Teknik Partograf
Teknik pencatatan partograf terbukti secara signifikan membantu dalam kelancaran persalinan dan mengurangi angka operasi sectio caesarea. Dokumentasi partograf yang tidak baik dapat mempengaruhi hasil akhir dalam praktik klinis. Pencatatan partograf terkadang sulit bagi beberapa dokter karena memakan waktu untuk melengkapi namun bukti menunjukkan bahwa petugas kesehatan lainya seperti perawat dan bidan dapat membantu untuk melengkapi partograf secara efektif.[1,9]
Dokumentasi yang diselaraskan secara universal membantu setiap petugas kesehatan untuk mengerti cara membaca partograf dan jika didokumentasikan dengan tepat serta konsisten akan memberikan hasil yang efektif dalam membantu proses persalinan , berikut ini merupakan poin-poin dalam pencatatan partograf.[1,9]
Poin-poin Partograf
- Informasi ibu yang meliputi;
- Nama
- Informasi kehamilan (GPA)
- Rekam medis
- Tanggal dan waktu rawat
- Waktu pecahnya ketuban
- Kondisi janin dimonitor dari;
- Denyut jantung janin
- Warna air ketuban
- Molase atau penyusupan kepala janin
- Kemajuan persalinan yang dipantau melalui;
- Pembukaan serviks
- Penurunan bagian terbawah janin
- Kontraksi uterus
- Kondisi ibu dinilai dari;
- Denyut nadi, tekanan darah dan suhu
- Urin yang mencakup volume urin, protein dan aseton
- Terdapat kolom khusus untuk pencatatan pemberian obat-obatan, cairan infus dan oksitosin[1,3]
Cara Pencatatan Partograf
1. Merekam Informasi Tentang Ibu
Melengkapi informasi bagian atas pada partograf secara teliti. Perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Seluruh informasi tersebut berupa informasi ibu seperti nama dan informasi kehamilan. Informasi rekam medis juga tersedia pada kolom atas partograf. Tanggal dan waktu kedatangan serta pencatatan waktu jika selaput ketuban pecah.[1]
2. Kondisi Janin
Tepat dibawah informasi tentang ibu terdapat bagian untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan tulang kepala janin (Molase).[1]
- Denyut Jantung Janin (DJJ)
Setiap satu kotak kecil menunjukan waktu 30 menit. Pencatatan DJJ ialah setiap 30 menit pada persalinan yang dianggap normal, namun penambahan frekuensi pemeriksaan DJJ dapat ditambah sesuai indikasi. Tandai DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka denyut jantung janin. Kemudian hubungkan titik tersebut pada titik berikutnya dengan garis lurus. DDJ berkisar 100-180 kali/menit, ditandai dengan garis tebal pada partograf. Waspadai kurang dari 120 (bradikardi) dan diatas 120 (takikardi).[1]
- Air Ketuban
Pencatatan kondisi ketuban setiap melakukan pemeriksaan ditandai dengan lambang sebagai berikut;
U: Utuh, selaput ketuban masih utuh
J: Jernih, selaput ketuban pecah dan air ketuban
M: Mekonium, air ketuban bercampur dengan feses bayi
D: Darah, air ketuban bercampur darah
K: Kering, tidak didapatinya cairan ketuban
- Penyusupan Tulang Kepala Janin (Molase/Molding).
Pencatatan penyusupan antar tulang kepala janin berada tepat di bawah kolom air ketuban, pemeriksaan ini dilakukan setiap 4 jam sekali. Pencatatan penemuan menggunakan lambang-lambang berikut ini:
0: Sutura terpisah
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki
3: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
Molase merupakan indikator yang memberikan gambaran kepada petugas medis dalam mengetahui seberapa sanggup kepala bayi menyesuaikan diri dengan tulang panggul ibu. Semakin besar nilai tumpang tindih antara tulang kepala menunjukan risiko disproporsi kepala panggul (CPD). Apabila ada dugaan CPD maka penting untuk memantau kondisi janin dalam kemajuan persalinan.[1]
3. Kemajuan Persalinan
Pada kolom berikutnya setelah pencatatan kondisi janin merupakan kolom kemajuan persalinan yang terdiri dari pembukaan serviks dan penurunan bagian terbawah janin.
- Pembukaan Serviks
Pada kolom besar kedua pada partograf adalah grafik dimana pencatatan kemajuan dilatasi serviks ditandai dengan tanda ‘X’. Angka 0-10 dapat terlihat di sebelah kiri kolom. Angka tersebut masing-masing mewakili dilatasi sebanyak 1 cm. Di sepanjang bawah grafik terdapat angka 0-24 yang menyatakan jam. Pada ibu yang datang saat fase aktif, pencatatan dilatasi serviks ditandai pada garis waspada. Jika persalinan berjalan dengan baik, maka pencatatan titik “X” biasanya berada pada sebelah kiri garis waspada.[1,5]
- Penurunan Bagian Terbawah Janin
Pada kolom yang mencatat penurunan bagian terbawah janin angka 1-5 disesuaikan dengan metode perlimaan. Pencatatan ini didokumentasikan menggunakan lambang ‘O’. Lakukan pemeriksaan leopold terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan VT (Vaginal Toucher) atau pemeriksaan dalam karena kaput besar dapat memberikan penilaian yang salah.[1]
Hal yang perlu diperhatikan pada kolom ini saat memonitor dilatasi serviks adalah jika penandaan X mulai bergerak kearah kanan kolom. Karena jika penandaan pembukaan serviks mengarah kearah garis bertindak yang berjarak 4 jam dari garis waspada maka hal ini dapat menunjukan adanya keadaan yang menyulitkan persalinan.[1,3]
- Kontraksi Uterus
Kolom kontraksi uterus berada tepat di bawah kolom untuk pencatatan penurunan bagian terbawah janin. Pencatatan kolom kontraksi uterus dilakukan setiap 30 menit sekali selama 10 menit. Selama 10 menit petugas medis akan mencatat berapa kali kontraksi yang terjadi selama 10 menit serta berapa lama kontraksi dalam hitungan detik.[1] Pencatatan menggunakan simbol sebagai berikut;
- Tandai kotak dengan titik-titik untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama <20 detik.
- Tandai kotak dengan garis-garis untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama 20-40 detik
- Arsir penuh kotak untuk hasil kontraksi yang berlangsung selama >40 detik[1]
4. Kondisi Ibu
Pada kolom pencatatan kondisi ibu, denyut nadi yang diperiksa selama 30 menit. Tekanan darah dan suhu diperiksa setiap 4 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium urin juga dicatat dalam partograf, pemeriksaan meliputi produksi urin, adanya aseton atau protein. Berikut merupakan simbol khusus pada kolom partogram untuk pemeriksaan kondisi ibu.[1]
“∙”: Simbol pencatatan denyut nadi ibu
“∧”: Simbol pencatatan tekanan darah sistolik ibu
“∨”: Simbol pencatatan tekanan darah diastolik ibu
5. Kolom Khusus Tersedia untuk Pencatatan Terapi Pemberian seperti Oksitosin dan Pemberian Obat-obatan serta Cairan Infus.
Sebagai follow up partograf, partograf dapat mengidentifikasikan distosia persalinan seperti persalinan yang lama dan persalinan yang macet. Perubahan grafik pada partograph terlihat dari dokumentasi pembukaan serviks pada partograf yang berada diantara garis waspada dan bertindak, atau dokumentasi sudah memotong garis bertindak [1,3,4]. Persalinan tidak adekuat yang terlihat dari partograph tersebut berupa pola-pola berikut ini;
Protraction disorder atau perkembangan persalinan yang lebih lambat dari normal
Arrest disorder atau terhentinya proses kemajuan persalinan
- Persalinan presipitatus yaitu persalinan berlangsung sangat cepat yang berlangsung kurang dari 3 jam[1]
Kriteria untuk protraction disorder dibagi menjadi 2 yaitu dilatasi serviks dan desensus (penurunan).
- Dilatasi Serviks
Kurang dari 1,2 cm/jam untuk primipara
Kurang dari 1,5 cm/jam untuk multipara
- Desensus atau Penurunan
Kurang dari 1cm pada primipara
Kurang dari 2cm pada multipara
Kriteria untuk arrest disorder juga dibagi menjadi tidak ada dilatasi dan tidak ada penurunan
- Tidak Ada Dilatasi
Tidak adanya pembukaan selama lebih dari 2 jam pada nulipara dan multipara
- Tidak Ada Penurunan
Tidak adanya penurunan selama 1 jam atau lebih pada nulipara dan multipara.[1]