Perlukah Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur?

Oleh :
dr. Nurul Falah

Kalsium sering diberikan pada pasien pasca reduksi fraktur, namun peranannya dalam proses penyembuhan tulang pasca fraktur masih belum begitu jelas. Proses penyembuhan tulang pasca fraktur adalah suatu hal yang kompleks, yang melibatkan adanya matriks protein dan deposit mineral.

Kekurangan deposit mineral diduga dapat memicu komplikasi seperti delayed union ataupun  non union. Praktik pemberian suplementasi mineral, seperti kalsium, pasca fraktur banyak diterapkan dengan tujuan mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi walaupun bukti klinis terkait hal ini masih sangat terbatas.[1,2]

Perlukah Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur-min

Penyembuhan Tulang Pasca Fraktur

Proses penyembuhan tulang pasca fraktur, misalnya fraktur radius distal, merupakan suatu proses yang unik karena secara umum tulang memiliki kemampuan untuk menyatu kembali tanpa meninggalkan parut. Namun proses ini akan membutuhkan waktu yang panjang, sehingga akan sangat membatasi aktivitas pasien. Selain itu, proses penyembuhan tulang pasca fraktur juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti  umur, tipe fraktur, struktur anatomi tulang, aliran darah, dan faktor nutrisi.[3,4]

Penyembuhan tulang pasca fraktur terjadi melalui serangkaian aktivitas selular yang diatur oleh mediator berupa protein lokal maupun yang datang melalui sirkulasi darah. Proses penyembuhan tulang berlangsung dalam tiga fase yang saling tumpang tindih, yaitu fase inflamasi, perbaikan, dan remodeling. Fase inflamasi ditandai dengan kerusakan jaringan dan sel, pecahnya pembuluh darah dan rekrutmen sel imun pada hematoma fraktur. Selama fase perbaikan, osifikasi intramembran dan endokondral mendorong pembentukan dan pertumbuhan kalus fraktur ke arah celah fraktur hingga menjembatani antar segmen tulang. Pada fase remodelling, anyaman tulang yang baru terbentuk digantikan oleh tulang lamelar, sehingga mengembalikan struktur dan stabilitas tulang asli.[5]

Peranan Kalsium pada Remodeling dan Homeostasis Tulang

Sejumlah studi menunjukkan bahwa kalsium bersama dengan vitamin D berperan pada proses remodeling dan homeostasis tulang. Sekitar 99% kalsium di dalam tubuh terdapat pada tulang dan gigi, tersimpan sebagai hydroxyapatite yang penting untuk mineralisasi jaringan juga pembentukan kalus pasca fraktur. Di dalam tulang, kalsium menyokong kekuatan tulang dan juga berfungsi sebagai reservoir kalsium untuk memastikan kadar kalsium dalam darah relatif normal.[6-8]

Efikasi Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur

Sejumlah peneliti menduga bahwa defisiensi kalsium dan vitamin D berpengaruh negatif terhadap proses penyembuhan fraktur. Namun, studi yang tersedia sangat terbatas. Kalaupun ada, lebih sering dilakukan pada hewan coba dengan hasil yang inkonsisten.[1,2,4,6]

Peranan Suplementasi Kalsium dalam Meningkatkan Callus Pasca Fraktur

Selama proses penyembuhan fraktur, periosteal akan memicu peningkatan sel-sel kondrogenik dan osteogenik pada kalus. Studi pada hewan coba menunjukkan bahwa suplementasi kalsium membantu meningkatkan kekuatan mekanik kalus.[9,10]

Studi eksperimental terhadap 131 tikus Wistar menemukan bahwa kombinasi antara kalsium dan insulin dapat meningkatkan kekuatan mekanik kalus pada hewan coba yang mengalami fraktur femur dan non diabetik. Pada hari ke-7 setelah fraktur, persentase kalus dan juga luas area kalus pada kelompok yang diberikan kombinasi insulin dan kalsium dosis tinggi secara signifikan lebih besar (p<0,05) dibandingkan persentase kalus pada kelompok yang diberikan kombinasi insulin dan kalsium dosis rendah. Pada hari ke 14 setelah fraktur, persentase kalus pada kelompok dosis tinggi secara signifikan lebih tinggi daripada kelompok yang diberikan dosis rendah (p=0,027).[10]

Peranan Suplementasi Kalsium pada Bone Mineral Density Pasca Fraktur

Uji klinis acak terkontrol di Stockholm mencoba mengevaluasi efek suplementasi nutrisi seperti kalsium, vitamin D, dan bifosfonat (tunggal atau kombinasi) terhadap bone mineral density (BMD). Studi ini melibatkan 79 pasien yang dibagi ke dalam 3 kelompok yang kesemuanya diberikan kalsium 1000 mg dan vitamin D3 800IU setiap harinya.

Pada kelompok pertama, sebanyak 28 orang ditambahkan risedronate 35 mg sekali seminggu selama 12 bulan. Kelompok kedua sebanyak 26 orang ditambahkan risedronate 35 mg sekali seminggu selama 12 bulan dan juga suplemen nutrisi tambahan (protein energy drink). Pada kelompok 3, sebanyak 25 orang sebagai subjek kontrol.  Studi ini menemukan bahwa suplementasi kaya protein dan energi, selain kalsium, vitamin D, dan terapi bifosfonat memiliki efek yang positif dalam menjaga BMD tulang pinggul di antara pasien lanjut usia pasca fraktur tulang pinggul.[11]

Defisiensi Kalsium Meningkatkan Penurunan Massa Tulang Pasca Fraktur

Defisiensi kalsium yang dipicu oleh gangguan asidifikasi lambung dilaporkan dapat meningkatkan penurunan massa tulang pasca fraktur. Absorpsi kalsium diketahui sangat bergantung pada pH lambung. Oleh karena itu, pasien dengan hypochlorhydria (kondisi penurunan produksi asam lambung), yang umumnya diakibatkan penggunaan proton pump inhibitor (PPI) seperti omeprazole jangka panjang, menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi untuk mengalami osteoporosis dan risiko fraktur. Selain itu, pasien gastrektomi dengan achlorhydria menunjukkan peningkatan bone turnover dan gangguan mineralisasi kalus.[12,13]

Efek Samping Suplementasi Kalsium Pasca Fraktur

Beberapa efek samping telah dikemukakan dalam penggunaan kalsium, terutama bila digunakan dalam dosis berlebihan dan jangka panjang. Beberapa efek samping berat yang dilaporkan antara lain seperti infark miokard dan batu ginjal.

Pemberian kalsium dalam dosis tinggi juga dapat memicu efek samping sistemik berupa hiperkalsemia, dengan gejala seperti nyeri perut, konstipasi, mual muntah, anoreksia, rasa haus berlebihan, poliuria, dan juga gangguan mental.[14,15]

Kesimpulan

Suplementasi kalsium kerap diberikan secara rutin pada pasien pasca fraktur karena dipercaya dapat mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kesehatan tulang. Meski demikian, basis bukti ilmiah yang menunjukkan manfaatnya masih sangat minim dan kebanyakan dari studi ini adalah studi eksperimental pada hewan coba. Di sisi lain, suplementasi kalsium jangka lama dan dosis tinggi membawa risiko seperti hiperkalsemia, kejadian kardiovaskular seperti infark miokard, dan peningkatan risiko batu ginjal. Uji klinis acak terkontrol pada pasien pasca fraktur dan pengaruh suplemen kalsium terhadap luaran klinisnya (misal durasi penyembuhan fraktur) masih diperlukan.

Referensi