Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pungsi Arteri general_alomedika 2022-11-17T10:40:15+07:00 2022-11-17T10:40:15+07:00
Pungsi Arteri
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pungsi Arteri

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Teknik pungsi arteri memiliki tantangan tersendiri, terutama pada pasien yang tidak sadar yang umumnya memiliki denyut nadi yang sulit diidentifikasi. Selain itu, pada pasien obesitas atau edema juga menjadi salah satu tantangan dalam tindakan pungsi arteri. Tindakan pungsi arteri disarankan dilakukan oleh operator yang ahli.[3,4]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum dilakukannya tindakan pungsi arteri dibutuhkan informed consent , menentukan lokasi pungsi, dan evaluasi sirkulasi kolateral. Sebelum dilakukan tindakan pungsi arteri, pasien wajib diinformasikan terlebih dahulu mengenai risiko dan keuntungan dari tindakan yang akan dilakukan. Informasi tambahan adalah tindakan ini lebih nyeri dibandingkan pungsi vena. Setelah pasien mengerti, pasien dapat diminta persetujuan tindakan. Pada keadaan mengancam nyawa, tindakan pungsi arteri dapat dilakukan tanpa konsen tertulis.[1,3]

Menentukan Lokasi Pungsi

Pasien diminta berbaring terlebih dahulu dan operator kemudian dapat melokalisir arteri yang terpalpasi. Berikut ini merupakan beberapa lokasi yang umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri:

  • Arteri radialis: arteri radialis merupakan lokasi yang paling umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri. Lokasi ini lebih mudah diakses dan juga lebih nyaman untuk pasien. Arteri radialis dapat terpalpasi saat pergelangan tangan diekstensi dan terletak antara radius distal dan tendon flexor carpi radialis
  • Arteri brakialis: arteri brakialis dapat dipalpasi saat lengan diekstensi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan palpasi bagian medial dari tendon biseps pada fossa antecubital
  • Arteri femoralis: arteri femoralis terletak pada titik tengah ligament inguinalis yang dapat terpalpasi saat pasien berbaring dan ekstensi tungkai bawah
  • Arteri aksilaris: arteri aksilaris dapat ditemukan dengan lengan diabduksi dan rotasi eksternal dan arteri aksilaris dapat dipalpasi pada bagian aksila
  • Arteri dorsalis pedis: arteri dorsalis pedis dapat dipalpasi pada bagian lateral dari tendon extensor midfoot[1,6]

Evaluasi Sirkulasi Kolateral

Sebelum tindakan pungsi arteri, operator harus memastikan terlebih dahulu patensi sirkulasi kolateral untuk mencegah terjadinya iskemia pada distal lokasi pungsi. Arteri radialis dan dorsalis pedis merupakan lokasi yang memiliki risiko komplikasi iskemik yang lebih tinggi dikarenakan lokasi di distal. Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral lokasi pungsi.

Tes Allen modifikasi:

Tes allen modifikasi merupakan tes yang digunakan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral pada lokasi arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen modifikasi:

  1. Tangan pasien diangkat tinggi dengan tangan dikepalkan
  2. Kedua arteri radialis dan ulnaris dikompresi dengan dua jempol tangan operator yang menyebabkan penurunan aliran darah ke tangan
  3. Tangan pasien diturunkan dan kepalan tangan pasien dibuka. Pada saat ini telapak tangan pasien akan terlihat berwarna putih
  4. Tekanan pada arteri ulnaris kemudian dilepaskan dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan
  5. Operator kemudian perhatian telapak tangan pasien. Pada sirkulasi kolateral yang normal dapat ditemukan telapak tangan pasien dari putih menjadi berwarna pink selama kurang lebih 6 detik. Namun apabila telapak tangan tetap berwarna putih maka terdapat gangguan pada sirkulasi kolateral dan dapat dilakukan pungsi arteri pada lokasi lainnya

Tes Allen:

Tes allen umumnya sama dengan yang sudah dimodifikasi. Akan tetapi, pada pemeriksaan ini umumnya tindakan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu dengan melepaskan tekanan pada arteri ulnaris dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan dan sebaliknya.

Tes Allen pada arteri dorsalis pedis:

Tes Allen pada arteri dorsalis pedis umumnya hampir menyerupai pada arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen pada arteri dorsalis pedis:

  1. Tungkai bawah pasien yang akan dilakukan pemeriksaan diangkat sampai kulit telapak kaki memucat
  2. Operator kemudian menekan arteri dorsalis pedis
  3. Tungkai kemudian diturunkan
  4. Warna kaki kemudian akan kembali normal apabila aliran arteri tibialis adekuat[1,3]

Peralatan

Beberapa peralatan yang dibutuhkan pada prosedur tindakan pungsi arteri adalah sebagai berikut:

  1. Sarung tangan non steril
  2. Alat proteksi muka dan gown
  3. Cairan antiseptik kulit, seperti alkohol, povidone-iodin dan klorheksidin
  4. Syringe pre heparinisasi
  5. Jarum (18,20,21,23 gauge) dan sesuai dengan lokasi pungsi. Semakin kecil jarum maka semakin tinggi risiko spesimen lisis.
  6. Tutup jarum
  7. Kain kasa steril penutup lokasi pungsi setelah pengambilan spesimen
  8. Perban adhesive
  9. Wadah yang berisi es yang telah dihancurkan untuk transportasi spesimen ke laboratorium
  10. Kotak pengaman limbah medis tajam
  11. Lidokain (1% atau 2%) tanpa epinefrin (opsional)[1,4]

Posisi Pasien

Pasien diposisikan secara supinasi dengan posisi lengan diekstensi dan tangan supinasi pada pungsi arteri radialis atau brakialis. Pada pungsi arteri femoralis, tungkai bawah pasien dapat diekstensi. Sedangkan pada pungsi arteri aksilaris, lengan pasien dapat diabduksi dan rotasi eksternal.[1,4]

Prosedural

Prosedur tindakan pungsi arteri umumnya hampir sama antar lokasi pungsi. Berikut ini merupakan prosedur tindakan pungsi arteri:

  1. Memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas pasien
  2. Pasien diposisikan dengan posisi supinasi dan pastikan pasien dalam kondisi nyaman
  3. Tentukan lokasi arteri yang akan dilakukan tindakan
  4. Evaluasi sirkulasi kolateral dengan melakukan tes Allen. Apabila terdapat kegagalan tes maka dapat dipertimbangkan penggunaan lokasi lain
  5. Lakukan protokol kebersihan tangan, amankan lokasi, dan persiapkan peralatan yang akan digunakan. Gunakan proteksi wajah dan apron untuk mencegah eksposur darah pasien
  6. Disinfeksi lokasi yang akan dilakukan pungsi dengan 70% alkohol dan tunggu sampai kering
  7. Siapkan jarum dan syringe yang diheparinisasi. Apabila belum terdapat dalam bentuk jadi, maka dapat dilakukan secara manual dengan cara aspirasi 2mL heparin litium (1000 unit/mL) ke dalam syringe melalui jarum 22-25 gauge. Kemudian heparin ditekan keluar yang menyisakan sedikit volume heparin, yang umumnya sebanyak 2 mL, pada syringe
  8. Injeksi analgetik lokal dengan lidokain 1% atau 2% dapat diberikan, namun umumnya tidak rutin dilakukan
  9. Pegang syringe seperti anak panah
  10. Gunakan jari telunjuk untuk melokalisir denyut nadi kembali
  11. Informasikan pasien akan dilakukan pungsi
  12. Masukkan jarum sesuai dengan lokasi pungsi, yaitu sudut 45 derajat pada arteri radialis, sudut 30 derajat pada arteri brakialis, dan sudut 90 derajat pada arteri femoralis. Jarum juga harus berjarak 1 cm distal dari jari telunjuk untuk mencegah kontaminasi
  13. Masukkan jarum sampai darah terlihat mengisi syringe dengan sendirinya. Tunggu darah mengisi syringe sampai batas yang diinginkan. Jangan melakukan aspirasi. Ultrasonografi dapat membantu pada tindakan pungsi arteri yang sulit
  14. Apabila sampel darah sudah cukup, tarik jarum dan syringe dan letakkan kasa steril pada lokasi pungsi dengan ditekan sampai perdarahan berhenti. Umumnya dalam 2-3 menit perdarahan akan berhenti. Apabila lebih dari 5 menit masih perdarahan maka kemungkinan pasien memiliki tekanan darah tinggi, gangguan perdarahan, atau penggunaan antikoagulan
  15. Keluarkan udara dan gelembung pada syringe, masukkan jarum ke dalam tutup jarum, dan roll spesimen pada tangan untuk mencampurkan isi specimen
  16. Buang jarum dengan aman di tempat infeksius menggunakan satu tangan
  17. Label syringe specimen
  18. Masukkan specimen dalam wadah berisi es
  19. Buang seluruh peralatan dan alat pelindung diri pada tempatnya
  20. Buang sarung tangan dan cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan alcohol
  21. Periksa kembali lokasi pungsi untuk perdarahan. Apabila sudah tidak terjadi perdarahan maka ucapkan terima kasih pada pasien. Namun, apabila masih terjadi perdarahan berikan tekanan pada lokasi pungsi kembali
  22. Bawa sampel yang berada pada wadah berisi es ke laboratorium[1,4]

Follow up

Setelah dilakukan tindakan, klinisi harus memperhatikan tanda dan gejala yang mengarah pada komplikasi tindakan pungsi arteri.

Beberapa tanda dan gejala yang dapat menunjukkan komplikasi pada pasien seperti perdarahan aktif, nyeri, paresis, perubahan warna kulit, demam dan eritema.

Perdarahan Aktif

perdarahan aktif terus menerus dapat menunjukkan terjadinya laserasi pembuluh darah saat tindakan

Risiko Sindrom Kompartemen

Pada pasien dengan gejala nyeri, parestesia, pucat, dan hilangnya pulsasi dapat menunjukkan terjadinya hematoma yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom kompartemen.

Paresis dan Nyeri Persisten

Pasien dengan gejala paresis dan nyeri persisten dapat dipikirkan terjadinya lesi saraf pada saat tindakan

Perubahan Warna Kulit, Hilangnya Pulsasi, dan Akral Dingin

Gejala dan tanda perubahan warna kulit, hilangnya pulsasi, dan akral dingin umumnya dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya komplikasi iskemik.

Demam dan Eritema

Pasien dengan demam dan eritema pada daerah pungsi menunjukkan terjadinya komplikasi infeksi[1,3]

Referensi

1. Theodore AC, Manaker S, Finlay G. Arterial blood gases. UpToDate. 2020.
3. Danckers M, Fried ED. Arterial Blood Gas Sampling. Medscape. 2020. Tersedia pada: https://emedicine.medscape.com/article/1902703-overview#a1
4. Dhingra, N. et al. WHO guidelines on drawing blood : best practices in phlebotomy. World Health Organ. 2010;31–4.
6. Dev SP, Hillmer MD, Ferri M. Arterial puncture for blood gas analysis. N Engl J Med. 2011;364(5):e7(1).

Kontraindikasi Pungsi Arteri
Komplikasi Pungsi Arteri

Artikel Terkait

  • Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
  • Koreksi Kadar Natrium Serum pada Kondisi Hiperglikemia
    Koreksi Kadar Natrium Serum pada Kondisi Hiperglikemia
  • Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
    Manajemen Asthma-COPD Overlap yang Terbaru dari GINA 2019
  • Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
    Manfaat dan Pilihan Antibiotik Profilaksis untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik
  • Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi
    Mukolitik sebagai Terapi Preventif PPOK Eksaserbasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
21 Desember 2022
Pilihan Terapi Yang Tepat untuk Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Pilihan terapi yang tepat untuk pasien asma dan PPOK adalah kombinasi long-acting beta-2 agonist (LABA) dan inhaled corticosteroid (ICS). Termasuk...
Anonymous
01 Desember 2022
Mencegah Hipokalemia Diabetik Ketoasidosis - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Yoke, Sp.APada anak yang datang dengan diabetik ketoasidosis, bagaimana mencegah terjadinya hipokalemia pada pemberian insulin?Terimakasih sebelumnya...
Anonymous
26 Oktober 2022
Pasien lansia wanita sering sesak napas dan terasa kencang di perut bagian atas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter izin diskusi, saya pernah menemukan 2 orang pasien wanita usia 60-70 tahun dengan keluhan sering sesak tanpa nyeri epigastrium, atau sesak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.