Komplikasi Biopsi Kulit
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari tindakan biopsi kulit di antaranya:
Hipersensitivitas terhadap obat anestesi lokal
Reaksi hipersensitivitas terhadap agen anastesi lokal terutama golongan amida (seperti lignocain, prilocain, bupivacain, mepivacain, ropivacain) umumnya jarang terjadi. Untuk mendeteksi risiko reaksi hipersensitivitas tipe I, dapat dilakukan tes intradermal terhadap anestesi lokal. Bila akan menggunakan krim anestesi topikal, sebaiknya dilakukan tes tempel (patch test) untuk mengetahui apakah ada reaksi hipersensitivitas atau tidak.
Nyeri Prosedural
Rasa nyeri atau tidak nyaman saat pemberian anastesi lokal umumnya disebabkan oleh tusukan jarum. Penggunaan jarum ukuran 26 G atau 30 G dapat meminimalisir rasa nyeri. Pendinginan kulit dengan memberikan es atau menggunakan krim anastesi topikal sebelum injeksi dapat mengurangi rasa nyeri saat pemberian injeksi anestesi.
Perdarahan
Risiko terjadi perdarahan lebih besar bila biopsi kulit dilakukan pada area kulit kepala, wajah, genital dan pada orang lanjut usia dengan kulit yang atropik. Perdarahan dapat diminimalisir dengan memeriksa pembuluh darah di sekitar tempat biopsi dan menghindari daerah tersebut. Perdarahan umumnya dapat ditangani dengan menekan bagian luka selama 2-3 menit atau menggunakan kauter elektrik. Penggunaan swab cairan kimia seperti hidrogen peroksida, aluminium klorida 20-40%, atau larutan monsel (Monsel’s solution) juga dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Bila perdarahan masih terjadi, maka sebaiknya dilakukan penjahitan (hecting).
Infeksi
Risiko infeksi dapat diminimalisir bila melakukan prosedur tindakan menggunakan teknik aseptik. Antibiotik, baik topikal maupun sistemik, hanya dipertimbangkan pada kondisi khusus, misalnya pada pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien atopi dengan eksim luas dan pasien yang mengalami penurunan kekebalan sistem imun.
Jaringan Parut / Sikatriks di Tempat Bekas Biopsi
Sebelum melakukan tindakan pembedahan apapun, termasuk tindakan biopsi, dokter harus menanyakan apakah pasien memiliki riwayat bekas luka yang membesar/hipertrofik atau kecenderungan memiliki keloid. Ketika melakukan tindakan biopsi kulit, penting untuk mencapai kedalaman jaringan subkutan supaya penyembuhan luka lebih cepat. Penjahitan kulit di tempat biopsi juga dapat mengurangi timbulnya jaringan parut atau scar. [3]