Indikasi dan Dosis Acetylcysteine Antidot
Indikasi dan dosis acetylcysteine sebagai antidot adalah pada keracunan paracetamol. Acetylcysteine diberikan secara intravena.
Dewasa
Pada keracunan paracetamol, acetylcysteine dapat diberikan secara intravena dengan dosis dewasa dan protokol pemberian seperti pada tabel.
Tabel 2. Protokol Pemberian Acetylcysteine Dewasa
Infus inisial | Dosis awal 150 mg/kgBB dilarutkan dalam 200 mL larutan glukosa 5%, dihabiskan dalam 60 menit |
Infus kedua | Infus insial diikuti dengan infus kontinyu dosis 50 mg/kgBB dilarutkan dalam 500 mL larutan glukosa 5%, dihabiskan dalam 4 jam |
Infus ketiga | Infus kedua diikuti dengan infus kontinyu dosis 100mg/kgBB dilarutkan dalam 1000 mL larutan glukosa 5% dihabiskan dalam 16 jam |
Pada pasien yang mengonsumsi paracetamol sebanyak dua kali lipat lebih dari dosis maksimal, dapat diberikan infus ketiga dengan dosis yang dinaikkan menjadi 200 mg/kgBB.
Anak-anak
Untuk anak dengan protokol pemberian seperti tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Protokol Pemberian Acetylcysteine pada Anak
Berat badan < 20 kg | Berat badan > 20 kg |
150 mg/kgBB dilarutkan dalam 3 mL/kgBB glukosa 5% diberikan selama 60 menit | 150 mg/kgBB dilarutkan dalam 100 mL glukosa 5% diberikan selama 60 menit |
Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 7 mL/kgBB glukosa 5% diberikan dalam 4 jam | Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 250 mL glukosa 5% diberikan dalam 4 jam |
Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 7 mL/kgBB glukosa 5% diberikan dalam 8 jam | Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 250 mL glukosa 5% diberikan dalam 8 jam |
Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 7 mL/kgBB glukosa 5% diberikan dalam 8 jam | Diikuti dengan 50 mg/kgBB dalam 250 mL glukosa 5% diberikan dalam 8 jam |
Untuk anak dengan berat badan > 40 kg dosis yang diberikan sama seperti dewasa.
Apabila diberikan secara oral, dosis awal adalah 150 mg/kgBB diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70 dosis.
Protokol bila Terjadi Reaksi Anafilaktoid
Apabila terjadi reaksi anafilaktoid yang ditandai dengan ruam, wheezing, atau hipotensi, maka dilakukan penanganan suportif. Pemberian acetylcysteine dapat ditunda atau tetes infus bisa diperlambat, kemudian pasien diberikan antihistamin atau bronkodilator bila diperlukan.