Indikasi dan Dosis Isosorbid Dinitrat
Dosis isosorbide dinitrate (ISDN) bergantung pada indikasi penggunaannya. Pada angina pektoris misalnya, dosis serangan akut dan profilaksis jangka panjang akan berbeda. Selain daripada itu, jenis sediaan yang digunakan juga akan memengaruhi.
Indikasi
Indikasi penggunaan isosorbide dinitrate (ISDN) dapat dibagi menjadi dua, yaitu indikasi kardiak dan non-kardiak. Indikasi kardiak meliputi serangan angina pektoris akut, sebagai profilaksis jangka panjang terhadap angina pektoris pada seseorang yang menderita penyakit jantung koroner, dan pada gagal jantung kiri. Sedangkan indikasi non kardiak ISDN adalah pada penyakit chronic anal fissure.
Indikasi Kardiak
- Serangan angina pektoris akut
Pada serangan angina pektoris akut, penggunaan ISDN kerja cepat diharapkan menimbulkan vasodilatasi pada arteri-arteri koroner. Terjadinya vasodilatasi akan meningkatkan suplai darah ke miokardium dan mencegah terjadinya infark
- Profilaksis jangka panjang terhadap angina pektoris pada seseorang yang menderita penyakit arteri koroner
Penggunaan ISDN sebagai profilaksis jangka panjang terhadap angina pektoris pada orang yang menderita penyakit jantung koroner, diharapkan akan memperbaiki perfusi miokardium dan memperbaiki sirkulasi kolateral jantung coroner
- Gagal jantung kiri
Pada gagal jantung kiri, penggunaan ISDN anak menimbulkan dilatasi pada vena sehingga meningkatkan pooling darah perifer dan menurunkan venous return ke jantung. Mekanisme tersebut akan menurunkan tekanan ventrikel kiri pada fase end-diastolic dan juga tekanan kapiler paru [1,2]
Indikasi Non-Kardiak
- Chronic Anal Fisure
Pada sebuah randomized controlled trial oleh Bulus H et al, dilaporkan bahwa penggunaan kombinasi diltiazem dan agen nitrat efektif dalam penanganan chronic anal fissure.
Dosis
Umumnya Isosorbide dinitrate (ISDN) digunakan pada pasien dewasa dengan angina pektoris dan gagal jantung kiri.
Angina Pektoris
Pada serangan akut angina, ISDN sediaan sublingual digunakan dimulai dari dosis rendah 5 mg, kemudian dapat diulangi sesuai kebutuhan jika serangan tidak mereda. Jika serangan tidak mereda, dapat diberikan dosis tambahan dengan interval 5─10 menit. Namun, dosis diberikan tidak lebih dari 3 kali dalam periode 15─30 menit.
Untuk mengatasi serangan angina, jangan berikan tablet extended-release dan pemberian tablet oral harus sedapat mungkin dihindari, termasuk juga tablet oral immediate-release karena onset of action tablet per oral tidak secepat sublingual.
Sediaan oral juga dapat diberikan dalam dosis terbagi harian, 30─120 mg, dengan dosis maksimal 240 mg. Selain itu, dapat pula diberikan secara intravena apabila diperlukan, dengan dosis 2─10 mg/jam dititrasi sesuai kebutuhan pasien, dengan dosis maksimal 20 mg/jam [15]
Profilaksis Jangka Panjang Terhadap Angina Pektoris
ISDN dapat digunakan dalam tatalaksana profilaksis jangka panjang terhadap angina pektoris dengan dosis awal tablet oral 5─20 mg diberikan dua hingga tiga kali sehari, dilanjutkan dosis maintenance 10-40 mg diberikan dua hingga tiga kali sehari. Tablet extended-release dapat diberikan, tetapi tidak boleh melebihi dosis 160 mg/hari.
Pada pasien yang berperawakan kecil, dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg (½ dari 10 mg tablet) dua kali sehari, dan diberikan tidak lebih dari dua hari. Kemudian dianjutkan dengan dosis maintenance 10 mg dua kali sehari.
Jadwal waktu pemberian yang dianjurkan untuk chronic stable angina adalah jam 7 pagi, 12 siang, dan 5 sore. Namun, apabila gejala angina tidak terlalu parah, waktu pemberian yang dianjurkan adalah jam 7 pagi dan 12 siang dengan tujuan agar tubuh mendapatkan interval bebas nitrat sekitar 10─14 jam. Dengan demikian, tidak sering pemberian obat akan mengurangi perkembangan efek toleransi terhadap obat tersebut. Namun, hal tersebut juga dapat mencetuskan kembali episode angina dalam masa interval bebas nitrat, terutama pada pasien-pasien yang memiliki faktor risiko yang tidak terdeteksi sebelumnya. [1]
Gagal jantung kiri
ISDN dapat digunakan dalam tatalaksana Gagal Jantung kiri dengan dosis 40─160 mg per hari dalam dosis terbagi. Dosis dapat ditingkatkan hingga 240 mg bilamana diperlukan. [16]