Kontraindikasi dan Peringatan Miconazole
Kontraindikasi miconazole adalah hipersensitivitas terhadap miconazole. Peringatan diperlukan pada penggunaan untuk pasien dengan riwayat penyakit hati, serta ibu hamil dan menyusui.[3,11,14]
Kontraindikasi
Penggunaan miconazole dikontraindikasikan pada orang dengan hipersensitivitas terhadap miconazole dan komponen lain pada sediaan miconazole.
Miconazole juga dikontraindikasikan pada pasien yang mengonsumsi obat yang dapat meningkatkan interval QT, misalnya astemizole, cisapride, mizolastine, pimozide, quinidine, dan terfenadine.
Penggunaan miconazole oral gel dikontraindikasikan pada pasien berusia <4 bulan atau yang memiliki refleks menelan imatur.[3,12]
Peringatan
Reaksi alergi, termasuk reaksi anafilaksis, telah dilaporkan pada penggunaan berbagai sediaan miconazole. Bila terdapat tanda hipersensitivitas, penggunaan miconazole harus segera dihentikan.[3,11]
Penggunaan miconazole pada pasien dengan gangguan fungsi hati harus diberikan dengan perhatian khusus, karena metabolisme obat terjadi di hati.
Pemberian miconazole pada ibu hamil dan menyusui juga perlu dengan perhatian khusus. Miconazole dapat diberikan bila manfaat yang didapatkan lebih besar dibanding risiko yang mungkin terjadi.[14]
Penggunaan pada Ruam Popok
Sebelum memberikan miconazole pada kasus ruam popok, penting untuk memastikan diagnosis kandidiasis melalui pemeriksaan mikroskopis adanya pseudohifa atau ragi bertunas. Selain itu, terapi miconazole harus digunakan sebagai bagian dari tata laksana komprehensif yang mencakup perawatan dasar ruam popok, seperti penggantian popok yang sering. Obat tidak boleh digunakan untuk profilaksis karena penggunaan yang tidak tepat dapat mendorong berkembangnya resistensi.[3]
Penggunaan pada Kandidiasis Vulvovagina
Sebelum terapi kandidiasis vulvovaginal, diagnosis harus dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskopis (sediaan KOH) atau kultur. Bila gejala klinis berlanjut, pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengeksklusi patogen lain, serta menilai faktor predisposisi infeksi berulang.[3]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha