Keamanan dan Efikasi dari Vaksin Covid-19 Novavax

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

Safety and efficacy of NVX-CoV2373 Covid-19 Vaccine 

Heath PT, Galiza EP, Baxter DN, Boffito M, Browne D, Burns F, et al. Safety and efficacy of NVX-Cov2373 COVID-19 vaccine. NEJM. 2021. DOI: 10.1056/NEJMoa2107659

Abstrak

Latar Belakang: Data klinis awal dari studi vaksin NVX-CoV 2373 (Novavax) menunjukkan penggunaannya aman dan dapat memberikan respon imun yang kuat pada peserta dewasa yang sehat. Vaksin Novavax merupakan vaksin rekombinan nanopartikel yang mengandung glikoprotein lonjakan dari strain prototipe dan adjuvan matrix-M, untuk melawan virus SARS-CoV-2.  Data tambahan yang diperlukan terkait efikasi, imunogenisitas, dan keamanan dari vaksin ini pada populasi yang lebih besar.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis acak fase ketiga, observer blinded, dan placebo-controlled yang dilakukan di 33 tempat di Inggris. Peneliti merekrut subjek dewasa yang berusia 18–84 tahun, dengan rasio 1:1. Subjek mendapatkan 2 dosis suntikan intramuskular, kelompok perlakuan mendapatkan 5 µg vaksin Novavax sedangkan kelompok kontrol mendapat plasebo. Selang pemberian kedua dosis adalah 21 hari.

Luaran klinis primer yang dinilai adalah adanya COVID-19 yang terkonfirmasi, baik derajat ringan, sedang, atau berat. Onset infeksi minimal pada hari ke-7 setelah penyuntikan dosis kedua, pada pasien yang memiliki serologi negatif saat baseline.

Hasil: total 15.187 partisipan menjalani pengacakan, dan 14.039 dimasukkan ke dalam populasi efikasi per protokol.  Dari total subjek, 27,9% berusia 65 tahun ke atas, dan 44,6% memiliki riwayat penyakit komorbid. Kejadian COVID-19 dilaporkan pada 10 subjek di kelompok vaksin dan 96 subjek pada kelompok plasebo, dengan onset keluhan minimal 7 hari setelah injeksi kedua.

Efikasi vaksin Novavax didapatkan sebesar 89,7% (95% CI; 80,2–94,6%). Tidak ada rawat inap atau kematian yang dilaporkan di antara 10 kasus COVID-19 pada kelompok vaksin. Sedangkan pada kelompok plasebo, terdapat 5 kasus dengan gejala berat.

Analisis post hoc menunjukkan efikasi vaksin Novavax sebesar 86,3% (95% CI 71,3−93,5%) melawan varian alpha (B.1.1.7), dan 96,4% (95% CI 73,8 – 99,5%) melawan varian lain (non B.1.1.7). Reaksi vaksin pada partisipan secara umum bersifat ringan dan sementara. Insidensi kejadian efek samping yang serius jarang terjadi pada kedua kelompok.

Kesimpulan: Pemberian dua dosis regimen vaksin NVX-CoV2373 (Novovax) pada dewasa dapat memberikan proteksi sebesar 89,7% terhadap COVID-19, dan memperlihatkan efikasi tinggi melawan virus SARS-CoV-2 varian alfa.

Keamanan dan Efikasi dari Vaksin Covid19 Novavax-min

Ulasan Alomedika

Salah satu upaya untuk mengendalikan pandemi COVID-19 adalah pemberian vaksin yang aman dan efektif dalam melawan virus SARS-CoV-2. Uji klinis fase 1-2 vaksin NVX-Cov2373 (Novavax) telah dilakukan dan memberikan hasil vaksin ini aman dan efektif untuk orang dewasa yang sehat. Uji klinis fase 3 ini bertujuan untuk mengevaluasi efikasi, imunogenisitas, dan keamanan vaksin Novavax pada individu berusia 18-84 tahun, dengan jumlah subjek lebih banyak dan luas Penelitian ini dilakukan selama periode varian alfa (B.1.1.7) mulai menyebar luas.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji acak klinis fase 3, observer-blinded, dan placebo controlled. Penelitian dilakukan di 33 tempat di Inggris, yang melibatkan 15.187 subjek. Kriteria inklusi penelitian ini adalah laki-laki dan wanita tidak hamil, yang berusia 18−84 tahun, sehat, atau memiliki kondisi medis kronik yang stabil.

Kondisi medis kronik termasuk penderita HIV yang telah mendapat terapi antivirus, dan penyakit jantung paru, seperti gagal jantung, penyakit jantung koroner, kardiomiopati, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, fibrosis kistik, dan hipertensi pulmonal. Kriteria eksklusi adalah riwayat menderita COVID-19, sedang dalam pemberian terapi imunosupresi, atau terdiagnosis mengalami imunodefisiensi.

Pengacakan dilakukan dengan rasio 1:1, di mana subjek dengan kriteria yang sama akan masuk ke dalam kelompok vaksin yang mendapat 2 dosis 5 µg vaksin atau kelompok plasebo yang mendapat 2 dosis normal saline. Pemberian dosis keuda dengan selang waktu 21 hari. Penelitian menggunakan observer-blinded, sehingga panitia yang menyiapkan logistik dan persiapan vaksin tidak diikutsertakan dalam penilaian dan tidak memiliki kontak dengan peserta penelitian. Hal ini dapat meningkatkan validitas penelitian.

Luaran klinis primer yang dinilai pada penelitian ini adalah keamanan vaksin, yaitu efek samping lokal dan sistemik yang dirasakan setelah mendapatkan minimal satu dosis vaksin atau plasebo. Data dikumpulkan melalui electronic diary yang dicatat hingga 7 hari setelah penyuntikan pertama dan kedua.

Luaran klinis primer yang juga diukur adalah efektivitas vaksin terhadap infeksi virus SARS-CoV-2, baik bergejala ringan, sedang, atau berat. Gejala COVID-19 didefinisikan sesuai kriteria dari Food and Drug Administration (FDA), kemudian dikonfirmasi secara virologis. Onset gejala setidaknya 7 hari setelah dosis kedua di antara peserta yang memiliki seronegatif pada awal uji klinis.

Sedangkan hasil analisis sub kelompok bersama data imunogenisitas dari uji klinis tidak dituliskan pada artikel ini.

Ulasan Hasil Penelitian

Total 15,187 subjek menjalani pengacakan, dimana 15,139 subjek mendapatkan setidaknya 1 dosis vaksin (7.569 subjek) atau plasebo (7.570 subjek). Namun, hanya 14.039 subjek yang mendapatkan dosis lengkap sebanyak dua kali dan masuk ke dalam kriteria populasi efikasi per protokol (7.020 subjek mendapat vaksin dan 7.019 subjek mendapat plasebo.

Hasil Efek Samping Vaksin

Reaksi efek samping lokal lebih banyak dialami pada kelompok vaksin daripada kelompok plasebo, setelah dosis pertama (57,6% vs 17,9%) dan dosis kedua (79,6% vs 16,4%). Reaksi efek samping lokal yang paling sering adalah nyeri dan bengkak pada lokasi suntik, yang lebih sering dilaporkan pada usia dewasa 16−64 tahun daripada geriatri usia ≥ 65 tahun.

Reaksi efek samping sistemik juga lebih sering dilaporkan pada kelompok vaksin dibandingkan kelompok plasebo, setelah dosis pertama (45,7% vs 36,3%) dan dosis kedua (64,0% vs 30,0%). Di antara kelompok vaksin, reaksi sistemik yang paling banyak dikeluhkan adalah nyeri kepala, nyeri otot, dan fatigue, dengan rerata durasi 1,6−1,8 hari setelah dosis pertama dan 1,8−2 hari setelah dosis kedua.Demam ≥38 oC dilaporkan terjadi 2% setelah dosis pertama dan 4,8% setelah dosis kedua. Demam tinggi >40oC hanya dilaporkan terjadi pada 1 peserta setelah dosis pertama dan 1 peserta setelah dosis kedua.

Hasil Efikasi Vaksin

Di antara 14,039 subjek populasi per protokol, kasus COVID-19 yang terkonfirmasi setidaknya 7 hari pasca dosis kedua, terjadi pada 10 subjek di kelompok vaksin (6,53 per 1000 orang/tahun), dan 96 subjek di kelompok plasebo (63,43 per 1000 orang/tahun). Pasien terkonfirmasi simptomatik, baik derajat ringan, sedang, maupun berat, di mana derajat berat hanya terjadi pada kelompok plasebo.

Dari 10 pasien COVID-19 di kelompok vaksin, 8 orang disebabkan varian alfa (B.1.1.7), 1 orang oleh varian non B.1.1.7, dan 1 orang oleh strain virus yang tidak dapat diidentifikasi. Penelitian ini mendapatkan efikasi vaksin sebesar 89,7% melawan virus varian alfa dan 96,4% melawan virus varian non B.1.1.7.

Hasil Imunogenisitas Vaksin

Data imunogenisitas dari uji klinik saat ini tidak dilaporkan pada artikel.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan jumlah subjek yang besar dan dilakukan pada daerah yang luas, sehingga karakteristik subjek bervariasi dan dapat digeneralisasi. Metode penelitian yang digunakan dengan randomisasi, blinding, dan melakukan dua analisis (per protocol dan intention to treat), sehingga meningkatkan validitas penelitian. Hasil penelitian juga dapat langsung diaplikasikan dalam pelayananan klinis.

Kekurangan Penelitian

Efek samping yang diobservasi selama penelitian masih dilaporkan hanya dalam waktu yang singkat, yaitu rerata tiga bulan pasca dosis kedua. Sehingga, penelitian ini belum dapat mengeksklusi kejadian efek samping jangka panjang yang mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, follow up masih terus dilakukan. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan lain, yaitu kurangnya data sequencing dari isolate virus yang membuktikan adanya varian B.1.1.7.

Karakteristik demografi pada penelitian ini juga sebagian besar hanya mencakup ras kulit putih, yaitu 94,5%. Meskipun demikian, didapatkan ada sekitar 2,9% ras Asia, dan 0,4% ras kulit hitam.

Aplikasi Penelitian di Indonesia

Berdasarkan penelitian ini, efikasi vaksin novavax dalam mencegah COVID-19 pada dewasa adalah sebesar 89,7% terhadap virus varian alfa (B.1.1.7), dan 96,4% terhadap virus varian non B.1.1.7. Vaksin novavax diberikan dengan dosis 5 µg sebanyak dua kali, dengan selang waktu pemberian 21 hari. Reaksi efek samping yang dilaporkan adalah reaksi lokal, seperti bengkak dan nyeri pada bekas suntikan, serta reaksi sistemik, seperti nyeri kepala, demam, fatigue, dan myalgia.

Vaksin novavax dapat diberikan sebagai pilihan vaksin untuk melawan infeksi virus SARS-CoV-2, karena terbukti memiliki keamanan yang efikasi yang cukup tinggi. Vaksin Novavax ini dianjurkan untuk masyarakat dewasa dengan usia 16 – 84 tahun. Meskipun demikian, keamanan dan efikasi vaksin Novavax khususnya pada populasi ras Asia perlu penelitian lebih lanjut.

Referensi