Farmakologi Isoniazid
Secara farmakologi, mekanisme aksi Isoniazid (INH) yang paling utama adalah dengan menghambat sintesis asam mikolik, sehingga memberikan efek bakterisidal terhadap Mycobacterium sp. Aspek farmakodinamik dan farmakokinetik dari INH akan dibahas lebih lengkap selanjutnya.
Farmakodinamik
Isoniazid (INH) bekerja dengan cara menghambat sintesis asam mikolik, yaitu suatu komponen esensial dinding sel bakteri. Mekanisme inilah yang nantinya akan menimbulkan efek terapi obat yang bersifat bakterisid terhadap organisme Mycobacterium tuberculosis yang aktif bertumbuh secara intraseluler dan ekstraseluler.
Kerja INH juga diasosiasikan dengan terjadinya peningkatan ekskresi piridoksin (vitamin B6). Piridoksin fosfat yang merupakan derivat piridoksin dibutuhkan untuk sintesis asam d-aminolevulenat, sebuah enzim yang berfungsi untuk pembentukan heme. Heme adalah suatu bagian dari sel darah merah dan akan memberikan pigmen berwarna merah pada darah. Defisiensi piridoksin yang disebabkan oleh INH dapat menyebabkan anemia sideroblastik. [2, 17]
Farmakokinetik
Farmakokinetik INH yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat ini bervariasi dari orang ke orang. Absorpsi per oral INH cepat dan sempurna, namun sebaiknya tidak dikonsumsi bersama makanan. Distribusinya terjadi ke seluruh cairan tubuh, termasuk plasenta dan air susu ibu. Metabolisme INH terjadi di hepar, sedangkan eliminasinya terutama melalui urin.
Absorpsi
Absorpsi INH per oral cepat dan sempurna. Konsumsinya sebaiknya dalam keadaan perut kosong, karena bioavailabilitas INH akan menurun secara signifikan ketika dikonsumsi bersama dengan makanan.
INH mencapai kadar puncak dalam serum dalam waktu satu hingga dua jam setelah dikonsumsi per oral. Kadar puncak ini akan menurun 50% dalam waktu 6 jam kemudian
Distribusi
Setelah dikonsumsi, INH segera terdistribusi ke seluruh cairan tubuh, seperti cairan serebrospinal, pleura, dan rongga abdomen, serta` ke dalam jaringan, organ, dan ekskreta (saliva, sputum dan feses). INH juga menembus sawar plasenta, dan masuk ke dalam air susu ibu dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi obat dalam plasma darah. Dalam ikatan protein plasma, INH ditemukan sebanyak 10─15%.
Metabolisme
Metabolisme INH utamanya terjadi di hepar. INH dimetabolisme secara primer oleh proses asetilasi dan dehidrasinasi. Kecepatan proses asetilasi ini bergantung pada etnis seseorang. Sekitar 50% orang keturunan Eropa dan Afrika adalah golongan asetilator lambat, sedangkan kebanyakan orang keturunan Asia atau Inuit adalah golongan asetilator cepat. Meskipun kecepatan proses asetilasi ini tidak mengubah keefektifan terapi INH harian, namun proses yang lambat pada etnis tertentu dapat menyebabkan meningginya kadar obat dalam darah, sehingga meningkatkan reaksi toksisitas obat. Metabolit yang dihasilkan adalah dalam bentuk asetilisoniazid
Waktu paruh biologis
Pada penderita disfungsi hepar atau gangguan ginjal berat, waktu paruh INH akan memanjang. Umumnya, waktu paruh INH dalam plasma darah pada pengguna dengan fungsi hepar dan ginjal yang normal adalah sekitar 1─4 jam. Pada orang yang memiliki sifat asetilator cepat, waktu paruh berkisar antara 30 hingga 100 menit. Sedangkan pada asetilator yang lambat, waktu paruh berkisar antara 2 hingga 5 jam. Pada infant, waktu paruh berkisar 2 jam, dengan clearance sekitar 0,57 L/jam/kgBB
Eliminasi
Isoniazid utamanya dieliminasi melalui ginjal. Sekitar 50─70% dari dosis INH yang masuk, akan diekskresi ke urine dalam waktu 24 jam. Ekskresi ke urin sebagian besar adalah berupa metabolit, dan sebagian kecil dalam bentuk obat yang tidak berubah. Sedikit sisa metabolit INH diekskresikan ke feses dan saliva. Pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, INH juga ikut serta dalam proses dialisis tersebut. [3, 10, 13,18]
Resistensi
Resistensi obat-obat antituberkulosis terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah meningkatnya prevalensi tuberkulosis, diagnosis yang terlambat, protokol pengobatan yang tidak sesuai, dan rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap INH akan lebih cepat terjadi apabila INH diberikan sebagai monoterapi. Resistensi INH lebih sering terjadi pada anak-anak sebagai hasil transmisi resistensi strain dari orang dewasa.[3, 17]