Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Codeine general_alomedika 2022-05-27T13:10:53+07:00 2022-05-27T13:10:53+07:00
Codeine
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Codeine

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Penggunaan codeine pada kehamilan termasuk dalam kategori C menurut FDA. Penggunaan pada ibu menyusui memiliki potensi risiko terhadap bayi yang disusui, misalnya letargi atau gangguan napas, sehingga sebaiknya dihindari.

Penggunaan pada Kehamilan

Kategori C (FDA):  studi pada binatang percobaan memperlihatkan ada efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Secara umum, penggunaan codeine pada ibu hamil maupun ibu menyusui sebaiknya dihindari mengingat risiko terhadap ibu dan anak belum dapat disingkirkan. Studi hewan coba maupun studi epidemiologi mutakhir masih belum memberikan kesimpulan yang konsisten.[28,29]

Broussard et al dalam studi kasus kontrol berbasis populasi menyimpulkan bahwa penggunaan codeine selama kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko kelainan anatomi bawaan pada janin, seperti defek septum atrioventrikular, sindrom jantung kiri hipoplastik, dan hidrosefalus. Namun, hasil penelitian ini dilemahkan oleh risiko bias memori dan misklasifikasi paparan, sehingga secara serius memengaruhi kalkulasi risiko pada masing-masing luaran yang dianalisis.[28]

Di sisi lain, suatu studi prospektif berbasis populasi menemukan bahwa tidak ada perbedaan risiko tingkat kematian maupun malformasi kongenital pada janin yang terpapar codeine atau tidak. Hal ini juga didukung oleh TGA yang mengategorikan codeine ke dalam kategori A.[29]

Penggunaan opioid secara berkepanjangan pada ibu hamil bisa menimbulkan neonatal opioid withdrawal syndrome setelah neonatus lahir. Opioid dapat melewati plasenta dan menyebabkan depresi pernapasan serta efek psikofisiologis pada neonatus.[35]

Penggunaan pada Ibu Menyusui

Studi terdahulu melaporkan ada peningkatan risiko bradikardia, apnea episodik, dan sianosis pada neonatus dari ibu yang mengonsumsi codeine. Secara teoritis, kadar obat dalam ASI <10% merupakan ambang batas praktis untuk memprediksi risiko obat terhadap bayi yang disusui. Kadar codeine dalam ASI hanya sebesar 1–1,2%, sehingga obat ini secara teori memiliki risiko efek samping terhadap bayi yang minimal.[30]

Namun, suatu studi retrospektif pada 72 wanita menyusui yang mengonsumsi codeine menemukan bahwa 24% partisipan melaporkan penurunan tingkat kesadaran bayi yang kemudian membaik ketika konsumsi codeine atau pemberian ASI dihentikan. Pada studi kasus-kontrol ini, ditemukan bahwa rerata dosis codeine pada kelompok kasus lebih tinggi daripada kelompok kontrol (1,62 mg/kg/hari vs 1,02 mg/kg/hari).[31]

Bayi pada kelompok kasus juga lebih besar peluangnya untuk memerlukan perawatan di IGD terkait gejala letargi, asupan ASI yang kurang, dan gangguan napas. Studi ini menyimpulkan bahwa peningkatan dosis codeine pada wanita menyusui berpotensi meningkatkan risiko letargi, gangguan napas, dan asupan makan yang kurang pada bayi yang disusui.[31]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

28. Broussard CS, Rasmussen SA, Reefhuis J, et al. Maternal treatment with opioid analgesics and risk for birth defects. Am J Obstet Gynecol. 2011 Apr;204(4):314.e1-314.e11. http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S000293781002524X
29. Nezvalová-Henriksen K, Spigset O, Nordeng H. Effects of codeine on pregnancy outcome: results from a large population-based cohort study. Eur J Clin Pharmacol. 2011 Dec 9;67(12):1253–61. http://link.springer.com/10.1007/s00228-011-1069-5
30. Meny RG, Naumburg EG, Alger LS, et al. Codeine and the Breastfed Neonate. J Hum Lact. 1993 Dec 25;9(4):237–40. http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/089033449300900423
31. Madadi P, Ross C, Hayden M, et al. Pharmacogenetics of Neonatal Opioid Toxicity Following Maternal Use of Codeine During Breastfeeding: A Case–Control Study. Clin Pharmacol Ther. 2009 Jan 20;85(1):31–5. http://doi.wiley.com/10.1038/clpt.2008.157
35. Medscape. Codeine. 2022. https://reference.medscape.com/drug/codeine-343310#0

Efek Samping dan Interaksi Obat ...
Kontraindikasi dan Peringatan Co...

Artikel Terkait

  • Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
    Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik
  • Bahaya Pemberian Pregabalin untuk Skiatika
    Bahaya Pemberian Pregabalin untuk Skiatika
  • Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
    Kolik Renal Mereda Bukan Tanda Hilangnya Batu Ginjal
  • Manajemen Nyeri kanker Dengan Prinsip Pain Relief Ladder WHO
    Manajemen Nyeri kanker Dengan Prinsip Pain Relief Ladder WHO
  • Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya
    Mengenali Nyeri Kronis Setelah Operasi dan Penanganannya

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Gabriela Widjaja
31 Maret 2022
Antibiotik Tablet Hisap pada Nyeri Tenggorok - THT Ask the Expert
Oleh: dr. Gabriela Widjaja
1 Balasan
ALO dr Suyanti, Sp THT-KL, ijin bertanya Dok, apakah obat antibiotik tablet hisap masih efektif dan boleh untuk terapi tonsilofaringitis bakterial, Dok?...
drg. Annisa Widiandini
08 Desember 2021
Live Webinar Alomedika-Penanganan Nyeri di Praktik Sehari-hari. Minggu 12 Desember 2021 (10.00 - 12.00 WIB)
Oleh: drg. Annisa Widiandini
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Penanganan Nyeri di Praktik Sehari-hari".Narasumber: Dr. dr. Tiara Anindhita, Sp.S(K) dr. Donna...
dr.Roshni Manwani
18 November 2021
Pasien wanita usia 36 tahun dengan nyeri pasca keselo (6bulan lalu) - Saraf Ask The Expert
Oleh: dr.Roshni Manwani
1 Balasan
Alo dok. Immaculata, Sp.S, Ijin bertanya dok, pasien usia 36 tahun, perempun, datang dengan nyeri pasca keselo (6bulan lalu) yang hilang timbul sudah lama,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.