Trombosis Vena Serebri dan Trombosis Vena Porta Pasca COVID-19 - Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
Sunita

Cerebral venous thrombosis and portal vein thrombosis: a retrospective cohort study of 537,913 COVID-19 cases

Tarquet M, Husain M, Geddes JR, et al. Cerebral venous thrombosis and portal vein thrombosis: A retrospective cohort study of 537,913 COVID-19 cases. EClinicalMedicine. 2021 Sep;39:101061. doi: 10.1016/j.eclinm.2021.101061

Abstrak

Tujuan: Untuk memperkirakan risiko absolut trombosis vena serebri (TVS) dan trombosis vena porta (TVP) dalam dua minggu setelah didiagnosis COVID-19, serta untuk menilai risiko relatifnya dibandingkan dengan influenza atau pemberian vaksin COVID-19 mRNA.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Metodologi: Studi kohort retrospektif pada jaringan rekam medis elektronik.

Setting: Rekam medis yang terkait antara fasilitas pelayanan kesehatan primer dan sekunder di 59 organisasi pelayanan kesehatan, terutama di Amerika Serikat.

Subjek penelitian: Semua pasien yang terkonfirmasi dengan diagnosis COVID-19 antara 20 Januari 2020–25 Maret 2021 diikutsertakan ke dalam penelitian (n=537.913, rata-rata [SD] usia: 46,2 [21,4] tahun; 54,9% wanita). Pasangan kohort (dipasangkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan suku) dari subjek penelitian adalah pasien yang didiagnosis dengan influenza (n=392.424) atau mendapatkan BNT162b2 (vaksin COVID-19 Pfizer) atau vaksin mRNA-1273 (vaksin COVID-19 Moderna) (n=366.869).

Ukuran Luaran Utama: Diagnosis TVS (kode ICD-10 167.6) atau TVP (kode ICD-10 181) dalam 2 minggu setelah didiagnosis COVID-19.

Hasil: Insidensi TVS setelah diagnosis COVID-19 adalah 42,8 per juta orang (95% IK 28,5-64,2) termasuk 35,2 per juta (95% IK 22,6-55,2) saat diagnosis pertama. Hasil tersebut secara signifikan lebih tinggi daripada insidensi TVS dalam kohort berpasangan dari pasien dengan influenza (RR=3,83, 95% CI 1,56–9,41, P<0,001) dan subjek yang menerima vaksin mRNA (RR=6,67, 95% IK 1,98–22,43, P<0,001). Insidensi TVP setelah diagnosis COVID-19 mencapai 392,3 per juta orang (95% IK 342,8–448,9) termasuk 175,0 per juta  (95% CI 143.0–214.1) saat diagnosis pertama. Hasil tersebut secara signifikan lebih tinggi daripada insidensi TVP pada kohort berpasangan dari pasien influenza (RR=1,39, 95% IK 1,06–1,83, P=0,02) dan subjek yang menerima vaksin mRNA (RR=7,40, 95% IK 4,87–11,24, P<0,001). Mortalitas setelah TVS dan TVP adalah 17,4% dan 19,9% secara berturut-turut.

Kesimpulan: Insidensi TVS dan TVP meningkat secara bermakna setelah adanya COVID-19. Data ini menandai risiko kejadian trombosis yang serius pada COVID-19 dan membantu mengontekstualisasikan risiko dan keuntungan vaksinasi dalam hal ini.

shutterstock_1649360275-min

Ulasan Alomedika

Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menilai risiko absolut dari TVS dan TVP dalam dua minggu pertama setelah pasien didiagnosis COVID-19. Hal ini didasari adanya kekhawatiran mengenai kemungkinan keterkaitan vaksin COVID-19, terutama vaksin ChAdOx1 nCoV-19 (vaksin COVID-19 AstraZeneca) dan vaksin Ad26.COV2.S (vaksin COVID-19 Janssen), dengan kejadian TVS.

Dari data yang ada, kemungkinan TVS dan TVP setelah vaksinasi COVID-19 dikaitkan dengan trombositopenia trombotik imbas vaksin. Analisis risiko dan keuntungan lebih lanjut dari keterkaitan tersebut menyebabkan penggunaan kedua vaksin tersebut diatur dan dibatasi terhadap populasi tertentu. Namun, risiko absolut kejadian TVS pada pasien setelah diagnosis COVID-19 ditegakkan masih belum diketahui. Kejadian TVS pasca COVID-19 masih terbatas pada beberapa laporan kasus dan beberapa studi kohort yang hanya meneliti pasien yang dirawat di rumah sakit, dengan terdapat bukti adanya bias seleksi, kepastian, dan pelaporan.

Ulasan Hasil Penelitian

Luaran utama dari studi ini adalah risiko absolut TVS dan TVP pada pasien yang didiagnosis COVID-19 dalam dua minggu pertama, dengan evaluasi yang dilakukan bersamaan dengan kohort pasangannya yang telah disesuaikan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan suku. Analisis sekunder juga dilakukan, yang mencakup penilaian risiko absolut TVS dan TVP dengan mengeksklusi pasien yang sebelumnya pernah didiagnosis TVS atau TVP.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah desain studi kohort, yang merupakan desain terbaik untuk mencapai tujuan penelitian. Selain itu, studi ini menggunakan jaringan rekam medis elektronik dari 59 organisasi pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, sehingga memungkinkan untuk mengikutsertakan pasien dalam jumlah yang besar serta mencakup pasien yang dirawat di rumah sakit dan yang tidak dirawat di rumah sakit.

Penilaian kejadian TVS dilakukan pada kedua kelompok tersebut sehingga risiko bias seleksi dalam pemilihan subjek penelitian dapat terhindar. Jumlah pasien yang diikutsertakan dalam studi ini juga cukup besar, dengan menggunakan perbandingan pasien yang didiagnosis influenza dan menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca dan vaksin COVID-19 Janssen.

Penggunaan pasangan kohort ini penting untuk dapat mengestimasi risiko absolut TVS dan TVP pada COVID-19. Penggunaan pasangan kohort yang telah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan suku yang telah diketahui memengaruhi luaran penelitian (risiko trombosis) juga menjadi kekuatan hasil studi ini. Analisis sekunder dilakukan dengan mengeksklusi pasien yang sebelumnya pernah menderita TVS atau TVP, sehingga menghilangkan kemungkinan bias dalam menilai TVS dan TVP akibat penyebab lain.

Limitasi Penelitian

Keterbatasan penelitian ini antara lain pemilihan pasangan kohort yang tidak mempertimbangkan komorbiditas yang ada pada pasien yang dapat berkontribusi pada kejadian trombosis yang dinilai sebagai luaran dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini mengandalkan informasi yang didapat dari rekam medis, sehingga sangat dipengaruhi oleh sistem pelaporan dan kelengkapan laporan dalam rekam medis. Hal ini berarti bahwa masih terdapat kemungkinan riwayat insidensi TVS atau TVP yang mungkin tidak dilaporkan.

Estimasi risiko dari penelitian juga tidak dapat dinilai pada populasi yang telah menderita COVID-19 di awal masa pandemi, yang tidak terdiagnosis. Estimasi risiko relatif trombosis pada penelitian ini juga tidak mencakup pasien yang mendapatkan vaksin di luar fasilitas kesehatan karena tidak tersedianya data tersebut dalam rekam medis pasien. Sebagai tambahan, tidak tersedianya data hematologi utama dari kebanyakan pasien tidak memungkinkan peneliti untuk membandingkan mekanisme TVS pasca COVID-19 dan setelah pemberian kedua vaksin yang dinilai dalam penelitian ini.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Penelitian ini dapat diaplikasikan di Indonesia, mengingat saat ini pandemi masih berlangsung dan banyak ditemukan kejadian trombosis pada pasien yang menderita COVID-19. Meskipun demikian, perlu dilakukan penelitian serupa yang mengikutsertakan penerima vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk menilai risiko absolut maupun relatif trombosis pascavaksinasi tersebut. Hal ini disebabkan adanya perbedaan risiko trombosis antara suku pasien yang diikutsertakan dalam penelitian ini dibandingkan dengan suku populasi Indonesia, serta perbedaan prevalensi komorbiditas yang juga dapat memengaruhi luaran yang dinilai dalam penelitian ini.

Referensi