Manfaat Beta Blocker Generasi Ketiga pada Terapi Gagal Jantung

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Obat golongan beta blocker generasi ketiga, seperti carvedilol, telah dilaporkan bermanfaat dalam penanganan gagal jantung. Reseptor beta-adrenergik diekspresikan dalam kardiomiosit dan diaktivasi oleh noradrenalin yang dilepaskan dari sinaps simpatik atau katekolamin yang bersirkulasi. Oleh karenanya, penggunaan beta blocker bermanfaat dalam berbagai penyakit kardiovaskuler.

Di pasaran sudah tersedia beragam jenis beta blocker, mulai dari metoprolol, bisoprolol, hingga obat generasi ketiga seperti carvedilol, nebivolol, labetalol, bucindolol, dan celiprolol. Meski sama-sama masuk dalam golongan beta blocker, semua obat tersebut memiliki perbedaan dalam hal selektivitas reseptor beta, efek vasodilatasi, dan fitur tambahan lain misalnya antioksidan.[1]

lansia

Carvedilol

Carvedilol merupakan beta blocker generasi ketiga dengan aktivitas vasodilator yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Carvedilol memblokade reseptor beta-1 dan reseptor alfa-1 adrenergik. Afinitasnya terhadap reseptor beta-1 telah dilaporkan 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan reseptor alfa-1. Selain itu, carvedilol juga menunjukan efek antioksidan.[1,2]

Carvedilol diindikasikan untuk pengobatan gagal jantung kronis ringan hingga berat yang berasal dari iskemia atau kardiomiopati. Carvedilol juga diindikasikan untuk mengurangi mortalitas kardiovaskular pada pasien yang stabil secara klinis setelah infark miokard akut dan memiliki fraksi ejeksi ventrikel kiri lebih besar dari 40%. Carvedilol umumnya digunakan secara kombinasi dengan diuretik, antihipertensi golongan lain, dan digitalis.[2]

Bukti Ilmiah Efikasi Carvedilol pada Gagal Jantung

Sudah banyak percobaan landmark yang menjadi tolok ukur efikasi dan keamanan carvedilol.[1-4]

Dalam sebuah kohort di Denmark, efikasi carvedilol dievaluasi pada pasien diabetes mellitus dengan gagal jantung penurunan fraksi ejeksi (HFrEF). Studi yang melibatkan 39.260 pasien ini tidak menemukan perbedaan bermakna mortalitas jangka panjang carvedilol dibandingkan metoprolol. Namun, carvedilol dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes awitan baru yang mendukung pernyataan bahwa carvedilol memiliki profil metabolik yang lebih baik daripada metoprolol.[5]

Dalam sebuah meta analisis yang melibatkan 21 studi dengan total 1146 partisipan, carvedilol ditemukan meningkatkan fungsi jantung pada dilated cardiomyopathy. Penggunaan carvedilol dilaporkan menghasilkan perbaikan denyut jantung, fraksi ejeksi ventrikel kiri, tekanan darah sistolik dan diastolik, left ventricular end-diastolic dimension (LVEDD), left ventricular end systolic diameter (LVESD), left ventricular end diastolic volume (LVEDV), dan left ventricular end-systolic volume (LVESV).[6]

Nebivolol

Nebivolol merupakan beta blocker yang selektif beta-1 dengan efek antioksidan dan nitric oxide dependent vasodilator. Struktur kimianya terdiri dari campuran isomer D dan L. D-nebivolol merupakan antagonis selektif beta-1, sedangkan L-nebivolol berperan pada vasodilatasi. Efek inotropik negatif nebivolol lebih rendah daripada metoprolol maupun carvedilol dan tidak mempunyai efek membrane stabilizing ataupun intrinsic sympathomimetic.[7]

Bukti Ilmiah Efikasi Nebivolol pada Gagal Jantung

Dalam uji klinis acak selama 12 bulan yang melibatkan 25 pasien dengan gagal jantung, perbaikan hemodinamik dan toleransi latihan dengan nebivolol dilaporkan lebih besar dibandingkan atenolol. Hasil serupa ditemukan pada uji klinis SENIORS yang melibatkan 2128 lansia dengan gagal jantung, dimana ditemukan risiko lebih rendah mortalitas segala sebab atau rawat inap kardiovaskular pada kelompok nebivolol dibanding plasebo.[8]

Sebuah uji klinis lain melibatkan 172 pasien usia 28-87 tahun dengan infark miokard akut dan disfungsi ventrikel kiri. Pasien yang diobati dengan nebivolol mengalami kejadian kardiovaskular selama 12 bulan pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan pasien yang diobati dengan metoprolol suksinat.[9]

Beta Blocker Generasi Tiga Lainnya

Labetalol merupakan beta blocker generasi ketiga yang bersifat non-selektif dan memiliki efek pada reseptor alfa-1. Bukti ilmiah labetalol untuk kasus gagal jantung belum ekstensif dan lebih banyak dievaluasi untuk tata kelola hipertensi pada kehamilan. Sejumlah uji klinis pemberian labetalol pada kehamilan menemukan efikasi yang sebanding dengan nifedipine atau metildopa, tapi labetalol belum direkomendasikan sebagai lini pertama terapi hipertensi dalam kehamilan.[10-12]

Bucindolol merupakan beta blocker non-selektif dan mampu memblokade reseptor alfa-1. Dalam analisis post-hoc dari uji klinis BEST (Beta-blocker Evaluation of Survival Trial), bucindolol ditemukan bermanfaat dalam menurunkan luaran gagal jantung pada pasien dengan HFrEF dan atrial fibrilasi yang berhasil mencapai denyut jantung istirahat ≤80 kali/menit. Luaran gagal jantung dalam studi ini mencakup mortalitas kardiovaskular dan rawat inap kardiovaskular.[13]

Celiprolol merupakan beta blocker generasi ketiga dengan aktivitas selektif beta-1, agonis beta-2 lemah, dan antagonis reseptor alfa-2. Studi kecil dengan celiprolol pada pasien gagal jantung menunjukkan hasil yang bervariasi. Dalam studi dari 16 pasien dengan penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri (rLVEF), terapi celiprolol selama 3 bulan menunjukkan manfaat hemodinamik dan peningkatan LVEF. Studi lain dengan 132 pasien rLVEF tidak menunjukkan perbedaan antara celiprolol dan plasebo.[14]

Kesimpulan

Carvedilol dan nebivolol merupakan obat golongan beta blocker generasi ketiga yang menjadi alternatif dalam penanganan gagal jantung. Bukti ilmiah yang tersedia menyokong efikasi carvedilol dan nebivolol dalam penanganan gagal jantung, dengan manfaat tambahan efek vasodilatasi dan efek metabolik yang lebih baik dibandingkan beta blocker generasi terdahulu.

Referensi