Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga untuk Menghadapi Varian Omicron

Oleh :
dr. Hendra Gunawan SpPD

Vaksinasi COVID-19 dosis ketiga merupakan upaya para pakar kesehatan untuk mencapai kekebalan lebih tinggi terhadap virus SARS-CoV-2 varian delta dan omicron. Sejak ditemukan pada Desember 2021, pada awal 2022, kasus varian omicron telah menyumbang >95% kasus di Amerika Serikat, dan telah menjadi varian yang dominan di negara di dunia. Artikel ini akan membahas mengenai studi yang melaporkan efek imunitas dari vaksinasi 3 dosis terhadap infeksi COVID-19, terutama varian omicron.[1-4]

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

COVID-19 Varian Omicron

Sejak COVID-19 ditetapkan menjadi pandemi oleh WHO pada tahun 2020, berbagai mutasi virus SARS-CoV-2 telah ditemukan. Salah satu varian yang menjadi masalah global saat ini adalah B.1.1.529 atau lazim disebut varian omicron. Analisis dengan genome sequencing melaporkan lebih dari 30 mutasi yang ditemukan pada varian ini.[1,2,5]

Hingga saat ini, tidak banyak informasi berbasis bukti ilmiah yang diketahui mengenai varian tersebut mengingat saat ini banyak dilakukan studi untuk mengetahui berbagai karakteristik varian tersebut. Oleh karena kondisi ini, diperlukan sebagai dasar kebijakan pelaksanaan vaksinasi untuk memutus rantai penularan COVID-19, dengan harapan pandemi dapat diakhiri secepat mungkin.[1,2]

Vaksinasi COVID19 Dosis Ketiga untuk Menghadapi Varian Omicron-min

Konsep Pemberian Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga

Konsep vaksinasi COVID-19 dosis ketiga dimulai dari temuan Spitzer et al yang melaporkan bahwa kadar antibodi terhadap COVID-19 menurun setelah 6 bulan pasca suntikan vaksin mRNA kedua.  Dalam temuan tersebut, dilaporkan bahwa insidensi infeksi SARS-CoV-2 dapat diturunkan dari 116/100.000 person-days menjadi 12,8/100.000 person-days setelah dilakukan vaksinasi dosis ketiga (HR 0,07; 95%IK: 0,02-0,2). Akan tetapi, penelitian ini kurang memiliki bukti yang kuat untuk mengetahui apakah vaksin booster dapat mencegah infeksi berat yang memerlukan rawat inap atau kematian.[6]

Penelitian lain oleh Nordstrom et al melaporkan bahwa vaksinasi secara heterologous (mix and match) ChAdOx-1 (vaksin AstraZeneca) dengan vaksin berbasis mRNA, baik mRNA-1273 (vaksin Moderna) atau BNT162b2 (vaksin Pfizer) memiliki efektivitas 68% (95%IK: 61-74%, p<0,001). Efektivitas ini lebih baik daripada vaksinasi ChAdOx-1 homologous yang memiliki efektivitas 50% (95%IK:48-58, p<0,001).[8]

Istilah Booster Vaksin COVID-19

Mengingat saat ini pandemi belum berakhir, maka terminologi booster untuk pemberian vaksin COVID-19 dosis ketiga masih belum dapat dipastikan, karena mungkin akan dilakukan vaksin keempat sebagai booster selanjutnya. Namun, sebagai pemahaman dasar, istilah dosis ketiga atau booster digunakan untuk tindakan mengenalkan antigen sehingga produksi antibodi netralisasi terhadap virus SARS-CoV-2 dapat dipertahankan dalam konsentrasi tinggi.[7]

Penelitian Mengenai Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan hipotesis efek vaksinasi 3 dosis terhadap efikasi, keamanan, maupun imunogenisitas terhadap varian COVID-19, terutama varian omicron.

Penelitian Mengukur Imunogenisitas dan Efek Samping

Munro et al melakukan penelitian COV-BOOST yang bertujuan untuk menilai imunogenisitas pasca pemberian vaksin dosis ketiga (booster) secara acak. Berbagai jenis vaksin digunakan dosis ketiga, termasuk NVX-Cov2373 (Novavax), mRNA-1273 (Moderna), VLA-2001 (Valneva), CVnCov (CureCov), BNT162b2 (Pfizer), ChAdOx-1 (AstraZeneca), dan Ad26.CoV2.S (Janssen). Sedangkan kelompok kontrol mendapatkan vaksin meningokokus quadrivalent MenACWY.[9]

Subjek berjumlah 2.878 orang yang telah mendapatkan dua dosis vaksin ChAdOx-1 atau BNT162b2. Dari penelitian ini didapatkan kombinasi yang imunogenik, yaitu:

  • Dosis ketiga dengan vaksin Moderna pada subyek yang telah mendapatkan dua dosis vaksin AstraZeneca (IgG Geometric Mean Rate (GMR) 32,3 (24,8−42,0))
  • Dosis ketiga dengan vaksin Moderna pada subyek yang telah mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer (IgG GMR 11,5 (9,1−14,1))
  • Dosis ketiga dengan vaksin AstraZeneca pada subyek yang telah mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer (Cellular Response 2,6 (1,6−4,0))
  • Dosis ketiga dengan vaksin Janssen pada subyek yang telah mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer (Cellular Response 2,8(1,5−5,3)) [9]

Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang paling sering didapatkan adalah nyeri dan fatigue. Keluhan efek samping ini lebih banyak dilaporkan oleh subjek dewasa muda (30−69 tahun) daripada lansia (>70 tahun).[9]

Penelitian Mengukur Efikasi

Secara klinis, Accorsi et al meneliti secara kasus-kontrol mengenai efikasi pemberian 3 dosis vaksin berbasis mRNA terhadap COVID-19 yang didiagnosis dalam waktu 6 bulan sejak pemberian dosis terakhir. Penelitian ini mencari hubungan antara penerimaan 3 dosis vaksin Pfizer atau Moderna dengan infeksi virus SARS-CoV-2 yang bergejala, dikelompokkan berdasarkan varian omicron dan varian delta.[10]

Secara keseluruhan, telah diteliti 23.391 pasien terkonfirmasi COVID-19 (13.098 omicron dan 10.293 delta) serta 46.764 pasien dengan gejala tetapi negatif tes PCR sebagai kontrol. Rata-rata usia adalah 40,3 tahun.[10]

Penelitian ini melaporkan bahwa diagnosis COVID-19 paling rendah didapatkan pada kelompok yang telah mendapatkan 3 dosis vaksin (18,6% kasus omicron dan 6,6% kasus delta), jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat vaksin 2 dosis (55,3% kasus omicron, 44,4% kasus delta) dan tidak mendapatkan vaksinasi (26% kasus omicron, 49,0% kasus delta).[10]

Lebih lanjut, perbandingan angka aOR paling tinggi didapatkan antara subjek yang mendapatkan 3 dosis dibandingkan tidak mendapatkan vaksinasi pada kasus omicron (aOR: 0,33 (95%IK: 0,31-0,35)), dan pada kasus delta (aOR: 0,065 (95%IK: 0,059-0,071)).[10]

Penelitian Virologi Mengukur Neutralizing Immunity

Secara virologi, efektivitas vaksinasi terhadap virus SARS-CoV-2 varian omicron diduga berasal dari cross-neutralization karena mutasi dari virus ini cukup banyak. Penelitian oleh Garcia-Beltran et al melaporkan bahwa cross-neutralization terhadap varian Omicron didapatkan lebih tinggi pada individu yang mendapatkan 3 dosis vaksin berbasis mRNA.[11]

Penelitian ini mengukur neutralizing immunity dalam serum pada 88 subjek yang menerima vaksin Moderna, 111 subjek penerima vaksin Pfizer, dan 40 subjek penerima vaksin Janssen terhadap virus SARS-CoV-2 tipe liar, varian delta, dan varian omicron. Penelitian memasukan subjek yang telah menerima 2 dosis <3 bulan, 2 dosis 6−12 bulan), dan 3 dosis (booster).[11]

Penelitian ini sepertinya memperlihatkan pentingnya dosis ketiga vaksin COVID-19 mRNA untuk memperluas respons antibodi penetralisir terhadap varian virus SARS-CoV-2. Namun, studi ini merupakan studi in vivo, sedangkan pada populasi besar terjadi peningkatan infeksi, terutama infeksi berat yang memerlukan rawat inap dan kematian.[11]

Kesimpulan

COVID-19 masih merupakan masalah kesehatan global, bahkan berbagai mutasi virus telah ditemukan, seperti varian omicron yang telah diteliti memiliki lebih dari 30 titik mutasi. Pada negara yang telah melakukan vaksinasi dosis 2 kali, kekebalan terhadap COVID-19 ditemukan menurun dalam waktu 6 bulan pasca pemberian suntikan terakhir.

Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah diperlukan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga. Bukti ilmiah telah melaporkan bahwa vaksinasi dosis ketiga dapat lebih menurunkan morbiditas terhadap berbagai varian virus SARS-CoV-2, termasuk omicron, jika dibandingkan dengan vaksinasi dua kali atau tanpa vaksinasi. Namun, banyak dari penelitian ini underpowered untuk menilai apakah vaksin dosis ketiga secara signifikan akan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Keunggulan vaksin dosis ketiga dinilai baik dari sisi imunologis maupun sisi klinis, sedangkan efek samping suntikan ketiga yang banyak dilaporkan adalah nyeri dan fatigue. Hingga saat ini, belum ditemukan regimen atau pilihan vaksinasi dosis ketiga yang lebih superior lain. Mengingat kecepatan program vaksinasi dan ketersediaan vaksin di setiap negara berbeda-beda, maka saat ini direkomendasikan untuk mengikuti vaksinasi dosis ketiga sesuai anjuran.

Yang terpenting saat ini adalah penelitian lanjutan dengan durasi observasi yang lebih lama untuk mengetahui efek samping jangka panjang pemberian vaksin COVID-19. Serta penelitian untuk mengkonfirmasi efektivitas vaksinasi dosis ketiga di populasi/dunia nyata dalam menurunkan infeksi berat, baik yang memerlukan perawatan rumah sakit maupun menyebabkan kematian.

Saat ini vaksin bivalen untuk beberapa varian COVID-19 juga telah dikembangkan dan digunakan di beberapa negara.

Referensi