Hubungan Hipertensi pada Remaja dengan Risiko Gagal Ginjal

Oleh :
dr.Saphira Evani

Sebuah studi kohort dengan sampel besar menemukan bahwa hipertensi pada remaja (10‒19 tahun) dapat meningkatkan risiko gagal ginjal atau end-stage renal disease (ESRD). Sudah banyak studi pada pasien dewasa yang membuktikan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko untuk terjadinya komplikasi kardioserebrovaskular dan metabolik di kemudian hari.[1]

Sekilas tentang Hipertensi pada Remaja

Hipertensi mulai banyak ditemukan pada usia remaja dan dewasa muda. Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi pada usia ≥18 tahun sebesar 8,8%, di mana angka ini meningkat dari tahun 2013 yang menunjukkan prevalensi hipertensi pada usia 15‒17 tahun adalah 5,3%.[1]

Hubungan Hipertensi pada Remaja dengan Risiko Gagal Ginjal-min

Berdasarkan kriteria American Academy of Pediatric (AAP) Clinical Practice Guideline 2017, sekitar 1 dari 7 orang berusia 12‒19 tahun mengalami hipertensi selama periode 2013‒2016. Tingginya prevalensi hipertensi berbanding lurus dengan peningkatan berat badan, dengan prevalensi tertinggi mencapai 14% pada kelompok obesitas berat dan 2% pada kelompok dengan berat badan normal.[1-5]

Penyebab dan Faktor Risiko

Hipertensi pada kelompok remaja lebih sering disebabkan oleh hipertensi esensial atau primer (70‒80%). Riwayat hipertensi dalam keluarga dapat meningkatan risiko hipertensi remaja sebanyak 2 kali lipat. Namun, anak remaja juga dapat mengalami hipertensi sekunder.[6,7]

Peningkatan kasus hipertensi remaja juga disebabkan oleh faktor risiko, seperti obesitas, asupan makanan mengandung garam yang tinggi, minimnya aktivitas fisik dan olahraga, merokok, riwayat berat badan lahir rendah, serta stres yang berlebih.[6,7]

Komplikasi dan Mortalitas

Banyak studi telah menunjukkan hipertensi pada remaja berhubungan dengan peningkatan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular dan serebrovaskular. Penyakit ginjal stadium akhir juga merupakan salah satu penyebab mortalitas yang berhubungan dengan penyakit lain termasuk penyakit kardiovaskular. Penyakit ginjal stadium akhir didefinisikan sebagai kerusakan fungsi ginjal ireversibel, yang dapat berakibat fatal bila pasien tidak ditata laksana dengan dialisis atau transplantasi ginjal.[2,8]

Penyakit ginjal kronis stadium akhir ditandai dengan laju filtrasi glomerulus <15 mL/ menit/1,73 m2 luas permukaan tubuh. Hipertensi adalah faktor risiko kuat yang menentukan progresivitas menjadi end-stage renal disease, terutama pada pasien yang sudah mengalami proteinuria. Di Amerika Serikat, hipertensi adalah faktor risiko utama pada 25% kasus end-stage renal disease.[2,8]

Patogenesis Kerusakan Ginjal akibat Hipertensi

Risiko relatif kerusakan ginjal yang berat akibat hipertensi esensial tanpa komplikasi termasuk rendah dibandingkan dengan komplikasi kardiovaskular. Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan kerusakan vaskular ginjal. Hipertensi diduga membuat penuaan vaskular ginjal terjadi lebih cepat. Kerusakan ginjal akibat hipertensi esensial tanpa komplikasi yang dapat diamati pada pemeriksaan histopatologi ginjal adalah berupa nefrosklerosis.[9]

Nefrosklerosis Akibat Hipertensi

Nefrosklerosis akibat hipertensi dibagi menjadi dua, yakni nefrosklerosis jinak dan maligna. Nefrosklerosis jinak ditandai dengan lesi pada vaskular berupa arteriosklerosis hialin yang terbentuk secara perlahan tanpa disertai proteinuria yang jelas. Nefrosklerosis jinak biasanya tidak mengenai bagian kapiler glomerulus.[9,10]

Walaupun pada pengamatan jangka panjang dapat ditemukan iskemia glomerulus dalam skala yang kecil pada nefrosklerosis jinak, penurunan fungsi ginjal dan end-stage renal disease hanya terjadi apabila luas permukaan glomerulus yang rusak dalam skala besar. Oleh karena itu, kejadian end-stage renal disease lebih jarang ditemukan pada hipertensi esensial.[9,10]

Nefrosklerosis maligna umumnya ditemukan pada pasien hipertensi esensial berat/maligna (≥180/120 mmHg) ditandai dengan gangguan vaskular akut dan cedera glomerulus dengan gambaran nekrosis dan trombosis fibrin yang mendominasi pada hasil histopatologi.[9]

Iskemia Glomerulus

Cedera akut dan nekrosis fibrinoid dapat ditemukan pada arteri, arteriol, dan kapiler glomerulus. Iskemia glomerulus dominan pada nefrosklerosis maligna.  Pada kondisi tersebut komplikasi gagal ginjal akut dapat dengan cepat muncul bila hipertensi tidak segera ditangani. Risiko untuk menjadi penyakit ginjal kronis bahkan end-stage renal disease pun meningkat dengan kondisi nefrosklerosis maligna tersebut.[9]

Studi oleh Marcantoni et al. mengambil sampel biopsi ginjal pasien kulit putih dan ras Afrika-Amerika tanpa penyakit diabetes melitus. Studi tersebut mempelajari hubungan antara hipertensi, proteinuria, dan kelainan struktur morfologi lesi pada ginjal. Studi tersebut menyimpulkan bahwa lesi vaskular pada ginjal yang disebabkan karena hipertensi tidak cukup untuk menimbulkan gagal ginjal yang tampak secara klinis. Hasil studi tersebut kemudian memicu perdebatan mengenai efek jangka panjang hipertensi terhadap penurunan fungsi ginjal.[11]

Hubungan Hipertensi Esensial dan Gagal Ginjal

Hipertensi esensial, khususnya maligna, dikenal sebagai faktor risiko promoter yang dapat mempengaruhi progresivitas insufisiensi ginjal menuju end-stage renal disease. Di beberapa studi kohort, pasien penyakit parenkim ginjal intrinsik atau pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus yang memiliki tekanan darah lebih tinggi mengalami peningkatan risiko progresif menjadi end-stage renal disease.[12]

Pada beberapa studi, kondisi hipertensi belum terbukti menjadi penyebab penyakit ginjal (hypertensive renal disease) sebab kelainan pada ginjal sendiri dapat menimbulkan hipertensi. [12]

Studi meta analisis lain terhadap pasien hipertensi yang mendapatkan obat antihipertensi minimal 1 tahun melaporkan bahwa penurunan tekanan darah tidak menurunkan risiko insufisiensi ginjal. Hasil studi ini memunculkan kembali perdebatan mengenai efek hipertensi esensial non maligna terhadap penyakit ginjal kronis.[12]

Risiko Gagal Ginjal Akibat Hipertensi pada Remaja

Risiko end-stage renal disease atau gagal ginjal pada pasien remaja dengan hipertensi esensial berusaha dibuktikan melalui sebuah studi kohort retrospektif di Israel. Studi tersebut melibatkan lebih dari 2.650.000 orang kandidat wajib militer usia 16‒20 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Dari evaluasi awal ditemukan 7.997 orang (0,3% dari jumlah sampel) menderita hipertensi.[2]

Setengah dari kelompok hipertensi memiliki riwayat overweight, obesitas, dan kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peneliti kemudian membandingkan risiko end-stage renal disease pada kelompok nonhipertensi dan hipertensi.[2]

Setelah sekitar rata-rata 19,6 tahun (10,4‒31,2 tahun), didapatkan 2.189 kasus end-stage renal disease di kelompok nonhipertensi dengan insidensi 3,9 per 100.000 orang/tahun, sedangkan 42 kasus end-stage renal disease di kelompok hipertensi dengan insidensi 20,2 per 100.000 orang/tahun. Data statistik tersebut menunjukkan bahwa hipertensi meningkatkan risiko end-stage renal disease 5 kali lipat.[2]

Setelah mengeksklusi faktor-faktor lain, termasuk obesitas dan hipertensi berat, peneliti menyimpulkan bahwa hipertensi esensial di usia remaja dapat meningkatkan risiko end-stage renal disease sebanyak 2 kali lipat. Pada analisis multivariat, kondisi hipertensi berat, overweight, dan obesitas tidak mengubah risiko end-stage renal disease.[2]

Faktor prediktor primer pada studi tersebut adalah diagnosis hipertensi esensial saat periode wajib militer. Pasien dengan hipertensi sekunder dieksklusi dari studi ini. Luaran primer penelitian yang diamati adalah end-stage renal disease selama periode tahun 1990‒2014.[2]

Hasil studi di atas memang menunjukkan bahwa hipertensi adolesens berhubungan dengan peningkatan risiko end-stage renal disease di masa yang akan datang, tetapi belum dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah penyebab satu-satunya. Keterbatasan studi adalah tidak ada data mengenai tekanan darah selama periode follow-up, sehingga tidak diketahui apakah ada peningkatan tekanan darah drastis yang dapat mempengaruhi risiko end-stage renal disease.[2]

Studi terdahulu, pada tahun 2011, melaporkan bahwa diagnosis hipertensi pada usia paruh baya hanya mengubah sedikit hubungan antara hipertensi remaja dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskular. Studi ini menunjukkan peran hipertensi remaja yang lebih signifikan dalam menimbulkan komplikasi.[14]

Kesimpulan

Studi dengan populasi tertentu mendapatkan hubungan bermakna antara hipertensi pada remaja dengan peningkatan risiko gagal ginjal atau end-stage renal disease. Walaupun skrining dan pemeriksaan rutin tekanan darah pada remaja seringkali kurang mendapat perhatian daripada pasien dewasa dan lanjut usia, tetapi Guideline American Academy of Pediatrics 2017 menganjurkan pemeriksaan tekanan darah dilakukan secara rutin per tahun atau setiap kali kunjungan ke dokter, terutama bila ditemukan faktor risiko seperti obesitas.

Pemeriksaan tekanan darah di rumah atau di fasilitas lain selain tempat pelayanan kesehatan juga dianjurkan untuk menghindari fenomena hypertension white-coat. Menurunkan prevalensi hipertensi pada remaja merupakan target dari program healthy people 2020 (HDS-5.2). Strategi yang dapat dilakukan adalah melalui modifikasi pola hidup, di antaranya dengan membatasi asupan makanan bernatrium tinggi dan meningkatkan aktivitas fisik.

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi