Farmakologi Carbamazepine
Farmakologi carbamazepine meliputi farmakodinamik dan farmakokinetiknya, secara biokimiawi diketahui dengan cara menghambat arus voltage-dependent ion natrium.
Farmakodinamik
Kerja Carbamazepine secara biokimiawi diketahui dengan cara menghambat arus voltage-dependent ion Natrium melalui dua mekanisme:
-
Secara sederhana menghambat kanal ion Natrium agar tidak mencapai status istirahat pada membran potensial yang dihiperpolarisasi. Namun, efek hambatan ini akan dipercepat ketika potensial membran “istirahat” di depolarisasikan. Proses penghambatan ini berhubungan erat dengan penggantian kurva non-aktivasi status stabil dalam arah yang terhiperpolarisasi [8, 34]
- Carbamazepine menghambat arus ion Natrium secara aktif, atau bergantungan. Efek hambatan akan lebih kuat ketika membran sel secara repetitif didepolarisasikan pada tingkat frekuensi yang tinggi
Dengan mekanisme tersebut diatas, diperkirakan sebagai kunci utama potensi obat untuk menghambat aktivitas serangan epileptik. Untuk mengatasi kejang, diperkirakan obat ini bekerja dengan menurunkan respon polisinaptik, dan menghambat potensiasi post-tetanik Selanjutnya, dengan menekan reflek potensial pada thalamus, bulbar, polisinaptik, dan linguomandibular, maka nyeri yang ditimbulkan akibat stimulasi saraf-saraf pada tempat tersebut, mampu dihilangkan meski rasa sakit berintensitas tinggi sekalipun.
Kapasitas obat dalam meningkatkan pengeluaran neuron-neuron bersifat noradrenergik dapat berkontribusi kepada efek anti-epileptiknya. Walau efek obat menyerupai efek fenitoin, namun terdapat beberapa perbedaan yaitu carbamazepine lebih efektif daripada fenitoin dalam hal menurunkan pengeluaran stimulus yang diinduksi pada amigdala.
Efektivitas obat dalam mengatasi neuralgia adalah sebagai hasil dari penurunan transmisi sinaptik excitatory dalam nukleus spinal trigeminalis. Dengan demikian akan terjadi peningkatan waktu laten dari respon neuron trigeminal, dan menurunkan jumlah pengeluaran neuron. Metabolit utama obat memiliki aktivitas anti neuralgia. Mekanisme kerja obat sebagai tersebut diatas, diketahui dari hasil penelitian pada hewan percobaan.
Carbamazepine secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat anti konvulsan lainnya, atau obat penghilang nyeri lainnya untuk mengatasi trigeminal neuralgia. Efek anti-diuretik obat merupakan konsekuensi dari pengurangan konsentrasi hormon anti-diuretik dalam plasma darah.
Farmakokinetik
Farmakokinetik carbamazepine meliputi absorpsi yang cukup baik per oral, hingga distribusinya yang melibatkan protein plasma
Absorpsi
Meski agak lambat, namun penyerapan obat sangat baik setelah dikonsumsi per oral. Bioavailabilitas tablet extended-release adalah 89%. Konsentrasi puncak dalam plasma darah terjadi dalam waktu 4─12 jam setelah konsumsi per oral, namun dapat mencapai hingga 24 jam dalam keadaan overdosis
Distribusi
Carbamazepine berikatan dengan plasma protein sebesar 76%. Obat ini dapat menembus sawar otak dan plasenta, dan bisa terakumulasi dalam jaringan fetus. Distribusi obat juga bisa ke dalam air susu ibu dengan konsentrasi sebesar 60% dari kadar plasma maternal.
Carbamazepine juga mencapai cairan serebrospinal dengan konsentrasi sekitar 15% dari konsentrasi dalam serum darah.
Volume distribusi obat adalah sekitar 0,79─1,4 L/kgBB, yang dapat meningkat pada pengobatan jangka panjang hingga mencapai kisaran 0,96─2,07 L/kgBB.
Metabolisme
Metabolisme carbamazepineTerjadi di hepar, namun obat ini dapat menginduksi metabolismenya sendiri. Metabolit aktif utama yang dihasilkan adalah Carbamazepine epoksid, dimana 50% nya terikat pada plasma protein, dan mungkin mengikuti siklus enterohepatik. Carbamazepine diinaktivasi melalui proses konyugasi dan hidroksilasi.
Waktu paruh carbamazepine adalah sekitar 30 jam, kisaran 18─60 jam ketika obat diberikan sebagai dosis tunggal. Namun, setelah diberikan dosis berulang, atau pemberian jangka panjang, waktu paruh akan memendek menjadi sekitar 15 jam saja, dengan kisaran 10─35 jam. Hal ini terjadi karena Carbamazepine merupakan obat yang memiliki efek induksi kuat terhadap enzim hepar. Waktu paruh pada anak-anak adalah lebih pendek daripada waktu paruh pada orang dewasa
Eliminasi
Sekitar 72% dosis yang masuk per oral akan diekskresikan kedalam urine, dan sekitar 28% dieliminasi kedalam feses. Hanya sekitar 1─3% dari dosis total yang masuk kedalam tubuh diekskresikan kedalam urine dengan bentuk yang tidak berubah. [1, 4, 7, 35]
Resistensi
Mekanisme resistensi penyakit epilepsi terhadap obat antikonvulsan adalah kompleks, dan bersifat multi faktorial. Banyak kasus penderita epilepsi kronis mengalami resisten terhadap obat ini. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan sensitivitas obat pada kanal ion Natrium, yang diteliti sebagai mekanisme permulaan, yang mendasari perkembangan resistensi. Selain itu, resistensi penyakit epilepsi terhadap Carbamazepine berhubungan erat dengan faktor risiko, seperti genetik, usia penderita, etiologi penyakit epilepsi [8, 21]