Vaksin Booster untuk Varian COVID-19: Perlu atau Tidak

Oleh :
dr.Krisandryka

Perlu tidaknya pemberian vaksin booster untuk varian COVID-19 masih menjadi suatu perdebatan. Pada 31 Agustus 2022, FDA memberikan Emergency Use Authorization untuk vaksin booster bivalen khusus varian Omicron BA.4 dan BA.5, yang diproduksi Pfizer dan Moderna. Namun, beberapa ahli penyakit infeksi meragukan penggunaan vaksin bivalen ini karena belum melewati uji klinis yang adekuat pada manusia.[1,2]

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Varian COVID-19 Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November 2021. Varian ini kemudian berkembang menjadi varian dominan di berbagai negara secara cepat. Studi imunologi awal menunjukkan adanya immune evasion oleh varian Omicron dan penurunan netralisasi oleh vaksin bila dibandingkan varian sebelumnya. Hal ini memunculkan perdebatan tentang perlu tidaknya pemberian vaksin booster yang spesifik untuk varian Omicron.[1,2]

Pengembangan Vaksin Booster untuk Varian COVID-19

Pada awal tahun 2022, beberapa produsen vaksin mengajukan vaksin booster bivalen yang menarget varian Omicron BA.1 kepada FDA. Varian tersebut merupakan varian Omicron yang dominan sebelumnya. Namun, FDA meminta pengembangan vaksin bivalen yang mencakup komponen Omicron BA.4 dan BA.5, yang merupakan varian Omicron yang lebih baru.[2]

3d,Illustration,Bivalent,Covid-19,Vaccine,Vial,And,Syringe

Para produsen vaksin akhirnya mengembangkan vaksin booster bivalen untuk Omicron BA.4 dan BA.5. Vaksin bivalen buatan Pfizer dan Moderna yang memiliki komponen untuk original strain SARS-CoV-2 dan komponen untuk varian BA.4 dan BA.5 akhirnya mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari FDA di bulan Agustus 2022.[2]

Vaksin bivalen Moderna disetujui sebagai dosis booster tunggal pada individu berusia >6 tahun, yang diberikan minimal 2 bulan setelah vaksinasi primer atau setelah dosis booster vaksin monovalen. Sementara itu, vaksin bivalen Pfizer disetujui sebagai dosis booster tunggal pada individu berusia >5 tahun, yang diberikan minimal 2 bulan setelah vaksinasi primer atau setelah dosis booster vaksin monovalen.[3,4]

Pro dan Kontra Pemberian Vaksin Booster untuk Varian COVID-19

Efektivitas vaksin booster bivalen untuk varian BA.4 dan BA.5 belum dapat dipastikan karena data uji klinisnya masih terbatas. Vaksin bivalen yang sebelumnya dibuat untuk varian BA.1 dilaporkan bisa meningkatkan antibodi netralisasi terhadap Omicron. Akan tetapi, pengaruh peningkatan antibodi ini terhadap luaran klinis yang penting seperti angka hospitalisasi, angka penggunaan ventilasi mekanik, dan mortalitas belum bisa diketahui dengan pasti.[5]

Beberapa ahli memperkirakan bahwa vaksin booster COVID-19 perlu dikembangkan sesuai varian yang dominan tiap tahunnya, seperti pengembangan vaksin influenza. Namun, beberapa ahli lain juga memperkirakan bahwa pemberian vaksin COVID-19 berulang tiap tahun atau tiap beberapa bulan akan menjadi suatu kesulitan, terutama karena COVID-19 belum dapat diprediksi seperti virus influenza.[5]

Untuk saat ini, vaksin primer dan booster monovalen dinilai sudah cukup efektif untuk mengurangi risiko COVID-19 yang parah dan kematian. Efektivitas ini juga dilaporkan oleh studi-studi yang mempelajari varian COVID-19 yang lebih baru. Contohnya, hasil studi oleh Pedersen, et al. terhadap sampel serum 20 orang imunokompeten yang mendapatkan 2 dosis vaksin primer Pfizer dan 1 dosis booster monovalen menunjukkan bahwa vaksin berhasil menetralisasi BA.1 dan BA.2 dengan nilai titer serupa.[5,6]

Namun, uji klinis oleh Chalkias, et al. yang membandingkan efektivitas vaksin booster monovalen dan vaksin booster bivalen BA.1 pada pasien yang telah mendapatkan 2 dosis vaksin primer dan 1 dosis booster monovalen melaporkan bahwa vaksin booster bivalen BA.1 menghasilkan antibodi netralisasi terhadap Omicron yang lebih superior daripada vaksin monovalen.[7]

Analisis oleh Fang, et al. menyatakan bahwa baik vaksin booster monovalen untuk original strain maupun booster bivalen sama-sama bisa meningkatkan respons antibodi terhadap Omicron BA.2, BA.2.12.1, BA.2.75, BA.4, dan BA.5. Namun, varian booster yang lebih serupa secara antigenik dengan varian yang sedang dominan memberikan efek yang lebih baik daripada vaksin booster monovalen original strain.[8]

Sasaran Vaksin Booster untuk Varian COVID-19

Sasaran atau target pemberian vaksin booster bivalen BA.4 dan BA.5 belum diketahui dengan pasti karena masih terbatasnya data klinis. Namun, beberapa literatur menduga bahwa populasi yang berisiko mengalami COVID-19 parah mungkin dapat dijadikan sasaran pemberian vaksin booster varian yang lebih baru.[9]

Studi kohort prospektif Agrawal, et al. terhadap 30 juta sampel di Inggris menemukan bahwa pemberian vaksin booster monovalen original strain memang dapat mengurangi kejadian COVID-19 yang parah. Namun, beberapa populasi tertentu tetap memiliki risiko tinggi meskipun sudah menerima dosis booster, yakni populasi lansia (≥80 tahun), orang dengan ≥5 komorbiditas, orang yang menggunakan imunosupresan, dan orang dengan gagal ginjal kronis stage 5.[9]

Studi tersebut menyarankan agar populasi-populasi tersebut diprioritaskan untuk bisa mendapatkan booster tambahan, termasuk booster varian terbaru. Namun, untuk dapat mengonfirmasi anjuran ini, studi klinis yang langsung mempelajari manfaat klinis vaksin booster bivalen terhadap populasi-populasi tersebut masih diperlukan.[9]

Kesimpulan

Ada 2 vaksin COVID-19 booster terbaru yang mendapat EUA dari FDA, yakni vaksin bivalen produksi Moderna dan Pfizer. Vaksin bivalen ini mengandung komponen untuk original strain yang pertama kali muncul di Cina dan komponen untuk varian Omicron BA.4 dan BA.5 yang lebih baru.

Saat ini, manfaat klinis 2 vaksin booster tersebut belum dapat dipastikan karena masih terbatasnya data uji klinis. Menurut studi, vaksin booster monovalen untuk original strain maupun vaksin booster bivalen sama-sama meningkatkan respons antibodi terhadap berbagai varian Omicron. Namun, varian booster yang lebih serupa secara antigenik dengan varian yang penyebarannya sedang dominan memang memberikan respons antibodi yang lebih baik daripada vaksin booster monovalen original strain.

Uji klinis lebih lanjut di masa depan masih diperlukan untuk memastikan apakah peningkatan respons antibodi yang dihasilkan oleh vaksin booster bivalen memberikan manfaat klinis yang bermakna, misalnya penurunan angka hospitalisasi, angka rawat inap di ICU, angka penggunaan ventilasi mekanik, serta angka kematian. Ada tidaknya efek samping dari pemberian vaksin COVID-19 berulang juga perlu dipelajari.

Pemberian vaksin berulang tiap tahun atau tiap beberapa bulan tentunya akan menjadi tantangan, terutama di negara dengan sumber daya terbatas. Bila vaksin booster varian COVID-19 ini diberikan, beberapa literatur memperkirakan bahwa populasi yang perlu diprioritaskan adalah lansia (≥80 tahun), orang dengan ≥5 komorbiditas, orang yang mengonsumsi imunosupresan, dan orang dengan gagal ginjal kronis stage 5.

Referensi