangka waktu 5 hari. Asam fenofibrik 99% berikatan dengan plasma albumin. [2]
Metabolisme
Setelah dikonsumsi secara oral, fenofibrate secara cepat dihidrolisis oleh esterase menjadi metabolit aktifnya yaitu asam fenofibrik.[3]
Eliminasi
Fenofibrate dieksresi secara dominan melalui urine sebagai asam fenofibrik dan konjugat glukuronida. Studi setelah pemberian radiolabeled fibrat menunjukan bahwa 60% aktivitas radiolabeled dideteksi pada air seni, dan sekitar 25% pada feses. Waktu paruh eliminasi asam fenofibrik adalah 20 jam. [7]