Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Reduksi Terbuka Fraktur general_alomedika 2022-08-09T15:39:40+07:00 2022-08-09T15:39:40+07:00
Reduksi Terbuka Fraktur
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Reduksi Terbuka Fraktur

Oleh :
Graciella N T Wahjoepramono
Share To Social Media:

Teknik reduksi terbuka fraktur adalah dilakukan bersamaan dengan fiksasi internal atau disebut juga open reduction, internal fixation (ORIF).[1,4]

Persiapan Pasien

Sebelum tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien biasanya menjalani pemeriksaan radiologis seperti rontgen, atau bahkan computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) apabila diperlukan. Pemeriksaan radiologis dapat membantu ketepatan perhitungan dan akurasi simetris antara tulang yang fraktur dengan yang sehat.[2]

Hal utama yang dilakukan saat persiapan pasien sebelum reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah untuk menentukan pendekatan reduksi fraktur yang paling optimal. Harus dipertimbangkan risiko infeksi atau osteomyelitis yang terkait dengan tindakan, serta cara mencapai fungsi ekstremitas yang semula dengan waktu yang tersingkat.[5]

Persiapan pasien lainnya yang perlu dilakukan serupa dengan protokol pre-operatif standar, memeriksa adanya komorbiditas seperti pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan darah, gula darah, dan rontgen thorax. Pasien juga direkomendasikan untuk puasa cairan 2 jam sebelum operasi, dan puasa makanan padat sejak 6 jam sebelum operasi. Sebelum memulai operasi, pasien diberikan antibiotik profilaksis. Pasien yang menjalani pembedahan pada ekstremitas bawah memerlukan tromboprofilaksis untuk menghindari komplikasi tersering yaitu tromboembolisme vena atau deep vein thrombosis, terutama pada pasien lanjut usia, obesitas, dan yang memiliki riwayat trombosis.[1,2,11]

Informed consent pada tindakan reduksi terbuka fraktur dibutuhkan dari pasien.

Peralatan

Peralatan minimal yang diperlukan saat operasi ortopedi adalah drill untuk membuat lubang, osteotome untuk memotong tulang trabekular, gergaji untuk memotong tulang kortikal, chisels untuk membentuk tulang, gouges untuk mengeluarkan tulang, serta plates, screws, dan screwdriver untuk fiksasi tulang.[2]

Posisi Pasien

Posisi pasien saat operasi ditentukan sesuai dengan akses terbaik untuk tulang yang mengalami fraktur. Posisi pasien harus ditentukan dengan baik karena operasi memiliki risiko komplikasi perioperatif seperti positioning injuries dimana dapat terjadi penekanan atau traksi ke saraf di lokasi-lokasi tertentu. Lokasi yang memerlukan perhatian lebih adalah pleksus brakialis, nervus radialis, nervus ulnaris, dan nervus peroneal.[2,12]

Prosedural

Sebelum dilakukan tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien distabilisasi sesuai dengan prinsip Advanced Trauma Life Support (ATLS). Tindakan ATLS diperlukan untuk penatalaksanaan awal saat terdapat pasien trauma. Sebelum menangani fraktur, klinisi perlu melakukan pemeriksaan primary survey terlebih dahulu untuk memastikan keadaan yang paling mengancam nyawa sudah terkontrol. Tindakan mencakup patensi airway, breathing, dan circulation.[3]

Setelah pasien cukup stabil, reduksi terbuka dan fiksasi internal dapat dilakukan menggunakan beberapa alat dan metode, dimana yang paling banyak dilakukan adalah screw (cortical dan cancellous) dan plates. Beberapa alat lain yang dapat digunakan termasuk intramedullary nails, self-tapping screw, blade plates, dynamic hip screw, tension band wiring, dan external fixators.[5]

Bone Screw

Terdapat dua macam bone screw yaitu cortical dan cancellous:

  • Cortical Bone Screw: digunakan untuk mendekatkan/menempelkan permukaan dari dua fragmen tulang agar penyembuhan terjadi dan menghindari risiko non-union. Tulang di bor tegak lurus terhadap fraktur tulang, kemudian lubang diukur dan ukuran screw yang sesuai dapat digunakan. Screw kemudian dipasang menggunakan hex screwdriver. Lebih dari satu screw dapat digunakan dan dapat dipasang ke arah yang berbeda sesuai dengan garis fraktur.[5]

  • Cancellous Bone Screw: adalah sekrup yang memiliki bagian pitch yang kasar dan sudut thread (thread angle) yang sempit. Jenis sekrup ini digunakan untuk bagian tulang trabekular.

Plates

Terdapat berbagai jenis plat atau plates, ada yang ringan dan tidak memakan banyak ruang yang fungsi utamanya adalah alignment, dan ada yang cukup berat dan keras agar pasien tidak memerlukan fiksasi eksternal lainnya.

Agar terbentuk callus diperlukan permukaan tulang yang cukup dekat dan mengalami sedikit kompresi. Fungsi plat pada tindakan reduksi terbuka selain untuk fiksasi juga untuk memberikan  tekanan.

Terdapat banyak macam plat yang tersedia dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi agar sesuai dengan fraktur-fraktur tertentu. Contohnya cloverleaf plate yang digunakan untuk tibia bagian distal, dan hook plate yang digunakan saat sebuah fragmen tidak cukup besar untuk dipasang screw.[5]

Follow up

Pemantauan setelah dilakukan reduksi terbuka dapat dibagi menjadi perawatan pasca operasi dan pemantauan jangka panjang.

Perawatan Pasca Operasi

Perawatan pasca operasi di ruangan rawat serupa dengan operasi lain. Hal-hal yang dimonitor adalah tanda vital, rasa nyeri, cairan intravena, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian obat-obatan seperti analgesik dan antibiotik.[6]

Tatalaksana pasca operasi yang diperlukan seperti perawatan luka, pencabutan jahitan, pelepasan splint atau cast ditentukan oleh dokter penanggung jawab. Pemantauan pasca operasi seringkali dilakukan 1-2 minggu setelah tindakan dan secara periodis hingga fraktur sembuh dan fungsi kembali.[1]

Follow up Jangka Panjang

Pasien dengan fraktur dan reduksi terbuka cenderung memerlukan konsultasi jangka panjang dengan bagian rehabilitasi untuk dapat meningkatkan fungsi (range of motion dan kekuatan) setelah fraktur sembuh. Pemeriksaan juga diperlukan untuk menentukan apakah plate and screw perlu diangkat.[1]

Referensi

1. Buckley R. General Principles of Fracture Care Treatment & Management. Medscape. 2018.
2. Louis S, David W, Selvadurai N. Orthopaedic Operations. In: Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. p. 303–33.
3. Subcommittee A, Trauma AC of SC on, Group IA working. Advanced Trauma Life Support Student Course Manual. 9th ed. American College of Surgeons; 2013.
4. Nayagam S. Principles of Fractures. In: Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. London: Hodder Arnold; 2010. p. 688–732.
5. Mcrae R, Esser M. Practical Fracture Treatment. 4th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone; 2004.
6. World Health Organization. Postoperative care. 2003; Available from: http://www.who.int/surgery/publications/Postoperativecare.pdf
11. Smith I, Kranke P, Murat I, Smith A, O’Sullivan G, Søreide E, Spies C in’t VBES of A. Perioperative fasting in adults and children: guidelines from the European Society of Anaesthesiology. Eur J Anesth [Internet]. 2011;28(8):556–69. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21712716
12. Zillioux J, Krupski T. Patient positioning during minimally invasive surgery: what is current best practice. Dove Med Press. 2016;2017(4):69–76.

Kontraindikasi Reduksi Terbuka F...
Komplikasi Reduksi Terbuka Fraktur

Artikel Terkait

  • Plat Logam Pasca Fraktur: Perlu Diangkat Atau Tidak
    Plat Logam Pasca Fraktur: Perlu Diangkat Atau Tidak
Diskusi Terkait
Anonymous
29 Desember 2022
Tata Laksana Fraktur Avulsi Processus Spinosus
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo rekan sejawat sekalian.. Mohon konsul pasien usia 30 tahun dengan keluhan nyeri leher dan area bahu sudah 3minggu. Keluhan nyeri lebih nyaman kalau...
Anonymous
22 November 2022
Diet pasca fraktur dengan tindakan ORIF - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Kurnia, Sp. GK, pada pasien yang baru mengalami fraktur dan menjalani tindakan ORIF, bagaimana diet harian yang sebaiknya dianjurkan pada pasien...
Anonymous
26 Oktober 2022
Tata laksana pada pasien dengan fraktur kompresi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Selamat pagi. Saya mempunyai pasien datang dengan nyeri punggung bawah setelah terjatuh dari motor, tidak ada keram, dan kaki masih dapat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.